Minggu, 02 Februari 2014


“Saya nikah tepat usia 20 tahun” ucapnya dengan wajah yang biasa.
 
“Serius mbak, pas 20 tahun?” dahiku mengerut jelas.
“Iya Nis” sambil memegang buku dan memilih buku lainnya.
“Saya 21 tahun mbak” ucapku tertunduk.
Kali ini bukan tertunduk iri ya (sorry aja saya banyak yang naksir kok :P ). Tertunduk malu pada mbak Noe. Kini mbak Noe sudah mempunya prajurit cilik yang gagah, panggilan mereka adalah Mamas, dan Kakak.  Saya akan menceritakan mengapa sebab saya tertunduk ini.

Sebelumnya saya sangat berbahagia kencan bersama keluarga yang sungguh menginspirasi. 3 jam kita menyusuri Ciceri, mencari buku travel. Bertemu di Mall of Serang melipir menuju toko buku Intermedia, namun guys angkot Serang ya memang tak karuan. Berhenti tidak di tempat yang sesuai diharapkan. Carefour menjadi pilihan pertama untuk di obrak-abrik. Ya, mengobrak-abrik buku travel. Dan tralala, mbak Noe berhasil memborong 3 buku dan satu harga buku adalah Rp.15.000.

Book broken. Stempel dapat dijumpai pertama kalinya ketika membuka halaman pertama buku-buku yang ditaroh dideretan jalanan dalam gedung carefour. Harga bandroolnya bisa mencampai 40.000 hingga Rp.60.000. Penyebab buku ini dijual dengan harga yang begitu lumayan miring adalah karena tidak terbungkus oleh plastik.

Dan benar saja ketika setelah memborong buku, kemudian mengisi perut di MD (saat itu saya ditraktir hhe). Jalan-jalan (kaki) lagi menuju intermedia, berderet buku travel banyak ditemukan, harganya? Ya 45.000-75.000. karena masih rapihkah berbungkus plastik yang membedakan?

“Saya nikah tepat usia 20 tahun” tepat di Intermedia inilah Mbak Noe berkata demikian. Ya saya tertunduk malu, mengapa? Malu atau iri ya? (Hehe kemudian saya sulit membedakan hal ini). Bagaimana tidak? Mbak Noe sudah memiliki dua anak gagah, dan telah berhasil mengajak mereka menuju Makassar, Anak gunung Krakatau, pulau Sabesi, pulau Umang-umang, Pulau Sabeku, curug, baduy dalam, Malaysia. 

Ya mbak yang sering memakai tas Bali ini, sering mengajak buah hatinya untuk bercengkrama dengan alam, mengenalkan dunia baru dengan berjalan-jalan. Dan episode yang membuat saya tercengang adalah ketika puasa (bulan Ramadhan) mbak Noe nekad travel ke alam tentunya, dan ketika anaknya lelah, mbak Noe menggendongnya. Ini namanya emak keren!

So, hadirnya mbak Noe di kehidupanku. Telah membuka pemikiran, pandangan, mengenai kalimat yang selalu memenuhi otak “Ah puasin sekarang  ngebolang, mumpung belum punya suami, mumpung belum punya anak. Udah ada mah repot” . Saya salah kawan. Mbak Noe menjadi pembuktian Sang Pegenggam Jiwa bahwa berjalan kemanapun lebih indah bersama orang tersayang, salah satunya ya mereka para buah hati dan penggenap hati.

Jadi Travel itu adalah suatu niat, keinginan yang kuat. Nggak ada tuh alasan “masih single ah nanti aja travelnya kalau udah double” atau “udah ngedouble nih udah ada yang punya, susah ah izinya”

Saat single kita akan mempunyai keluarga baru. Apalagi jika bertemunya di alam. Alam merupakan latar tempat yang selalu merekam dan menjadi saksi abadi akan perjalanan, dan kekelaurgaan. Saat single juga bukankah bisa jadi itu salah satu jalan mencari tulang rusuk yang hilang? #eh.

Dan ketika double, kemudian sudah memiliki anak-anak. Itu bukankah penghalang untuk travel atau backpakeran. Itu akan bermakna, semakin menumbuhkan rasa sayang, mengajar kehidupan pada sang anak, memberikan ilmu kesabaran pada anak ketika menjumpai jalan tanjakan, menanamkan rasa kasih sayang terhadap alam.

Travel bukan untuk hal berfoya-foya, tapi bagaimana pembelajaran itu bisa didapatkan tidak hanya melalui mbah Google, ensklopedia, buku, kelas. Tapi bisa dari alam, gunung, laut, hingga tempat-tempat baru.
“Intashiru Fil Ardhi!”
Jadi travel nggak kenal tuh kata single, double. Semua bisa, mantepin niat!
Serang, 2 Februari 2014
Alunan “Wish u were here”
Salam backpacker (yang belum kebeli backpack, carier)
Salam single bahagia anti jomblo dan akan mendouble! (koplak emang gw)




6 komentar:

  1. Aaah, ini aku jd tersanjung.. hehe...
    iya bener, traveling sama anak itu selain menguatkan rasa sayang dan ikatan batin, bisa buat sarana pendidikan anak, bagaimana agar bisa survive di alam bebas, menemukan masalah-masalah dan memecahkannya, belajar mandiri dan nggak manja yg apa-apa tinggal minta ortu, krn diluar sana bisa kita lihat betapa banyak org yg mungkin lbh tdk beruntung dr kita, ok komentarnya jadi panjang. ;)

    semangat Annis, tulisanmu mengalir, enak kok bacanya. hanya saja, kata ditaroh mungkin lebih tepat jika ditaruh. *sok ngerti EYD ya gue haha

    BalasHapus
  2. oalaaah ini toh? hehe
    Doakan saja ya.... hehe

    mbak Nurul itu inspirator saya *sungkem ^_^

    BalasHapus
  3. ahahah... Intan knapa tuh? sakit tenggorokan?

    BalasHapus

Anis Sofia © 2016