Jumat, 09 November 2012


Oh Habib!!!

Prise be to Allah the lord of the universe..
Atas kuasanyalah, Allah memberikan nikmat akan malam yang indah. Malam, yang berhiaskan bintang, hembusan angin kedamaian kesejukan dan  nikmat terbesar bisa duduk bersama orang shalih.
Subhanallah, Alhamdulillah. Terimakasih ya Rabb..
Tabligh Akbar, yang sudah sangat semangat diniatkan jauh-jauh hari untuk mengikutinya, sempat diguncang oleh setan berwujud galau. Biasa, mahasiswa tak pernah terlepas dari tugas,  terlebih lagi PGSD bisa dikatakannya sistemnya masih gaje. Hemmm ya harus di nikmati, dan biiidznillah, bismillah..

Berangkat, dan subhanallah, Allah memberikan rasa sayangnya. Berawal dari keberangkatan dari kampus untirta, telat atau sangat telat, karena saling menunggu, hmm termasuk penulis jadi bahan tungguan hehehe..



            Sabtu yang sangat mengharukan, memangkas semua rasa kegalauan. Boleh jadi semesternya dikatakan ketuaan untuk ikut acara penuh tantangan, tapi semangat membara itu selaru berkeliaran.

Sabtu, minggu diatautkannya hati-hati dalam keindahan alam hasil ciptaan Sang Pecinta. Tidur beratapkan langit dan beralaskan rerumputan hijau, indah sejuk, damai itulah yang menyetrum aliran darah hingga tak mampu bergumam karena aliran listrik ketakjuban akan hasil karyaNya.

            Muka sangar, nada tinggi, ketus, judes, jutek, pelit! Arggh sungguh para panitia akhwat dan ikhwan berubah, bak aktor saja diri kalian ini. Membuat kita para peserta mencibir diam-diam akan perubahan kalian yang sangat drastis antagonis. Ada saja adik kelas, yang setengah hati mengikuti JC dan hatinya makin akut karena sikap yang memang membuat diri merinding. Bentakan, hadir dalam dua hari itu, tapi pemandangan yang sungguh menggoda menutupi rasa jengkel kami terhadap panitia.

            Celoteh akhwaters…

      Sekali lagi walau semester ketuaan untuk ikut agenda yang penuh tantangan, tapi semangat itu memang berkeliaran dan harus diturutkan. Walau menginjak semester 3 ehem ditambah 2, hayoo berapa? (hitung sendiri ya). Dengan berbagai pelik permasalahan hidup dan kegalauan yang sedang meradang kaum remaja, apalagi ba’da ospek jurusan yeng membuat mata tak tersitirahatkan dengan baik, dihiaruakan dengan segala jurus ampuh untuk memutuskan rasa ragu mengikuti JC.

      Hingga ukiran takdirnya mengantarkan seorang ASW menjadi akhwat tertua yang mengikuti JC (semester boleh tua, tapi tampan sangat muda hehehe). Rasanya sangat berhutang sudah mengikuti DM 2 yang sangat ruar biasa! Tapi JC 1 terlewat, belum lagi sudah janji sana-sini untuk ikut agenda penuh tantangan, dan sebelumnya sudah menabung untuk membeli sandal gunung yanga kalau dipakai serasa akhwat yang lemper(hehe). Dan, bermuara niat harus tulus karenaNYa.

      Kemah termewah

      Ikan asin, nasi liwet merupakan santapan yang selalau terenak di alam terbuka. Pernahkah dengan mudahnya menemukan sarden, dan ayam nugget? Yummy, inilah kemah termewah. Salah seorang akhwat muda yang sangat inisiatif menyiapakan JC dengan penuh perbekalan yang sangat istimewa, siapakah gerangan? (Hanya akhwat dan Allah yang tahu hhe). Ya begitu indah rasanya bisa merasakan makanan yang sebenarnya kurang tepat sih untuk kemah begitu tapi inilah inovasi yang membuat semakin betah berkemah. Jujur, akhwat mempertanyakan peserta ikhwan, apakah merasakan makanan yang seenak akhwat? (haha, kasihan)

      Apinya pun  berasal dari arang tempurung kelapa, yang sangat susah payah ditiup dengan penuh tenaga. Kemah mewahnya memang belum sempurna karena kompor gasnya “manja” dia tak mau menyala. Dan akhirnya menggunakan tips nenek menyiapkan dedaunan kering, dan api hitungan ke 1 menit, dua menit, tiga menit, empat, lima, hingga lima belas menit api menyala dan asap mengepul memberikan aroma parfum terapi “asap” (apalagi ini hhe!!)

      Derajat! yang berlipat-lipat

      Jalan datar boleh saja, turunan sih gampang, tanjakan itu sudah biasa! Lewat sawah udah makanan sehari-hari (maklum tinggal di asrama Darul Irfan). Semuanya biasa aja, karena jalannya tetap berdiri dengan dua kaki!

      Pernah belajar sudut 90 derajat, alias sudut siku-siku? Pernahlah ya, kan ini pelajaran SD dan selalu mengulang. Itulah dia, perjalanan yang selalu mengingat akan kematian. Perjalanan yang selalu membuat diri beristigfar, bertassbih, bertakbir. Perjalanan yang tanpa KuasaNya, pasti malaikat Izrail siap menyambut. Jalan terseok-seok bukan menggunakan dengan kedua telapak kaki, melainkan jalan ala “suster ngesot” menjadi trend saat ketinggian 90 derajat.

      Acara benteng takeshi pun ikut memeriahkan dan mengagetkan “Byarr” batu ukuran bola kasti  jatuh dari kurang kuatnya tanah menahan beban pendaki dengan kecepatan yang tak bisa dihitung (maklum penulis baru belum bisa mengendarai motor heehe). Sungguh hantaman itu tidak “mencolek” panitia dan peserta sedikitpun. Kalau  tercolek saja, pasti sudah ada yang lebam atau meninggal. Subhanallah, Allah memang masih memberikan kesempatan untuk memberikan perbaikan kepada diri.

      Actor dan Aktris Sang Murrabi

      Mau bertemu dengan aktris dan actor film sang murrabi? Kunjungi saja komsat KAMMI atau hubungi nomor (ehh narzis kumat hehe). Ya, lagi-lagi kesempatan langka yang menjadikan batu sebagai tempat sujud, dan awan pelindung terik matahari. Berwudhu di sungai yang mengalir jernih dan entah bermuara ke laut mana. Batu yang besar memanggil kami untuk  menjadikan mereka sejadah dalam menghadapNya. Belum lagi, belaian angin mengusap jilbab yang panjang, memberikan kesejukan, dengan  musik instrument aliran air yang bernada merdu.

      Dari kaki gunung, hingga pesisir pantai


      Entahlah berapa kilometer jarak yang telah dilalui (gk bawa meteran soalnya hehe). Menyebabkan kaki lecet-lecet hingga ada beberapa peserta yang “cekerman”. Rasa lelah sudah menghampiri, tetapi kekuatan ukhuwah sangat membangun, menguatkan hingga kerikil-kerikil  batu mampu terlewati dengan mudah. Perjalanan yang penuh pengorbanan. Ada roknya sobek tak karuan, sepatu kelaparan lem, baju basah. Sungguh, perjuangan yang sangat mengesankan. Hingga dari kaki gunung, disambut oleh deburan ombak yang saling berebutan untuk menjumpai kami. Dari si mentari pagi berjumpa dengansunset yang berbau romantisme. Itulah kuasaNya yang telah menguatkan kaki, tangan, hati hingga iman. Subhanallah…

      Panitiapun sudah tamat riwayat menjadi aktris antagonis, berubah kembali manis-manis. Pengalaman yang sangat berkesan, mengajari menjadi seorang akhwat yang lembut dan perkasam mengajari menjadi seorang ikhwan gagah perkasa, pribadai yang selelu mensyukuri nikmatnya. Dari kalam dalam alamNya disanalah kami belajar..

Terimakasih untu semuanya :)
*ada yang masih ingat kapan pelaksanaan JC1? afwan ya penulis masih abal-abal belum profesional. Ada rasa greget mau menulis qabla ngerjain RPP dan silabus hhe (curcol). Harusnya masih hangat-hangatnya langsung di tulis, ya beginilah kalau belum konsisten. Segara saran dan krtik sangat ditunggu untuk segala perbaikan dan penginspirasian. Semoga bisa mengendurkan urat-urat yang akan menghadapi UTS
Meeting point, di kasih petuah :D 



Hati-hati! Bentar-bentar lari!


Baris berbaris

 
 





sudut Darul Irfan dalam alunan Kita sama,

Selasa, 16 oktober 2012

 Annisa Sofia Wardah

Titip Rindu untuknya..

                Mega langit barulah sedikit manampaki dirinya, tidak seperti biasanya sang langit tidak bercahaya. Segera ku ambil sebuah almatsurat, tenaga akan kuat, batin pun akan mantap jika setelah menghadapNya kemudian, berdzikir dengan penuh untaian doa indah.
                Satu lembar, mulai ku buka. Basmallah pun tiada terlupakan.
                “Tri ri ring….” Sebuah sms datang dalam sunyinya dini hari.
                Penasaran, jari jemarinya langsung sigap meraih handphone yang tidak jauh dihadapan mata.
                Untaian kata yang memilukan hati, berpikiran tiada jernih. Ataukah karena aku masih butuh dirinya? Balasannya hanya air mata yang membasahi pipi. Hati menapikan kepergiannya, bahkan jari ikut gemetar.
                Beliau lah sosok lelaki penginspirasi! Memberikan segala ilmu untuk para anak tercinta, bahkan bukan dari darah dagingya. Getirnya kehidupan, wawasan yang tidak pernah ada batas, ilmu berbahasa arab, selalu beliau ajarkan tanpa pamrih.
                Bahkan ruang kerjanya selalu terbuka untuk aku beserta teman bertanya tentang indahnya ilmu, banyaknya pertanyaan, tidak sedikit pun mengukir urat kekesalan. Tetapi, senyuman penuh keihlasanlah yang didapatkan.
                Bijaksananya dalam mengambil sikap, segala tutur kata selalu diperhatikannya karena beliau yang selalu berkacamata tidak ingin sedikitpun melukai hati oranglain. Air mata tiada henti, karena sosoknya akan selalu dirindukan.
                Sosok ayah yang amananh
                Guru yang bijaksana
                Insan yang kaya ilmu..
                Masih banyak kisah indah tentangnya, kisah yang memberi warna orang pernah mengenalnya.
Hingga tangan ini tidak diam untuk memberikan pesan duka kepada teman-teman seperjuangan.
                “Serius?”
                “Bercanda ya?
                Tidak sedikit tanggapan tidak percaya akan kepergiannya. Itulah beliau, yang telah menginspirasi, memberikan arti dalam kehidupan. Rindu ini akan megalir tidak berujung. Rindu kepada sosok yang penuh manfaat.
                 Titip rindu untuknya ya Rabb..
                Sosok manfaat, yang selalu bercerita Indah atas kuasa diriMu dalam tutur katanya..
                Guru yang gigih dalam mengajari penuh kasih
                Bapak yang membina tanpa pamrih
                Titip rindu untuknya…


Darul irfan
Selasa, 17 Juli 2012


KISAH  KASIH…
Masih ingatkah, taman itu?
Taman awal kita berjumpa dengan penuh kebingungan karena tak saling mengenal. Berlingkar kemudian saling berkenalan, di ulang nama-nama hingga saling hapal satu dengan lainnya. Ntahlah apa pandangan kalian terhadap sosok berjilbab, kemudian selalu memberikan pengarahan.


Risau..

Tatkala, wajah kalian diam tanpa mimik ketika diri ini menyampaikan poin-poin pembekalan.  Ada banyak pertanyaan dalam pikiran, apakah diam tanpa gerak raut wajah itu tanda kalian tak suka dengan diri ini, ‘garing’ atau tak paham? Hanya berusaha semaksimal mungkin, agar dapat menjadi insan bermanfat untuk kalian. Walau banyak kekurangan.
Tampang polos, dan penuh tanya itulah yang aku dapat pada pendangan pertama, sedangkan kalian adakah pandangan pertama untuk seorang teteh ini?

Lelah..

Si lelah tidak akan pernah menjauh dan menjaga jarak dengan berbagia  kegiatan apapun itu. Termasuk saat itu adik-adik ku. Kondisi ‘atasan’ yang membentuk acara  tanpa perencanaan matang, kejelasan acara yang simpang siur, membuat ku lelah dan mengeluh. Bagaimana tidak, diri ini tetap berjuang di kala yang lain sedang asyik menikmati masa liburan semesterannya? Tapi kalian hadir penuh cinta, tawa, ‘selengean’, canda kocak itu menjadi penawar ampuh. Lelah yang bertumpuk, hilang seketika membersamai kalian. Sms kalian juga pengobat semangat. Ahh rasanya aku tanpamu bagai butiran debu..

Botak

Tiba saat itu, penampilan yang tak biasanya. Semua dibuat serba gesit, belum lagi kasihan ketika melihat perjuangan kalian untuk memenuhi segala syarat ospek hingga bergadang. Dan kasihan Irfan yang alas sepatu copot. Berbagai memori, sebagai pembelajaran diri ya adik-adik. aku yakin, botak itu sudah menghilang berganti rambut yang sudah mulai bertumbuhb beberapa centimeter kan? Untuk para botak, masihkah memiliki cinta untuk 22 ini. Semoga ke’gokil’an kekeluargaan itu masih ada ya, walau kini sudah berada di jurusan, fakultas yang berbeda.



Bongkar

Ide gila Gilang membumikan keluarga 22 untuk berteriak “bongkar”. Apakah terinspirasi dari contoh kepalan tangan teteh ketika bernyanyi lagu totalitas perjuangan? Atau apa?  Tapi, itulah bongkar telah mendarah ketika kebersamaan indah itu berada bukan hanya membeo saja. Merindu “bongkar” yang terucap dari bibir kalian.


Baduy

Malam yang penuh kegalauan saat itu. Jangankan diri kalian, diri ini juga tak sanggup mengambil keputusan, karena banyak kabar tak jelas. Itulah problema kampus, selalu memberikan warna dan memberikan bekas pada hati. Hingga, dalam malam temaram menyatakan diri akan selalu ada  untuk 22 walau hanya satu atau tiga orang. Hingga sejuk pagi aku disambut berpakain baduy seraya berteriak “teteh.. teteh sini! teteh!” ukiran tawa dan semangat membuat diri ini semakin bersamangat. Jauh dari apa yang ada dalam benak, bahwa tidak ada yang hadir. Tapi, saat indah itu aku disambut oleh sepuluh senyum ketulusan. Hendi, Eko, Tya, Enjah, Nurul, Echa, Maya, Iska, Emil, Intan kalian datang lebih awal dengan semangat, bagaikan mimpi. Bahkan rasanya tenggelam dalam mengharu dalam, ketika perkataan itu terucap polos bibir dari kalian “Teh, sebenarnya kita takut. Tapi, kita nggak mau mengecewakan teteh” butiran air tak kuasa menahan.

Dan

Malam ini begitu banyak tugas yang kelian kerjakan. Ada saja hari berhadapan dengan dosen killer yang memusingkan, ada rasa lari tapi tak kuasa. Ada praktikum, laporan praktikum, belum lagi revisi praktikum. Observasi jelajah hari, menguras kantong yang menipis. Merindukan tidur malam yang tenang. Tidur saja serasa dikejar ‘hantu’ tugas-tugas. Lelah, tapi tak bisa mengalah. Pahit seperti obat dokter, tapi percayalahh adik-adikiku semuanya  akan berbuah manis pada masanya. Maka tetap pasanglah senyum manis kalian, bahagia canda itu. Rasanya memang berat, jika ikhlas itu akan ringan. Semangat 22 bongkar ku ya. Teteh selalu ada untuk 22, jangan sungkan untuk berbagi kisah kasih. Kasih penuh sayang untuk kalian semua..

dalam Ikatan Malam, Darul Irfan
Selasa, 2 Oktober 2012
Anis Sofia © 2016