Sabtu, 19 Oktober 2013

Bicara semester 7, adalah sekelumit mahasiswa  memikirkan tentang cita, cinta, mimpi, kontribusi. Pada hitungan waktu suatu saat kita akan pergi, berjalan, siap memakai toga, mencari mimpi yang sudah direncanakan. Butuh proses yang lama memang dan juga kesabaran. Tapi jika ada penyandar segala keresahan tentu ini akan menjadikan segalanya terasa indah, mudah dan penuh berkah, Allahku :)

PPLK. Sampai kapanpun ini kepanjangan masih manjadi misteri ketika banyak kepala yang berada di FKIP tidak mengetahuinya. Kesalahan besar yang menyebar dan mengakar. 
"PPLK apaan sih cuy?"
"kepanjangannya?"
"Wahh ngajar intinya mah!"

Rerata jawaban yang sama dari mulut yang berbeda. Oke, sayapun masih kebingungan akan arti sebenrnya, malahan saya lebih hapal dengan istilah KP. Nah, kalau mereka yang bergelut pada masa abu-abunya di sekolah kejuruan pasti akan mengalami Praktek Kerja Lapangan ( PKL) nih ini dia kemiripan dari PPLK. 

Salah besar jika saya telah menganggap semester 7 adalah semester yang menyantaika , karena ternyata di dalamnya begitu banyak rasa hingga mengakibatkan raga mencoba menikmatinya. Bagi mereka yang masih di organisasi, punya usaha, ngajar, tentunya ini menambah tenaga lebih, kemampuan lebih bahkan uang lebih untuk menjalani PPLK.

Segalanya butuh persiapan memang. Jika salah melangkah toh kita akan terjerembab pada lubang kegagalan bukan? Hingga berada di ujung jalan, "Kenapa nggak dari dulu siap-siap?"
Iya PPLK, bisa dikatakan salah satu Mata Kuliah termahal. Tentunya untuk mereka yang mendapat praktek yang sekolahnya berada di pelosok, nggak punya kendaraan pribadi dan termasuk saya. Ya, mereka yang punya motor bahkan mobil tentunya akses menuju tempat PPLK sangatlah mudah dan bisa menghemat kantong.
So, buat adik-adik semester, teman-teman yang belum ngambil PPLK harus nabung sebanyak-banyaknya hehe. Terkadang terbatasnya keadaan kantong menjadikan ketidakbersemangatan dalam menjalankan PPLK, dan sayapun merasakan ini hoho.

Sejurus kemudian ingat dengan bagaimana  para guru yang berada di Kalimantan, teringat kisah di film "Tanah Surga Katanya". Guru yang berada di sana, adalah guru sejati. Bagaimana mereka bisa bertahan akan terbatasnya fasilitas, komunikasi, transportasi. Langsung malu dan merasa belum pantas untuk disandingkan dengan kata "berjiwa guru".

Belum lagi banyak keluhan yang keluar dari beberapa mulut "RPPnya tulis tangan, UTS pula, belum media setiap hari, berangkat pagi-pagi, " ada sentilan itu memang terasa di hati, ketika melakukan sesuatu yang belum dibiasakan. Di sisi lain menjadi cerminan kekaguman pada guru-guru terutama kaum ibunya. Tak terbayangkan mulianya guru perempuan. Harus bangun pagi, menyiapkan kebutuhan anak suaminya, merapihakn rumah, membuat sarapan, membuat media, RPP di hari sebelumnya, ketika di sekolah mengajar, pulang sekolah kembali lagi bergelut. Wahh, ada rasa yang membuat apakah sanggup? Dan this time untuk melatih dan membuktikan akan "jiwa keguruanya". 

Butuh banyak belajar, berkorban dan kesabaran. Mahasiswa yang terbiasa kuliah siang dan malam, kemudian harus kesekolah pagi-pagi, setiap hari dalam waktu tiga bulan, bukanlah hal mudah butuh kerja keras untuk bisa beradaptasi Belum lagi waktu yang tidak digunakan sebaik mungkin, maka akan memperlambat segalanya. 

Karena semakin malam, diketik dengan kemauan tapi dibumbiu mengantuk pada akhirnya, semoga semoga PPLK penuh berkah, dan bisa seimbang :)
Cuman pengen satu hal saat ini dan selamanya! bisa nerapin apa yang dikatakan Sang Pecinta

















Darul Irfan

Sabtu, 22.53 WIB



2 komentar:

  1. Anis udah jadi penutur yang baik. Kita bisa terus berlatih untuk bisa melihat perkembangan diri. Sayapun masih berlatih menulis dan selalu kepingin menulis kalau lihat teman aktif berkarya.

    Membaca ulang tulisan-tulisan yang kita buat, sebetulnya bisa memperkaya kita selain membaca karya tulis penulis-penulis lain. Tapi, kelebihan membaca ulang tulisan kita adalah, kita bisa belajar untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam menulis. Saya suka bosan baca tulisan sendiri, tapi merasa perlu untuk proses editing.

    *ceileee bahasa si gw... ah Anis, saya masih amatir lah... Pingin bisa beajar nulis kayak kalian yang di RD. Ngiri saya!

    BalasHapus
  2. wah masa teh "Anis udah jadi penutur yang baik." ? semoga yang baca nggak kebingungan ya. Ah senengnya ada teh Intan yang mau mampir ke blog saya yang isinya sederhana.
    Makasih makasih ya teh, Tulisan teteh itu bagus -bagus dan sangat komitmen dibanding anis dalam menulis :)

    Iyas teh bisa ke RD, tapi kemauan tetep berangkat dari diri sendiri. Maeeen teh ke RD :)

    BalasHapus

Anis Sofia © 2016