Jumat, 31 Mei 2013



          Pada jarak-jarak waktu aku selalu menunggu. Sebuat cita dalam cinta yang kudapatkan dalam detakan waktu.  Di bulan April ini begitu banyak langkah-langkah cinta yang kuharap, segala ketulusan cinta itu menjadikan cita ku menggebu.
          Dalam masa yang semakin bertambah, ada cita yang bergemuruh tak terbantah. Berbagai targetan impian, ku tulisakan dalam catatan impian ku. Berharap semua dapat tercoret sempurna.
          “Oke, fiks. Go to padang. Go to Jakarta. Go to Aceh. Allahuma Aamiin. Oh once again jadi pengajar! Eh, the winner di Bem univ nulis esai” selepas merangkainya ku tempelkan di mading hijau.
          Kehidupan berjalan dengan baik. Menulis esai dua jam sebelum deadline. Bersyukur panitia begitu baik hingga masih mau menerima tiga halaman esai yang telah kubuat. Kemudian menunggu dengan penuh doa.
          Di sela-sela kehidupan masa mahasiswa, yang tiap hari tak pernah terhindar akan tugas yang bejibun. Organisasi yang selalu ada di setiap bilik hati ini, bagaimana tidak? Di keluarga kelas menulis ini aku menjadi salah satu petinggi disini. Harus bisa mengayomi adik-adik tingkat, memberikan teladan, menyamangati mereka. Lomba Karya Tulis Al Quran, menjadi satu langkah untuk memberikan contoh dan semangat kepada adik-adik tingkat,  mengijakan kaki di kota yang terkenal makanan pedasnya.
Menambah khasanah ilmu, menjaring sahabat baru, terbang gratis. Ah memang segala alasan menjadi penggerak aku, Lita, Rika untuk mengorbankan malam tak tidur, akhir pekan tidak pulang kampung, dan sibuk mencari buku referensi di perpustakaan.
          “Semangat Rara! Go to padang!” ucap Lita menggebu-gebu sambil menepuk bahuku, melihat mataku yang sudah tak karuan bentuknya.
          LKTIA itu Alhamdulillah sudah mendapat beberapa referensi, dan saatnya hari ini fokus menjawab pertanyaan lima penguji. Kini kuberada di LPPM universitas dimana aku menuntut ilmu. Ada tigapuluh peserta lintas fakultas jurusan yang mengikuti seleksi KKM Nasional ini, dan mereka semua adalah aktivis.
          “Apa yang kamu ketahui tentang Aceh?”
          “Apa program kerjamu jika terpilih?”
          “GAM, tidak takutkah kamu nanti KKM disana?”
          “Rara, kamu seorang perempuan memangnya berani?”
          Lebih dari tiga pertanyaan terlontar  yang harus dijawab dengan cepat dan tepat. Malangnya nasibku, selalu mendapatkan pertanyaan terakhir. Apakah karena aku hanya satu-satunya wanita yang berada di kelompok 2 wawancara ini? Jika karena aku berjenis kelamin wanita penyebabnya, ini sungguh diskriminasi. Setiap jawaban yang aku sampaikan terkesan copas dari jawaban-jawaban teman-temanku sebelumnya, ya nasib mendapatkan pertanyaan terakhir. Hanya berusaha menjawab sebaik mungkin, tanpa ada copas argument sana sini.
          Seleksi KKM Nasional fase wawancara, telah usai walaupun mengorbankan jatah kuliah, tak mengapa. Karena impian itu tak instan, butuh perjuangan keras. Lagi, ku menunggu dengan dipenuhi deruman doa dalam setiap ku menghadap-Nya.
          Sungguh seharian ini begitu berjuang dengan peluh, semangat bergemuruh. Setelah diuji oleh lima penguji, lima ruangan yang berbeda, dan pertanyaan yang sudah tak terhitungkan oleh jari dan hebatnya ku perempuan seorang dalam di kelompok dua, hebatnya lagi satu kelompok dengan mantan ketua himatika, ketua himaguseda, ketua umum pramuka, pengurus BEM-FE. Ke empat teman-teman seperjuangan itu sungguh luar biasa, cerdasnya mereka tak terbantahkan. Pertanyaan terbesar yang bergejolak dalam diri ini siapakah dari kelompokku yang akan menuju Aceh?
          Lagi dan lagi menunggu dan tak bosanya untuk selalu memanaskan doa doa yang ku mohon pada Maha Pecinta. Setibanya di masjid, waktu masih jauh menunjukkan waktu adzan ashar. Langsung ke memanfaatkan waktu membuka sibiru, mengkoneksikannya dengan wifi kampus yang tersedia. Mudah, memiliki akun NIM disertai password sesuai yang diinginkan “Tik.. tak tik”, sudah terkoneksi dengan cepat.
          Jemariku dengan lincah memasukan situs www.FIM.com. Hari ini, hari penantianku selama 31 hari. Penantian dipinang oleh FIM untuk mengikuti rangkaian leadership di Jakarta. Sungguh kalau bukan sahabatku di IPB, pasti sudah ku acuhkan kegiatan FIM ini. Kaze sahabat satuku ini telah berkoar-koar kehebatan kegiatan FIM yang pernah dirasakan olehnya. Ku masukkan username, password di situs FIM, harapan itu semakin berderu kencang. Tak lupa kalimat bismillah yang selalu diingatkan oleh murrabi untuk melakukan kegiatan, aku ucapkan.
          “Tak apa, tahun depan masih bisa!” mencoba tenang, menatap nyinyir dan hati berdesah resah. Satu langkah gagal, masih ada harapan-harapan lain yang masih dalam masa penantian.
          *~*~*
          Setelah berjuang keras, menahan malu dihadapan para audiens saat lomba syarhil quran. Saatnya memantapkan kaki menuju gedung rektorat. Disana ada pengumuman, tiga besar LKTI yang lolos dan akan dipresentasikan esok harinya, kemudian akan dipilih satu terbaik.
          Tiga nama jelas tertempel di mading rektorat, berkali-kali ku menjelikan mata memerhatikan setiap abjad dalam rangkaian nama-nama yang tertera. Tetap saja tak akan mengubah, tidak ada nama Rara Sofia dan Lita Nur Dwi. Sungguh kembali gagal, dan cukup menelan pahit. Kembali belum berhasil merasakan MTQ Nasional di Padang, dan tak akan bisa. Kesempatan terakhir, untuk menunggu dua tahun ke depan itu sangatlah tidak mungkin, sudah dipastikan aku mendapatkan gelar S.Pd dan sahabatku Lita S.p.        
          Tiga hari dalam menunggu rasanya bagaikan tiga tahun menahan rindu. Dalam tiga hari menunggu pengumuman KKM Nasional yang akan dihubungi by phone oleh LPPM, ku persiapkan diri dengan mencari bahan-bahan materi untuk tes tulis. Lagi, aku berharap bisa lolos dan menjadi bagian keluarga besar di Rumah Baru, lembaga bimbel yang katanya popular seIndonesia. “Ya semoga bisa masuk ke Rumah Baru.”
          Kini telepon genggamku yang berwarna hitam yang setengah canggih, bermerkkan nokia 200. Menjadi jantung sebuah pengumuman. Si hitam tidak boleh diberikan kesempatan mati walau sesaat. Maka di tas gendongku, tak pernah lupa membawa chargeran sebagai aliran kehidupan untuk si Hitam jika tetiba mati.
          Si Hitam belum disilentkan. Padahal jarum jam sudah lebih dari tigapuluh menit masa pembelajaran di dalam kelas, tapi tetap saja dosen belum terlihat batang hidungnya. Sambil menunggu dosen yang tak da kabar, ku membalas sms yang datang satu persatu ke telepon genggamku ini.
          “Trala-la..laa” Si Hitam bersuara, nomor baru. Sedikit ragu untuk mengangkat, mengingat sebulan yang lalu aku kecelakaan terhipnotis melalui orang yang menelepon.
          Memberanikan diri, dan mengucapkan lafadzNya “Assalamu’alaikum, halo?” tanyaku mengawali pembicaraan sambil ke luar kelas.
          “Walaikumsalam. Selamat siang bu! Dengan ibu Rara Sofia? Besok  lusa diharapkan datang di Rumah Baru, kebun Jahe untuk mengikuti tes tulis. Pukul 13.00. oke bu? Ada yang ditanyakan?”
          Sekejap kumengingat jadwal. Tak ada kuliah. “Iya bu, bisa terimakasih”
          Sebuah senyum sumringah yang telah mengalihkan pandangan mata yang keheranan menatap ku senyum-senyum sendiri yang memasuki kelas. Tak apa, rasa ini mulai tersiram kabar segar.
          Seratus dua puluh menit berlalu, dengan keributan tak karuan di dalam kelas. Ada yang mengobrol, sore ini mau makan di AW, MOS, CFC, MD. Ada yang menagih uang arisan, di sudut kanan ruangan ada yang menjajakan blazer terbaru, ada kumpulan tiga temanku yang membahas observasi mengajar, hingga ada yang meminta usul ke teman-temanku mengenai buah tangan apa yang pas untuk di hari pernikahannya. Sungguh gambaran kelas yang banyak warna, sedangkan aku menjadi penonton setia mereka, sambil sesekali membaca buku dan satu lagi aku segera memberikan kabar gembira kepada sang guru kehidupan, bahwa aku ditelepon oleh sesosok wanita yang menyuruhku datang untuk tes tulis.
          Sesuai arahan petunjuk sang guru kehidupan. Ku mencari data-data materi yang sekiranya nanti akan menodongku ketika tes tulis nanti. Puisi, pantun, cerpen, pidato, pengumuman, surat dan masih banyak materi bahasa Indonesia yang harus kudapatkan.
          Sekelibat ku melihat sahabatku yang berjalan menuju masjid “ Eh sob, jadi siapa yang KKM Nasional? Lu dah ditelpon?. Hp gw sepi sepi aja nih nggak ada yang nelponin” ucapku to the point.
          “ Wihh udah Ra, pas senin. Gw, Pamungkas, Mantufli, Hana, lolos! Doain ya Ra!” ucapnya sambil meninggalkan jejak sepatu pentopel cokelatnya.
          “Sukses ya Bro!” ucapku teriak, hati ini yang terdalam ikut menjerit. Sudah lebih berkali-kali gagal, lagi dan lagi menelan pil pahit. Padahal luka kemarin masih sedikit menyisakan.
          “Selamat ya adiku sayang! Juara satu esai bem univ, juara 2 aksi” ucapku dengan penuh senyum bangga melihat Ika dan Eni yang menjuarai beberapa lomba. Walau jujur dalam hati ada beberapa luka tersayat, berharap bisa masuk tiga besar dengan adik-adik kelas yang luar biasa ini.
          Setidaknya Ika yang juara 1 lomba esai telah membuatku tersenyum dan bangga memiliki adik yang punya semangat menulis, tulisannya memang indah. Semakin banyak saja orang yang suka menulis, semakin bahagia rasanya.
Belum lagi sahabat Ika, Eni. Dua mahluk ini memang susah dipisahkan, sikapnya yang memiliki kesamaan. Bangga rasanya balutan kebaya putih yang anggun, jilbab panjangnya tidak menghalanginya untuk berkoar mengungkapkan segala keresahan mengenai wanita. Sungguh hari pertama kita berjumpa, kemarin saat mereka memagang tropi, hingga saat ini cinta ini tidak berkurang, yang ada semakin bertambah.
Sudahlah, kertas itu memang tercoret satu demi satu. Walau bukan karena suatu keberhasilan yang diharapkan. Ada yang lebih tahu terbaik untuk diriku. Masih ada cita tak kelabu untuk menjadi bagian dari keluarga Rumah Baru, bisakah? Aku hanya menguatkan tangan, hati, pikiran, otak untuk bersiap tes tulis. Segala cita ini tak akan kelabu..
Bersambung..
Sabtu, 1 Juni 2013|08.29 WIB
Dalam instrument keran|bondan-Kita selamanya|prepare to walimahan senior TRAS|Prepare to babsa peduli|TAK ADA YANG SIA SIA J!!

Kamis, 30 Mei 2013



          Sediamnya diri dalam keheningan, waktu akan selalu berputar. Detak detik jarum jam tidak akan pernah berhenti. Hingga tidak sadar berada di kepala dua. Begitu banyak hal yang harus dipersiapkan secara matang.
          Menjadi dewasa adalah sebuah takdir. Tidak bisa dihindari, atau dilupakan. Perlu kesabaran dalam meraih mimpi-mimpi yang ditargetkan menuju masa dewasa. Dahulu adalah bocah ingusan, sekarang di usia berpuluh harus bisa menjadikan peluh sebagai bahan bakar pertahanan hidup.
          Mandiri dalam finansialpun harus bisa dijadikan patokan targetan hidup. Tidak meminta uang kepada orangtua, bermanja-manja minta dibelikan ini itu, mengemis dibelikan pulsa dan masih banyak segala tindakan anak kecil. Tidak mudah memang, karena itu adalah proses kehidupan.
          Menjadi pengajar adalah kemulian bukan hanya sekedar pilihan semata. Bagaimana bisa memberikan inspirasi dan menanamkan segala ilmu untuk mencerdaskan anak-anak sang harapan bangsa. Terlebih jika ada bayaran setiap peluh tentu bisa dijadikan tambahan dalam kebutuhan hidup sehari-hari.
          Begitupun dengan aku, dalam kebimbangan usia yang semakin bertambah. Hati dilanda resah gelisah tak karuan, tersadar belum dapat makan dengan hasil peluh sendiri. Hingga menghatarkan niat untuk tanpa ragu menaruh amplop cokelat besar berisikan surat lamaran, cv, transkip nilai, poto 2x3 diberikan pada sosok gadis dengan rambut terurai panjang dengan senyuman manisnya. Ku lakukan sesuai instruksi dari “guru kehidupanku”, Maha Kuasa telah menjatuhkannya di atas bumi ini dan kebaiakan Sang Pencipta datang melaluinya, guru kehidupan. Kebingungan yang ada terasa berkurang melalui arahan-arahanya yang tepat dan detail.
          Kebaiakannya tidak hanya sampai memberikan instruksi menaruh amplop. Masih ada kebaikan yang selalu mengisi di Rumah Baru. Rumah Baru yang memiliki begitu banyak misterius. Bangunan yang begitu kokoh dan gagah, penghuninyapun adalah orang-orang pilihan. Sependengaran ku dari cerita teman-teman, hanya orang cerdas, yang dapat menjadikan bagian dari Rumah Baru. Pantaskah diri ini menjadi bagian dari Rumah Baru?
          Sungguh misterius, setelah amplo itu berada di Rumah Baru. Hanya ada kata menunggu yang mampu kulakukan. Menunggu telepon genggam ini mengeluarkan nada klasiknya sambil ada suara dibaliknya mengenai panggilan untuk mengikuti tahap selanjutnya. Berharap penuh, doa itulah yang mampu kulakukan.
          Pantaskah?
To be continued..
Kamis, 30 Mei 2013|21.01 WIB
Dalam keheningan, bertemankan lantunan tilawah. Sudut daru irfan, Serang.

         
          

Rabu, 29 Mei 2013



Hai! Tercengankah dalam awal tulisan ini saya menyuruh pembaca (kamu-kamu) untuk bergoblog? Ini bukan ungkapan kekesalan atau sumpah serapah dengan suara lantang berteriak “ Goblog!” . Teeettt, Bisa-bisa jiwa guru saya hilang mengatakan goblog, atau membuat orang bermuka merah padam dan ujung-ujungnya bertambah dosa. Oh, no!
Ide yang diberikan oleh Sang Maha Kuasa ini sebenaranya sudah lama, kalau diibaratkan roti pasti sudah bulukan, berjamur disana-sini. Tulisan ini hadir karena saya terinspirasi dari orang di sekeliling saya yang “rieuweh” mengenai blog, tulisan dan sejenisnya.
Blog? Pengertian dalam KBBI, oh saya tidak tahu, kalau ditanyakan KBBInya saya angkat tangan deh. Tulisan ini dibuat ketika berada jauh dari perpus, dan sang mentari belum bangun dari tidurnya. Oke dalam otak saya, asam asinnya kehidupan dunia ketik mengetik, blog in my mind adalah tempat dunia maya yang dengan sepuasnya kamu bisa nulis apapun, dan bisa dibaca oleh seluruh orang di penjuru dunia. Mau yang kulit putih kek, hitam kek, merah kek, cokelat, hijau :D selagi terkoneksi dengan internet dan alatnya, dijamin bisa buka blog apapun.
Blog itu bagaikan pisau, yang memiliki dua sisi tumpul dan tajam. Jika berhasil mengutak-ngatik dalam membuat blog yang kece pasti dijamin gelora semangat akan berkobar-kobar. Beda halnya, jika mudah putus asa, langsung angkat tangan bicara di depan layar “Nyerah. Saya nyerah!”. Nah, secara nggak langsung kamu bisa bercermin “gw ganteng atau jelek cermin?” eh bukan! Bukan! Tapi kamu dapat bercermin dari si blog “ saya mudah menyerah atau bersemangat min?”.
Blog itu curhatan terkeren. Tanya kenapa? Blog in my heart ya inilah bisa curhat semau apapun dan dibaca banyak orang. Kenapa mengerut begitu mukanya yang baca? Oke, akan saya jelaskan J . Bukankah hal memalukan dalam hal curhat mencurhat di dunia maya termasuk ngeblog ini. Ya, sayapun setuju jika isi tulisannya seperti ini “Bete nih, gak punya pacar!” waah yang ada orang yang baca yang awalnya pusing lihat tulisan begituan dia malah kepengen copot kepalanya. Tragiskan!
Proses menulis adalah proses berfikir. Ketika tulisan sudah the end siap ditayangkan, proses berfikir belum selesai disana. Karena kita juga harus berfikir apakah isi tulisan ini layak untuk dibaca? Bisakah menularkan energy kebersemangatan, kekuatan hidup atau yang ada mematikan hati orang-orang karena telah menularkan virus galau? Nah, itu dia blog itu curhatan terkeren. Gimana tulisan kamu membawa hati, pikirannya mengalir dalam setiap huruf-huruf yang dirangkai dalam setiap tulisan.
Jadi ingat masa unyu-unyu semester 2, saya mendapatkan sms dari seorang kakak kelas di satu organisasi, yang inti smsnya seperti ini impian dari seorang penulis adalah bagaimana ketika di padang mahsyar dia terselamatkan oleh beberapa orang yang berkata “saya telah berubah, melalui tulisannya telah menyadarkan dan mengubah saya”. Intinya seperti itulah smsnya, aslinya lebih bagus. Tapi saya lupa naruh dimana? Mantapkan? Karena tulisan man! Wah sesuatu.
Blog itu guru ikhlas. Cerita sedikit ya, awal saya berniat membuat blog memilki proses yang bisa dikatakan lama. Lama karena berfikir mengenai hasil tulisan saya
“Eh Lucky! Gimana kalau nanti tulisan gue di copas orang? Nyelekit bangetkan? Terus diaku-aku, “eh ini tulisan gue looh” sama orang itu, wahh nggaklah!”
“Wah Nis. Kalau tulisan loe ampe dicopas orang, berarti tulisan loe itu bagus, keren,. Nggak mungkin orang ngopas kalau tulisan loe jelek”
Diam.
Dialah Lucky teman satu kelas asal Malingping yang telah menyadarkan akan sebuah makna tulisan. “Tapi, siapa gue ya?” Begitu sangat pedenya kepikiran ada yang mau ngopas tulisan saya. Mungkin Allah telah memberikan hadiah suatu rasa ke-pedean dalam menulis J. Nah, buat teman-teman yang rajin nulis, tulisannya bagus eh dicopas sama orang tanpa minta izin, disanalah kita belajar ikhlas.
Blog itu ibadah. Yuk, mari yang punya hadist arbain kita buka hadist pertama. Isinya mengenai niat.
Dari Amirul Mu’minin, (Abu Hafsh atau Umar bin Khottob rodiyallohu’anhu) dia berkata: ”Aku pernah mendengar Rosululloh shollallohu’alaihi wassalam bersabda: ’Sesungguhnya seluruh amal itu tergantung kepada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai niatnya. Oleh karena itu, barangsiapa yang berhijrah karena Alloh dan Rosul-Nya, maka hijrahnya kepada Alloh dan Rosul-Nya. Dan barangsiapa yang berhijrah karena (untuk mendapatkan) dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya itu kepada apa yang menjadi tujuannya (niatnya).’” (Diriwayatkan oleh dua imam ahli hadits; Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrohim bin Mughiroh bin Bardizbah Al-Bukhori dan Abul Husain Muslim bin Al-Hajjaj bin Muslim Al-Qusairy An-Naisabury di dalam kedua kitab mereka yang merupakan kitab paling shahih diantara kitab-kitab hadits.
Wah jadi pengajian gini ya :D. Pasti setipe sama saya ya, kalau sekedar hanya berniat nulis, pasti hasilnya hanya tulisan. Tapi, kalau setiap awal tulisan diniatkan untuk Maha Kuasa, waahh celengan pahalanya bertambah ya.
Karena matahari sudah mulia nampak, dicukupkan dulu ah nulisnya karena harus bergegas dengan kegiatan yang menanti. Semoga yang telah ikhlas membaca tulisan saya semakin bersemangat ngeblog ya!
Saran, kritik, masukan, ditunggu yaa! J

::Rabu, 29 Mei 2013|06.20 WIB
::ba’da tugas|bergegas|dalam sejuknya udara di pagi hari|mengusir rasa ngantuk|pojok Darul Irfan. 

Rabu, 15 Mei 2013

            Selepas menuntaskan memenuhi rontaan permintaan perut yang sejak pagi belum diisi nasi, selanjutnya menghadap-Nya untuk mengadu gundah gulanah dengan solat berjamaah dalam musholah. Entahlah, pikiran tentang kalian tak terhenti. Malah dibawa khusyu untuk solat semakin membuat teringat tawa canda bersama kalian hingga tak kuasa ide tumpah meruah dan tak tertahankan jemari bergerak untuk mengetik. Kadang ku sebal, dengan kemauan menulis membludak di waktu manghadapNya, ya mungkin ini ujian untuk seorang gadis, mengetes kemampuan mengelola pikiran menulis dan khusyu kepada-Nya.

            Muqadimahnya lumayan panjang, satu paragraf. Tapi, bukan muqadimah rasanya lebih tepat seperti curcol. Oke, abaikan. Inilah pertama tulisan yang berbicara tentang lelaki. Ups, kedua tepatnya setelah menuliskan kisah tentang bapak.

            Sejak hari-hari lalu berdiri stand yang diadakan oleh KOKESMA membuat aku sangat penasaran. Ada apakah disana? Semakin penasaran ketika Hendi memasang raganya yang close up  di depan standnya. Dan, akhirnya dua roda sepeda mampu menghantarkan aku berkeliling stand dan berbagi canda dan tawa bersama kalian.

             
Melihat kalian, bagaikan sepasang kekasih. Ah tapi rasanya, melebihi sepasang kekasih. Toh sepangamatan ku di kelas, tiada ada yang melebihi romantisnya seperti kalian. Babang, anggaplah ini sebagai sebutan kesayangan. Ya, bersyukur ketika dipertemukan dengan kalian.

            Suhendi, awal jumpa. Saat kita masih sangat cupunya mengenal dunia kampus. Sangat kuat dalam ingatan, awal mengenalimu ketika kita berdua dipanggil oleh Teh Sri, untuk menyukseskan pemira. Entah bagaimana, karena begitu waktu yang panjang, hingga membuat kita satu organisasi. Kamu ketua, dan aku adalah rakyat jelata yang mengatur keadaan kwalitas dan kuantitas anggota. Rasa bersalahpun tidak mampu menghilang begitu saja, ketika bawahan mu ini belum bisa menjalankan amanah dengan baik selama kita membangun rumah tahun 2011-2012. Tapi dari semuanya ada pelajaran manis yang tak akan tergantikan oleh pahitnya obat.

            Kisahmu, perjuanganmu, masa-masa sulitmu memperjuangkan untuk kuliah. Sangat mengenyuhkan hati. Aku kira, hanya akulah seorang yang sangat payah dalam usaha masuk perguran tinggi. Tapi, kaupun berada dikepayahan yang butuh perjuangan lebih dibandingkan seorang bernama Anisa. Sepenggalan kisah itu mewarnai perjalanan menuju salatiga, jawa tengan. Masih ingatkah? Pasti semua kisahmu jika dibuatkan novel, akan best seller. Percayalah! :)





            Den, bersyukurlah ingatan ku sangat kuat. Terlebih aku adalah orang visual. Sangat kuat ingatan mengingat bentuk rupa, walaupun tak tahu merek atau namanya apa. Hal itu sama dengan awal mengetahui ada sosok di muka bumi bernama Deden. Gokilmu mengalahi diriku, saat awal ku kira dirimu so cool and jaim. Eh, ternyataaa..

            Masa-masa indah, dengan label mahasiswa baru. Banyak acara tersaji secara murah bahkan geratis. Ada dua kegiatan saat itu, yang membuatmu dua kali maju ke depan. Berlaga menembak orang. Ya, kau terhipnotis. Tak habis akal, mengapa bisa? Sosok rapih berkemeja cokelat celana hitam bisa berlaga aneh  di dekat mimbar masjid. Acara apa? Trainer Hengkykah? Agak lupa untuk pematerinya. Hingga, ku tahu bahwu sosok yang membuat senjata tembakan dari tangannya adalah bernama Deden.

            Kalian, bak kembar. Tapi kembar yang tak punya kemiripan raga. Di dalam jiwalah adanya kemiripan kalian. Apakah mungkin faktor darah kalian yang sama, berdarah O?

Di tahun kedua, kalian sama gerak menduduki jabatan ketua hima. Suhendi dengan ketua himagusedanya, Deden dengan himatikanya.

            Di tahun 2011, aku berani bersumpah. Dalam pandangan dua bola mataku. Himpunan matematika, pgsd semakin maju. Selamat ya sahabat! Kalian memang sangat hebat! Jiwa kalianpun semakin erat karena berada di bawah atap yang sama, kosan. Belum lagi, kalian mencoba menebalkan dompet dengan berusaha bersama. Prestasipun tidak luput untuk memoles kalian berdua. Ditambah, kalian sudah mempunyai gelar buatan Suhendi S.p, Deden S.t, haha gokilnya kalian.

            Dan kalianpun bergandengan tangan, menuju Aceh. Ku kira kita bertiga, akan bersama menginjaki Aceh. Tapi, belum jodohnya untuk bisa KKM di sana, dan belum saatnya menuliskan kisah perjalanan ke Aceh, hmm L. Iri, itulah yang kurasakan. Tapi, sangat yakin kalau Sang Pecinta maha tahu akan segalanya. Manfaatkanlah dengan baik di kota yang terkenal dengan kopi kocoknya, karena tidak semua memiliki kesempatan yang sama. Bagi kisahnya ya, sepulamg dari sana! Ku tunggu :)
            Di akhir tulisan ini tapi tak akan bermaksud untuk mengkhiri, semoga akan hadir-hadir tulisan mengenai kalian. Tulisan ini bukan bermaksud meyanjung kalian hingga terjatuh. Bukan! Tetapi, semoga dengan untaian kata sederhana ini dapat menambah langkah, gairah untuk terus melesatkan diri, hingga selalu bisa menginspirasi orang-orang di sekitar, menebarkan manfaat. Bahkan menjadi pengingat jiwa raga kalian ketika jatuh, menyadarkan bahwa banyak orang yang terinspirasi dengan kalian, akankah mengecewakanya?

            Babang Hendi, babang Deden, sahabatku. Semoga ukhuwah kalian kekal hingga bersua di JannahNya ya :) . Satu pesan dari anak kelahiran Bogor ini, jangan sampai kalian jatuh cinta pada akhwat yang sama, kan gawat gak bisa dibagi-bagi, upss hehehe.

Rabu, 15 Mei 2013|pojok kamar belakang| ba’da jamaah isya | qabla ngerjainn RPP| diiringi alunan could it be|penuh pengharapan | mohon ku, sertakan ku dalam do’a doa kalian ^_^

Rabu, 08 Mei 2013



Dibuat indahnya hari ini walau dalam berada kesempitan otak dalam mengatur waktu. Hadirlah dalam acara yang konon katanya seminar nasional yang diadakan oleh  BPK, 7 Mei 2012.

Ah, sebagai wujud satu keluhan ketika masih bodohnya dalam menaklukan putaran waktu. Tapi, di hari bermakna ini tanpa ada ketekadan kuat untuk menginjakkan kaki di auditorium untirta Serang, ajaibnya bisa berada di acara tersebut. Atas dorongan dari ketua TRAS Ma’ulfi Kharis Abadi, membuat tubuh terduduk tepat dua bangku di sebelahnya. Kenalkanlah dia salah satu ketua umum TRAS yang sangat bersemangat, yang bisa melunakan akan kerasnya kemalasan.

Hadi Poernomo, dibuat terpesona olehnya walau dalam tumpukan pemikiran  berbagai macam tugas yang tiada habisnya. Dialah bapak BPK yang telah mendapatkan beban tanggung jawab di pundaknya sejak tahun 2009. Ada dua kata ah yang membuat mataku berbinar-binar.
“Yang terpenting adalah amanah dan istikomah. Saya sangat suka dengan kata amanah” ucapnya sambil bersemangat.

Amanah, istikomah dan kedua katanya itu yang membuat indah J. Sayang sekali saya tidak merekam alasan mengapa bapak yang berusia 66 itu bisa menggemari kedua kata. Ada hal yang menggebu di qalbu, entah begitu sangat yakinnya ketika  seseorang memiliki kesukaan terhadap kata amanah dan istikomah, pasti orang tersebut memiliki sejarah dan alasan yang membekas dalam ingatan.

Bapak lulusan UI tersebut sungguh mengagumkan, sekitika saya terdiam masih dalam memandang wajahnya yang dipenuhi urat-urat kendurnya,
“Akankah 66 nanti saya bisa menjadi orang bermanfaat di negeri ini? Ah, minimal manfaat untuk ibu, bapak, suami, dan anak-anak saya? Atau, atau sudah berada di bawah tumpukan tanah berhiaskan batu nisan?”

Dan saat itu saja semakin jatuh hati dengan kata amanah, istikomah, ditambah insyallah, kata yang selalu disebut-sebutnya ketika memberikan materi.

Selasa, 7 Mei 2013
20.38 WIB | Qabla baca novel | qobla ngerjain tugas | sambil ngobrol tentang tere liye @kamar belakang.

Senin, 06 Mei 2013



Disejukannya hati dan dahaga oleh segelas jus jambu merah tanpa susu, sebagai tawaran pemicu jemari untuk segera mengetik di laptop berwarna biru. Tepat pukul 21.02 mulai menggerakan jemari yang mulai kaku akibat urat-urat kemalasan. Tugas menunggu. Right, tapi tidak kuatnya untuk melampiaskan ini semua kepada layar keyboard. Teringat akan quatenya Ka Adi.

Oke, sengaja bulan ke-4 ini diketik dengan capslock. Pelampiasan kekecewaankah? Ya, bisa jadi. Kebenciankah? Jangan sampai.

Bulan di hari Kartini lahir ini begitu banyak impian yang diharapkan, saya sebut bulan Pengharapan. Bulan yang setiap pekannya sudah ditargetkan untuk tidak statis. Bulan yang penuh kompetisi, diujinya keseriusan dalam kuliah setiap setengah semester alias uts, bulan penuh dengan uji kreatifitas, jatuh di bulan April.

Seleksi MTQ nasional goes to Padang, KKM nasional di Aceh, Artikel Bem univ, dan masih banyak uji-uji yang lainnya.  Semua mahasiswa yang menjadi peserta didalamnya menjadi hati dibuat galau menunggu hasil pengumumannya, apakah lolos atau tidak? Ada yang cemas tiada batas. Ada yang santai sambil menikmati angin sepoi di kota gersang Serang.

MTQ Nasional yang akan menghatarkan raga menuju Padang deng pesawat terbang ini, membuat ngiler bagi mereka yang memiliki selera prestasi. Ajang ini memang datang dengan penuh kejutan tanpa rutin di setiap tahunnya. Dua tahun menjadi waktu tungguan para mahasiswa yang sudah menatap tajam untuk memasuki ajang tersebut. Berbagai cabang lomba berislami menjadi tawaran untuk mencapai gerbang kesuksesan goes to Padang.

Fahmil Quran, Hifdzil Quran, Syarhil Quran, Karya Tulis Ilmiah, dan masih banyak yang tak terlepaskan dari islam. Itulah tawaran tiket menuju Padang. Semua berjuang untuk mendapatkan tiket tersebut. Berusaha dengan sekuat tenaga. Mengorbankan waktu, rasa ngantuk, mengabaikan rasa lelah hanya untuk menyusun ide membuat tulisan dan ide brilliant Karya Tulis Ilmiah. Setiap waktu diasahnya otak untuk bisa memperkuat hapalan Al Quran, beberapa usaha dari setiap usaha untuk memegang tiket goes to Padang.

Banyak yang mandaftar, mendapatkan predikat peserta. Mereka dipenuh harapan-harapan dalam mewujudkan segala impianya. Dihadapkan dua hasil usaha, menang dan kalah. Akan ada mereka yang memagang tropi, dan gigit jari. Menang? Alhamdulillah, Kalah? Tetap Alhamdulillah.

APRIL, menjadi bulan pengharapan bagi segelintiran orang, termasuk saya. Kini apa yang diperbuat ketika tidak sesuai yang diharapkan? Jatuh? Hal yang wajar, tidak sedikit bulir air mata membasahi wajah, mengkoyakkan hati impian yang bukan sekedar imaji.

Ketika jatuh, disana ada orang-orang yang tulus mengulurkan tangan, membantu bangkit dari segala rasa keterpurukan. Setiap jemari yang menyambut tangan kita adalah gambaran rasa sayang yang menunggu senyuman yang siap bangkit dari jatuh yang memilukan.

Itulah manfaat jatuh, kita dapat melihat mereka yang tulus menjadi pemompa akan mengempesnya ban semangat. Seperti saat ini, ketika bulan pengharapan ini malah menjatuhkan, hadirlah mereka yang Sang Pecinta ciptakan dengan keelokan masing-masing.

Welcome Mei, bye April! APRIL bulan Pengharapan, buka  Penghabisan. Semangat, mimpi, cita, cinta, karyaku tidak akan habis di bulan April.

#MOVE ON
Terimakasih untuk kalian yang telah memberikan semangat via chat, sms, telpon, quote. Semoga dijaga cinta dalam lembutnya kisah kasih.

21.41 WIB
Sudut Kamar Darul Irfan
Dalam mata terkantuk, segera membabat tugas Inggris :D 
Anis Sofia © 2016