Jumat, 09 November 2012


KISAH  KASIH…
Masih ingatkah, taman itu?
Taman awal kita berjumpa dengan penuh kebingungan karena tak saling mengenal. Berlingkar kemudian saling berkenalan, di ulang nama-nama hingga saling hapal satu dengan lainnya. Ntahlah apa pandangan kalian terhadap sosok berjilbab, kemudian selalu memberikan pengarahan.


Risau..

Tatkala, wajah kalian diam tanpa mimik ketika diri ini menyampaikan poin-poin pembekalan.  Ada banyak pertanyaan dalam pikiran, apakah diam tanpa gerak raut wajah itu tanda kalian tak suka dengan diri ini, ‘garing’ atau tak paham? Hanya berusaha semaksimal mungkin, agar dapat menjadi insan bermanfat untuk kalian. Walau banyak kekurangan.
Tampang polos, dan penuh tanya itulah yang aku dapat pada pendangan pertama, sedangkan kalian adakah pandangan pertama untuk seorang teteh ini?

Lelah..

Si lelah tidak akan pernah menjauh dan menjaga jarak dengan berbagia  kegiatan apapun itu. Termasuk saat itu adik-adik ku. Kondisi ‘atasan’ yang membentuk acara  tanpa perencanaan matang, kejelasan acara yang simpang siur, membuat ku lelah dan mengeluh. Bagaimana tidak, diri ini tetap berjuang di kala yang lain sedang asyik menikmati masa liburan semesterannya? Tapi kalian hadir penuh cinta, tawa, ‘selengean’, canda kocak itu menjadi penawar ampuh. Lelah yang bertumpuk, hilang seketika membersamai kalian. Sms kalian juga pengobat semangat. Ahh rasanya aku tanpamu bagai butiran debu..

Botak

Tiba saat itu, penampilan yang tak biasanya. Semua dibuat serba gesit, belum lagi kasihan ketika melihat perjuangan kalian untuk memenuhi segala syarat ospek hingga bergadang. Dan kasihan Irfan yang alas sepatu copot. Berbagai memori, sebagai pembelajaran diri ya adik-adik. aku yakin, botak itu sudah menghilang berganti rambut yang sudah mulai bertumbuhb beberapa centimeter kan? Untuk para botak, masihkah memiliki cinta untuk 22 ini. Semoga ke’gokil’an kekeluargaan itu masih ada ya, walau kini sudah berada di jurusan, fakultas yang berbeda.



Bongkar

Ide gila Gilang membumikan keluarga 22 untuk berteriak “bongkar”. Apakah terinspirasi dari contoh kepalan tangan teteh ketika bernyanyi lagu totalitas perjuangan? Atau apa?  Tapi, itulah bongkar telah mendarah ketika kebersamaan indah itu berada bukan hanya membeo saja. Merindu “bongkar” yang terucap dari bibir kalian.


Baduy

Malam yang penuh kegalauan saat itu. Jangankan diri kalian, diri ini juga tak sanggup mengambil keputusan, karena banyak kabar tak jelas. Itulah problema kampus, selalu memberikan warna dan memberikan bekas pada hati. Hingga, dalam malam temaram menyatakan diri akan selalu ada  untuk 22 walau hanya satu atau tiga orang. Hingga sejuk pagi aku disambut berpakain baduy seraya berteriak “teteh.. teteh sini! teteh!” ukiran tawa dan semangat membuat diri ini semakin bersamangat. Jauh dari apa yang ada dalam benak, bahwa tidak ada yang hadir. Tapi, saat indah itu aku disambut oleh sepuluh senyum ketulusan. Hendi, Eko, Tya, Enjah, Nurul, Echa, Maya, Iska, Emil, Intan kalian datang lebih awal dengan semangat, bagaikan mimpi. Bahkan rasanya tenggelam dalam mengharu dalam, ketika perkataan itu terucap polos bibir dari kalian “Teh, sebenarnya kita takut. Tapi, kita nggak mau mengecewakan teteh” butiran air tak kuasa menahan.

Dan

Malam ini begitu banyak tugas yang kelian kerjakan. Ada saja hari berhadapan dengan dosen killer yang memusingkan, ada rasa lari tapi tak kuasa. Ada praktikum, laporan praktikum, belum lagi revisi praktikum. Observasi jelajah hari, menguras kantong yang menipis. Merindukan tidur malam yang tenang. Tidur saja serasa dikejar ‘hantu’ tugas-tugas. Lelah, tapi tak bisa mengalah. Pahit seperti obat dokter, tapi percayalahh adik-adikiku semuanya  akan berbuah manis pada masanya. Maka tetap pasanglah senyum manis kalian, bahagia canda itu. Rasanya memang berat, jika ikhlas itu akan ringan. Semangat 22 bongkar ku ya. Teteh selalu ada untuk 22, jangan sungkan untuk berbagi kisah kasih. Kasih penuh sayang untuk kalian semua..

dalam Ikatan Malam, Darul Irfan
Selasa, 2 Oktober 2012

0 komentar:

Posting Komentar

Anis Sofia © 2016