KISAH KASIH…
Masih ingatkah, taman itu?
Taman awal kita berjumpa dengan penuh kebingungan karena tak saling
mengenal. Berlingkar kemudian saling berkenalan, di ulang nama-nama
hingga saling hapal satu dengan lainnya. Ntahlah apa pandangan kalian
terhadap sosok berjilbab, kemudian selalu memberikan pengarahan.
Risau..
Tatkala, wajah kalian diam tanpa mimik ketika diri ini menyampaikan
poin-poin pembekalan. Ada banyak pertanyaan dalam pikiran, apakah diam
tanpa gerak raut wajah itu tanda kalian tak suka dengan diri ini,
‘garing’ atau tak paham? Hanya berusaha semaksimal mungkin, agar dapat
menjadi insan bermanfat untuk kalian. Walau banyak kekurangan.
Tampang polos, dan penuh tanya itulah yang aku dapat pada pendangan
pertama, sedangkan kalian adakah pandangan pertama untuk seorang teteh
ini?
Lelah..
Si lelah tidak akan pernah menjauh dan menjaga jarak dengan berbagia
kegiatan apapun itu. Termasuk saat itu adik-adik ku. Kondisi ‘atasan’
yang membentuk acara tanpa perencanaan matang, kejelasan acara yang
simpang siur, membuat ku lelah dan mengeluh. Bagaimana tidak, diri ini
tetap berjuang di kala yang lain sedang asyik menikmati masa liburan
semesterannya? Tapi kalian hadir penuh cinta, tawa, ‘selengean’, canda
kocak itu menjadi penawar ampuh. Lelah yang bertumpuk, hilang seketika
membersamai kalian. Sms kalian juga pengobat semangat. Ahh rasanya aku
tanpamu bagai butiran debu..
Botak
Tiba saat itu, penampilan yang tak biasanya. Semua dibuat serba
gesit, belum lagi kasihan ketika melihat perjuangan kalian untuk
memenuhi segala syarat ospek hingga bergadang. Dan kasihan Irfan yang
alas sepatu copot. Berbagai memori, sebagai pembelajaran diri ya
adik-adik. aku yakin, botak itu sudah menghilang berganti rambut yang
sudah mulai bertumbuhb beberapa centimeter kan? Untuk para botak,
masihkah memiliki cinta untuk 22 ini. Semoga ke’gokil’an kekeluargaan
itu masih ada ya, walau kini sudah berada di jurusan, fakultas yang
berbeda.
Bongkar
Ide gila Gilang membumikan keluarga 22 untuk berteriak “bongkar”.
Apakah terinspirasi dari contoh kepalan tangan teteh ketika bernyanyi
lagu totalitas perjuangan? Atau apa? Tapi, itulah bongkar telah
mendarah ketika kebersamaan indah itu berada bukan hanya membeo saja.
Merindu “bongkar” yang terucap dari bibir kalian.
Baduy
Malam yang penuh kegalauan saat itu. Jangankan diri kalian, diri ini
juga tak sanggup mengambil keputusan, karena banyak kabar tak jelas.
Itulah problema kampus, selalu memberikan warna dan memberikan bekas
pada hati. Hingga, dalam malam temaram menyatakan diri akan selalu ada
untuk 22 walau hanya satu atau tiga orang. Hingga sejuk pagi aku
disambut berpakain baduy seraya berteriak “teteh.. teteh sini! teteh!”
ukiran tawa dan semangat membuat diri ini semakin bersamangat. Jauh dari
apa yang ada dalam benak, bahwa tidak ada yang hadir. Tapi, saat indah
itu aku disambut oleh sepuluh senyum ketulusan. Hendi, Eko, Tya, Enjah,
Nurul, Echa, Maya, Iska, Emil, Intan kalian datang lebih awal dengan
semangat, bagaikan mimpi. Bahkan rasanya tenggelam dalam mengharu dalam,
ketika perkataan itu terucap polos bibir dari kalian “Teh, sebenarnya
kita takut. Tapi, kita nggak mau mengecewakan teteh” butiran air tak
kuasa menahan.
Dan
Malam ini begitu banyak tugas yang kelian kerjakan. Ada saja hari
berhadapan dengan dosen killer yang memusingkan, ada rasa lari tapi tak
kuasa. Ada praktikum, laporan praktikum, belum lagi revisi praktikum.
Observasi jelajah hari, menguras kantong yang menipis. Merindukan tidur
malam yang tenang. Tidur saja serasa dikejar ‘hantu’ tugas-tugas. Lelah,
tapi tak bisa mengalah. Pahit seperti obat dokter, tapi percayalahh
adik-adikiku semuanya akan berbuah manis pada masanya. Maka tetap
pasanglah senyum manis kalian, bahagia canda itu. Rasanya memang berat,
jika ikhlas itu akan ringan. Semangat 22 bongkar ku ya. Teteh selalu ada
untuk 22, jangan sungkan untuk berbagi kisah kasih. Kasih penuh sayang
untuk kalian semua..
dalam Ikatan Malam, Darul Irfan
Selasa, 2 Oktober 2012