Hal yang paling saya benci,
adalah perjumpaan. Karena saya tahu setelahnya pasti harus bersiap menata hati
akan suatu episode ‘perpisahan’.
Begitupun dengan saat ini ketika saya mengetik
sendirian di sudut kamar hanya ditemani alunan depapepe, rasa sakit menahan
rindu itu masih terasa hingga saat ini. Tapi masih sedikit terobati akan
gambar-gambar yang masih bersemayam di laptop saya. Di Rumah Dunia, saya bisa
menyatukan rindu dan semakin akrab dengan mereka yang pernah menjadi keluarga
ngetrip di alamNya, anak gunung Krakatau.
Masih ingatkah? Ketika kak Reno
menyanyikan lagu, pada malam harinya kita mendapatkan traktiran mie plus baso
(makasih kak Agus Goemay!) . Di sana tertumpah ruah kegalauan kegalauan dari
bang Andri Kronis, bang Ocha, bang Efri, bang Agus, bang Rama, mbak Lia, mbak
Intan, mbak Isti, ka Reno, dan saat itu saya, Rini, dan Fitrah menjadi
pendengar yang baik.
Cukup mengingatnya saja ya! Jika
saya mewakili menceritakan di untaian huruf ini, rasanya tidak ‘wah’. Karena
kita harus mengingat, dan kembali tersenyum akan malam yang indah itu. Kepala
yang berbeda, isinyapun jauh berbeda, watak, sikap, sifat, berbaur satu menjadi
akrab. Bercerita ini, dan itu. Sungguh malam itu, adalah malam yang otak saya
menolak untuk lupa. Karena kalian kini telah menjadi bagian pengisi ruang hati
saya (cwiiiit cwiiiit *ini Serius).
|
Keluarga alam yang tak lengkap. *Kak Reno nggak ada, ka Ocha juga. Nggak lengkap hiks |