Jumat, 15 Februari 2013

Satu tetesan air jatuh ke bumi, tidak lama jutaan air dari atas langit berebut untuk mencapai daratan. Mereka, tidak menjadi hambatan aku untuk menuju perpustakaan daerah. Kali ini menuju gedung di sudut pakupatan ada rencana terbesar yang sudah diniatkan.  Pedal sepedah ku kayuh tanpa payah, tidak peduli air itu tumpah membasahi hitamnya pakaian.
Sesampainya di pusda (perpustakaan daerah), aku sigap meminta nomor untuk menaruh seprangkat tas beserta isinya. Segera melangkahkan kaki menuju ruang inti pusda yang berada di tengah gedung. Seragam abu-abu meramiakan ruangan putih itu, berdegup kagum menyaksikan mereka lahap membaca buku-buku yang disediakan oleh pusda.
Berbeda dengan mereka, aku memberi interupsi tanpa ada elakan untuk seluruh anggota tubuhku, mengarah ke tempat Koran. Ya, disanalah aku mengmbil Koran-koran yang tersedia. Membacanya secara jeli. Kau tahu, dua hari kemarin (12 Februari 2013) telah ku kirimkan dua buah artikel ke Koran lokal, tentunya berbeda.
Segera ku check Koran bidikanku hari kemarin dan hari ini (14 Februari).
Lantunan kazemidori dan getarannya, mengalihkan perhatianku.
“Walaikumsalam, ya ini Annis. Apa? Terimakasih? Apa. Apa? Kau tau nomor HP ku darimana? Serius?”
Segera ku ambil Koran Kabar Banten, benar saja artikel ku dimuat. Lega dan agak risih. Kukira yang menelpon tadi adalah pimpinan redaksi, ternyata pria tadi adalah pembaca Koran tersebut dan mengatakan akan kekagumanya dengan tulisanku. Diam.
Well, guys!
Hari ini cukup bersejarah buat seseorang yang masih buta untuk merangkai kata. Sejak duduk di awal bangku kuliah, aku sudah punya mimpi untuk menjadi orang eksis yang karyanya sering nongol di media masa. Tapi apa? Hah? Aku terlalu sibuk dengan impian dalam tulisan, tanpa action yang nyata. Kepepet itulah kondisi yang membuatku mewujudkan salah satu mimpi ini.
Ada kejadian yang sangat membanggakan. Ketika berharap besar salah satu artikelku dimuat di Radar Banten, tetapi belum jodohnya disana. Di tanggal 13 Februari penulis opini Radar Banten adalah teman seperjuanganku yaitu Lina Purwanti, Agroteknologi 2010, dan pada tanggal 14 Februari yaitu sahabat ospek ku Siti Bagja Diksatrasia 2010. Tulisan mereka, cetar membahan halilintar badai!
Be aware!
Ada kisah unik tentang karyaku yang perdana dikirim ke Koran, perdana juga untuk dimuat. Sungguh sangat tercengang, bak melihat bintang di siang bolong. Bagaimana tidak sodara-sodara, sangat jelas sekali wajah saya terpampang disana, berikut nomor hape dan emailnya. Malu, risih, kaget, senang, semuanya campur aduk. Seperti artis dadakan saja siang hari ini, ditelpon oleh yang ingin kenalan, belum lagi ada bapak-bapak yang ikut smsan. No sakti ku (red.No HP) tujuannya bukan bermaksud dipublish, tapi tujuan mulia ku agar bapak pemimpin redaksi bisa memberitahukan bahwa akan diterima ataupun tidaknya tulisanku. Tapi, salah besar! Kedua nomor HP dicantum sangat jelas, hingga membuat kalang kabut banyak yang ingin berkenalan. Potonya terlalu manis ya, tapi aku bingung memang sudah berbakat wajah manis (pede, abaikan!). Ya, abang-abang di Koran bilang “kirimkan poto” yowis, Aku pun mengirimkan potonya, dalam benak poto itu hanya sekedar arsipan redaksi saja, ternyata salah, potopun ikut meramaikan tulisan aku di Koran.
Be Happy!
Berbagi itu happy! Walaupun masih abal-abal dalam berkarya, tapi sedikit menginspirasi itu sangat membahagiakan. Mengalihkan pikiran galau, kegiatan kacau beralih untuk menjadikan hari penuh manfaat. Keluarga kamar ikut heboh menyaksikan sejolinya (aku) berkesempatan untuk merasakan nikmatnya tulisan dimuat di Koran.
Saya kritis, menanggapi tulisan yang dimuat. Sebelumnya saya pernah berdiskusi bersama mas Gong, mas Toto (lebih tepatnya bukan berdiskusi, tetapi menjadi pendengar setia). Ada beberapa media wabil khusus Banten, kekurangan penulis yang mengirimkan opininya dari pribuminya, coba deh perhatikan Koran-koran di Banten, sering diwarnai oleh “mereka” yang berada jauh dari Banten.
Ada beberapa penyebab, tulisan dimuat:
  • Karena nggak ada yang ngirim
  • Kekurangan penulis
  • Momentnya tepat
  • Kasihan nggak dimuat-muat (bagi: mereka yang sering ngirimin karyanya)
Wah, kok jeleknya aja ya! Tenang-tenang, bisa juga karena;
  • Tulisannya berbobot
  • Berbakat menulis
  • Judulnya sudah memikat
  • Berbeda dari yang lain
(this is my judge, guys! Hasil analisis aja! Maklum ya, masih amatiran)
Kalau udah banyak yang memuji, kudu hati-hati dan berpandai menyikapi, kan kawatir terbang dan lupa daratan, maka menjadi alasan point-point ataslah yang membuatr merendah. Down menulis? So, pendapat selanjutnyalah yang bisa membangkitkan semangat menuluis!
Be  positive! Be happy  aja!
Jika niat mulai berbelok, kembali luruskan, dan segalanya untuk-Nya, hanya-Nya.
::Malam Darul Irfan dalam alunan “Dan”
Serang, 14 Februari 2013. 21.47
Annisa Sofia Wardah



HARI KASIH SAYANG TIADA BATAS
                Siapa yang tidak ingin saling menyangi satu sama lain? Sayang adalah rasa terindah dari Sang Maha Pecinta. Menjadikan negeri yang makmur akan kedamaian. Rasa yang menggelora tersebut dapat memberikan energi positif untuk mengisi kegiatan setiap harinya.
            Memberikan hadiah, perhatian, hingga senyuman merupakan bentuk dari rasa sayang. Hadiah dapat merekatkan rasa kekeluargaan dan saling menyangi. Hendaknya kamu saling memberi hadiah. Sesungguhnya pemberian hadiah itu dapat melenyapkan kedengkian. (HR. Tirmidzi dan dan Ahmad).  Setiap orang pasti akan senang mendapatkan hadiah tentunya, hadiah yang bermanfaat.
Tidak kalah dengan perhatian, perhatian menjadikan rasa saling memiliki, dan mengukir senyuman terindah sangat mudah dilakukan bukan? Dengan hal terkecil kita dapat membentuk kedamaian dengan saling menyangi.
            Haruskah memberikan hadiah pada satu tanggal di bulan tertentu? Wajibkah membuktikan sayang di tanggal 14 Februari? Ya, hari valantine kawula muda menyebutnya. Hari kasih sayang sering diwarnai dengan cokelat, mawar, dan segala benda yang bernuansa merah muda. Rasanya nggak gaul kalau hanya sekedar ikut-ikutan, tanpa tahu sejarah hari valantine.
Tidak sedikit masyarakat Indonesia yang merayakan hari kasih sayang. Berbagai  macam kegiatan dilakukan dalam valantine day’s. Bertukuran kado, memberikan mawar merupakan hal yang umum sering dilakukan oleh para remaja, tapi bagaimana dengan seks bebas? Tentu menjadikan Negara Indonesia seperti kehilangan jatidirinya. Orangtua, tenaga pendidik akan menggeleng-gelenkan kepala, mengulus dada keprihatinan akan kelewat batas akan budaya luar yang telah mengotori remaja Indonesia.
            Bisa dikatakan menunggu untuk memberikan hadiah untuk yang dikasihi pada tanggal 14 Februari adalah sangat mengirit. Mengapa? Karena hari kasih sayang dengan memberikan hadiah tidak harus menunggu pada tanggal tersebut bukan? Ketika memiliki uang berlebih kita bisa memberikan  hadiah setiap harinya.
            I love u, tidak harus diucapkan pada tanggal 14 Februari saja kan? Selagi bibir masih berfungsi dengan baik, dapat mengucapkan “Aku sayang kamu” di setiap hari, bahkan tidak hanya di setiap hari, setiap, jam, menit juga bisa. Tapi, sudahkah mengucapkan rasa sayang itu untuk orang yang telah berjasa terhadap diri yaitu orang tua. Maka, sangat miris sekali jika mengungkapkan rasa sayang terhadap sahabat, kekasih tapi melupakan kecintaan kepada orangtua.
            Tidak ada larangan untuk berkasih sayang bahkan ada suatu kutipan hadist yang menunjukan bahwa, sebagai mahluk Nya kita diharuskan untuk saling menyangi. Tiada beriman seorang dari kamu sehingga dia mencintai segala sesuatu bagi saudaranya sebagaimana yang dia cintai bagi dirinya (HR. Bukhari).
Rasa sayang yang hadir dari Sang Maha Kuasa adalah hadiah yang dapat menjadi musibah. Musibah ketika rasa sayang yang dihadiahkan oleh-Nya dilampiaskan dengan cara yang tidak benar, dengan melakukan seks bebas yang menimbulkan cibiran untuk sang pelaku, hingga  keluarga bahkan masyarakat di tempat tinggal. Maka berkasih sayanglah dengan cerdas dan sesuai aturan setiap harinya, bukan hanya ssatu hari tertentu, agar Indonesia semakin damai karena kasih sayang yang kita tebar.

Anis Sofia © 2016