Minggu, 02 Februari 2014

poto by: Teh Yori Tonaka

tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

Sebagai seorang single dan berkawan banyak. Inilah malam teromantis.  Pak Firman Venayaksa menjadi pemandu acara saat itu. Duduk bersama keluarga KWC (Krakatau Writing Camp), masih ingat jelas saya duduk bersampingan dengan Rini, dan seorang wanita yang belum berkesempatan untuk mengenalinya dan sangat histerisnya dia sambil teriak “Ahhh romantis bangeeet”. Sebenernya cukup mengganggu dengan mbak yang tidak bisa diam ini. Tapi ketika petikan gitar dimainkan oleh mas Ari, akhirnya mbak yang di samping kanan saya bisa diam duduk manis.

“Aku ingin, adalah puisi ampuh yang menjadikan Gong bersama Tyas..” ucap pak Firman. Dan semua ber-cie ria. Jika bagi sepasang yang sudah menggenap, ini adalah malam yang sungguh teromantis. Tapi saya bisa merasakan dan menjadikan tanggal 9 november, adalah malam teromantis.
Bingung, ketika manakah yang patut saya panggil mas, dan mbak? Dan Ari –Reda adalah perpaduan namanya. Mas Ari dan Mbak Reda. Bingung juga apakah mereka sepasang suami istri? Dan ternyata, mereka adalah bersahabat baik, banyak yang bersalah paham. Menganggap mereka adalah sepasang suami istri yang sangat kompak
“Nah itu suami saya!” tunjuk mbak Reda. Dan sang suaminyapun melambaikan tangan dengan topi hitamnya. Saya kagum pula kepada suami mbak Reda. Kagum bisa menonton dirinya, tanpa ada bahasa cemburu di bola matanya.
Awalnya saya merasa mistis, karena suara mbak Reda begitu pilu, menyedihkan. Hingga, pada persekian detik, saya menikmati. Sangat menikmati! Saya terpukau akan jari-jari mas Ari yang lembut tapi lincahnya memainkan senar gitar. Saya jatuh cinta dengan suara mbak Reda yang begitu halus, dan merasuki tubuh, terbuai bagaikan diri ini adalah untaian huruf dalam bait puisi Sapardi yang dialunkanya.
“Rin, saya penasaran aku ingin”
“saya juga nis! Kapan nih?
Sepasang kawan yang beru mengenal, sepasang gadis yang sama duduk di semester 7 ini. Saya dan Rini sudah tak kuasa tak sabar untuk mendengarkan Ari-Reda untuk menyuguhkan kami dengan aku ingin. Puisi Sapardi yang konon telah sukses menjadi jalan cerita cintanya Mas Gong dan Mbak Tyas, Mas Toto dan istrinya, begitupun dengan pak Firman dengan istrinya.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

      dengan kata yang tak sempat diucapkan
      kayu kepada api yang menjadikannya abu



Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
      dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
      awan kepada hujan yang menjadikannya tiada...




Bagaimana saya menaruhkan tanggal 9 november sebagai malam teromantis padahal saya masih single :P ?
Bagaimana tidak romantis?
Di malam itu, saya semakin jatuh cinta dengan sastra.
Di malam itu saya bisa berkenalan, dan say hello pada musikalisasi puisi dan berkata padanya “Saya semakin jatuh cinta pada puisi ”
Di malam itu, saya bisa mendapatkan puluhan wajah yang terhipnotis, dan berdecak kagum.
Di malam itu, saya bisa memahami puisi Aku Ingin.
Di malam itu, saya semakin hangat dengan keluarga alam saya.
Di malam itu, saya bisa merasakan puisi.
Dan di malam itu pula, pertamakalinya saya menjumpai musikalisasi yang sungguh memasuki jiwa.
Rini, orang manis :P, mas Ari, bang Rama, bang Ocha



08.43 WIB
Serang, 3 Februari 2014
Alunan musikalisasi ari reda ‘Dalam Diriku’
*Ada yang mau musikalisasi ari reda? Saya punya. Minta saja ke email saya ya nicewardah@gmail.com 


0 komentar:

Posting Komentar

Anis Sofia © 2016