“Saya nikah tepat usia 20 tahun” ucapnya dengan wajah yang biasa.
“Serius mbak, pas 20 tahun?” dahiku mengerut jelas.
“Iya Nis” sambil memegang buku dan memilih buku lainnya.
“Saya 21 tahun mbak” ucapku tertunduk.
Kali ini bukan tertunduk iri ya
(sorry aja saya banyak yang naksir kok :P ). Tertunduk malu pada mbak Noe. Kini
mbak Noe sudah mempunya prajurit cilik yang gagah, panggilan mereka adalah
Mamas, dan Kakak. Saya akan menceritakan
mengapa sebab saya tertunduk ini.
Sebelumnya saya sangat berbahagia
kencan bersama keluarga yang sungguh menginspirasi. 3 jam kita menyusuri Ciceri,
mencari buku travel. Bertemu di Mall of Serang melipir menuju toko buku
Intermedia, namun guys angkot Serang ya memang tak karuan. Berhenti tidak di
tempat yang sesuai diharapkan. Carefour menjadi pilihan pertama untuk di
obrak-abrik. Ya, mengobrak-abrik buku travel.
Dan tralala, mbak Noe berhasil memborong 3 buku dan satu harga buku adalah
Rp.15.000.
Book broken. Stempel
dapat dijumpai pertama kalinya ketika membuka halaman pertama buku-buku yang
ditaroh dideretan jalanan dalam gedung carefour. Harga bandroolnya bisa
mencampai 40.000 hingga Rp.60.000. Penyebab buku ini dijual dengan harga yang
begitu lumayan miring adalah karena tidak terbungkus oleh plastik.
Dan benar saja ketika setelah
memborong buku, kemudian mengisi perut di MD (saat itu saya ditraktir hhe).
Jalan-jalan (kaki) lagi menuju intermedia, berderet buku travel banyak
ditemukan, harganya? Ya 45.000-75.000. karena masih rapihkah berbungkus plastik
yang membedakan?
“Saya nikah tepat usia 20 tahun”
tepat di Intermedia inilah Mbak Noe berkata demikian. Ya saya tertunduk malu,
mengapa? Malu atau iri ya? (Hehe kemudian saya sulit membedakan hal ini).
Bagaimana tidak? Mbak Noe sudah memiliki dua anak gagah, dan telah berhasil
mengajak mereka menuju Makassar, Anak gunung Krakatau, pulau Sabesi, pulau
Umang-umang, Pulau Sabeku, curug, baduy dalam, Malaysia.
Ya mbak yang sering
memakai tas Bali ini, sering mengajak buah hatinya untuk bercengkrama dengan
alam, mengenalkan dunia baru dengan berjalan-jalan. Dan episode yang membuat
saya tercengang adalah ketika puasa (bulan Ramadhan) mbak Noe nekad travel ke alam
tentunya, dan ketika anaknya lelah, mbak Noe menggendongnya. Ini namanya emak
keren!
So, hadirnya mbak Noe di
kehidupanku. Telah membuka pemikiran, pandangan, mengenai kalimat yang selalu
memenuhi otak “Ah puasin sekarang
ngebolang, mumpung belum punya suami, mumpung belum punya anak. Udah ada
mah repot” . Saya salah kawan. Mbak Noe menjadi pembuktian Sang Pegenggam Jiwa
bahwa berjalan kemanapun lebih indah bersama orang tersayang, salah satunya ya
mereka para buah hati dan penggenap hati.
Jadi Travel itu adalah suatu
niat, keinginan yang kuat. Nggak ada tuh alasan “masih single ah nanti aja travelnya kalau udah double” atau “udah ngedouble nih
udah ada yang punya, susah ah izinya”
Saat single kita akan mempunyai keluarga baru. Apalagi jika bertemunya
di alam. Alam merupakan latar tempat yang selalu merekam dan menjadi saksi
abadi akan perjalanan, dan kekelaurgaan. Saat single juga bukankah bisa jadi itu salah satu jalan mencari tulang
rusuk yang hilang? #eh.
Dan ketika double, kemudian sudah memiliki anak-anak. Itu bukankah penghalang
untuk travel atau backpakeran. Itu akan bermakna, semakin
menumbuhkan rasa sayang, mengajar kehidupan pada sang anak, memberikan ilmu
kesabaran pada anak ketika menjumpai jalan tanjakan, menanamkan rasa kasih
sayang terhadap alam.
Travel bukan untuk hal berfoya-foya, tapi bagaimana pembelajaran
itu bisa didapatkan tidak hanya melalui mbah Google, ensklopedia, buku, kelas.
Tapi bisa dari alam, gunung, laut, hingga tempat-tempat baru.
“Intashiru Fil Ardhi!”
Jadi travel nggak kenal tuh kata single, double. Semua bisa, mantepin
niat!
Serang, 2 Februari 2014
Alunan “Wish u were here”
Salam backpacker (yang
belum kebeli backpack, carier)
Salam single bahagia
anti jomblo dan akan mendouble! (koplak emang gw)
Jadi kapan teh mendouble? :P
BalasHapusAaah, ini aku jd tersanjung.. hehe...
BalasHapusiya bener, traveling sama anak itu selain menguatkan rasa sayang dan ikatan batin, bisa buat sarana pendidikan anak, bagaimana agar bisa survive di alam bebas, menemukan masalah-masalah dan memecahkannya, belajar mandiri dan nggak manja yg apa-apa tinggal minta ortu, krn diluar sana bisa kita lihat betapa banyak org yg mungkin lbh tdk beruntung dr kita, ok komentarnya jadi panjang. ;)
semangat Annis, tulisanmu mengalir, enak kok bacanya. hanya saja, kata ditaroh mungkin lebih tepat jika ditaruh. *sok ngerti EYD ya gue haha
oalaaah ini toh? hehe
BalasHapusDoakan saja ya.... hehe
mbak Nurul itu inspirator saya *sungkem ^_^
ehem ehem...
BalasHapusahahah... Intan knapa tuh? sakit tenggorokan?
BalasHapusyuk kita mendouble... #eh
BalasHapus