Dilayar 22 inchi, ku tatap kagum pada simpul senyum yang aduhai indahnya. Simpul-simpul tulus akan kasih sayang, ketegaran, pengorbanan. Mungkin saat ini kita masih merasakan nikmat indah memiliki kedua orangtua, sedangkan mereka? Bisa jadi ada yang sudah kehilangan sang pembanting tulang, atau sosok bidadari tak bersayap yang telah mengandungnya. Ntahlah, mereka adalah malaikat-malaikat kecil yang mampu menusukan panah kebahagaian.
1 Juni 2013, banyak malaikat turun dan
mengamiinkan doa-doa kita, semoga. Indahnya tak terbantahkan, dikala
cinta-cinta ini saling menyatu pada gedung kokoh. Yayasan wanita bahagia,
beberapa calon pejuang Cinta-Nya, bersorak riang gembira menyambut para kaka
yang menggenakan jaket hijau muda, dan para teteh yang berlapis jilbab.
Kepolosan penuh kesucian itulah
mereka, para sosok yang mengajari usia yang menginjak 20 akan sebuah
kebahagian. Pada detak detik waktu, berdiri dua perempuan yang memimpin jalan
acara berkah. Ialah Ratih Remadani Astuti dan saya. Lembaran sejarah baru telah
mencatat akan duet perdana antar prodi English dan PGSD. Perpaduan yang
berwarna, walau sosok lesung pipi berada di jurusan bahasa bule, tapi jiwanya
memenuhi standar pgsd. Bolehkah saya bicara, sungguh tertakjum kagum padanya,
Ateh sang ka.Dept Peduli yang
dianugrahkan oleh Maha Kuasa keceriaan yang tak akan pernah habis.
Pada jiwa-jiwa yang hanya bisa
dihitung jari, terutama para kaum berjenggot yang hanya berjumlahkan 4 orang
(Ka Abi, Ka Imat, Ka Lukman, Adi) acara ini tetap berjalan penuh semangat. Tilawah
yang dilantunkan oleh ka Lukman, menjadi pembuka dan harapan keberkahan dalam
acara sabtu lalu. Sambutan dari ketua pelaksana yang sangat menggugah, tapi
rupanya perlu dipoles lagi untuk bisa berbahasa “anak”. Ka Abi selaku bapaknya
LDK yang sudah sangat ke-bapak-an menutrisi para anak-anak yayasan dengan
rangkaian motivasi mengenai mimpi, semangat kehidupan. Hingga menuliskan dalam
memori mereka mengenai 3 hal yang perlu diyakini (apa itu? Tanyakan langsung
padanya ya!). Bu Arin, adalah wanita tegar sang Pembina dari yayasan ini,
betapa hati keras ini luluh seketika saat lantunan-lantunan doanya mengarah
kepada kami. Kami yang hanya manusia biasa, baginya adalah sosok hebat yang
telah memberikan manfaat luar biasa. Ah ibu, kita masih jauh dari hal itu tapi
semoga setiap doa dan perkataan ibu Arin menjadi lecutan semangat untuk menjadi
manusia yang benar-benar semangat penuh manfaat.
Doa yang telah dibacakan oleh Ka Abi,
bukan memiliki arti akhir kebersamaan dengan anak-anak penuh kelucuan. Tapi,
itu adalah awal jalinan cinta ini semakin erat. Erat melalui games hasil
ide Ratih dengan ular tangganya, Ka Abi dengan permaianan “Kata Bapak” yang
diplesetkan menjadi “Kata Teh Ratih”.
Oke, mungkin saya akan memberikan standing
uplouse untuk Ka Abi yang telah berhasil membuat seluruh anak tertawa
lepas. Bagaimana mereka dibuat kebingungan untuk memegang kening, telinga,
mata, pundak, hidung, kaki. Mereka yang terdiri dari usia tiga tahun hingga 10
tahun. Ah sungguh kepolosan anak-anak memang sangat indah, menyentuh hati yang
kering menjadi basah.
Hanya hadiah sederhana sebagai penawar
kelelehan mereka dalam bermain. Tunggu, mungkin hanya kami yang merasa lelah,
wajah mereka sedikitpun tidak tampak akan kelelahan tapi adalah sebuah senyuman
kebahagian yang terus terpancar. Hanya pulpen, pensil. “Maaf ya adik-adik. Semoga
bisa memberikan lebih di waktu kita jumpa nanti!”
Pagi berganti siang, adzan merdu
berkumandang. Menandakan seruan untuk menghadap-Nya dan harus selesai kegiatan
bersama anak-anak polos yayasan. Selesai bukan untuk selamanya. Masih ada
waktu-waktu rahasia untuk berlanjut menyatukan segala sayang ini, sampai jumpa
di episode selanjutnya pada kisah yang indah. “Bahagia itu sedehana!”
Mungkin
kau mengerti, mungkin kau tidak
Masa
lalumu seperti gading yang bisa retak
Mungkin
kau sadari, mungkin kau tidak
Tapi
ku yakin kau tetap yang sempurna
Meski
lemah kau tetap hal yang terindah
Kau
yang terindah
Meski
rapuh kau tetap hal yang terindah
Kau
yang tak sempurna
Selasa,
4 Juni 2013|08.58 WIB
Pojok
Darul Irfan|ba’da ngeLPJ+SPJ+surat JC1|Tak Sempurna-Bondan|bahagia itu
SEDERHANA, melihat mereka senyum saja aku sudah bahagia J|dan
sangat menyedihkan minggu tak menjadi bagian dari mereka|