Kamis, 22 Maret 2012

50 Besar Naskah 1001 Kisahku di Angkot

oleh Alam Terkembang pada 21 Maret 2012 pukul 23:41 ·
Alhamdulillah, kalimat inilah yang pertama kali saya lafazkan setelah menemukan ke-50 naskah ini. Berat memang menyeleksi dari berbagai kisah-kisah yang bisa dibilang sangat bagus, dramatik, juga unik bahkan menginspirasi. Terkadang begitu banyaknya naskah tersebut saya tinggalkan pekerjaan mengoreksi ini, dan mengerjakan yang lain. Tapi naskah ini harus sukses sampai menjadi buku. Bila perlu sampai ke Kick Andy nantinya. Sambil melaksanakan itu semua saya coba mencari sponsor untuk pernerbitan buku ini - dengan harapan bisa ke tangan publik di nusantara - dan samapi sekarang. Di samping saya sudah melirik beberapa penerbit yang potensial untuk buku kita.

Memang sebagai pegiat pena, menunggu jadi ujian yang terkadang menyeret kita pada keputus-asaan. Tapi bagaimana pun ini sebuah komitmen yang harus ditunaikan. Sebab buku ini harus ambil bagian dalam menangani permasalahan transportasi kita. Pasti masih ada cerita banyak yang menuai ibrah untuk kita semua demi kehidupan yang sejahtera. Jadi, saya mohon maaf sekali selaku penjab proyek buku ini. Semoga ini menjadi bahan evaluasi bagi penyelenggara untuk lebih profesional. Terimakasih dan Selamat Berkarya Indonesia.

Lampiran Nama-Nama yang diikutsertakan dalam antologi "1001 Kisahku di Angkot" sbb :
  1. Adi Saputra – Padang
  2. Adisa Trinovia – Demak
  3. Siti Aisyah - Kalimantan Timur
  4. ALI MUSTOFAENUDIN - Jawa Tengah
  5. Amizatul Rozalia Indah – Bojonegoro
  6. Annisa Rona  - Jakarta Timur
  7. Annisa Sofia Wardah – Banten
  8. Argetta Litayani – Medan
  9. Asri Andarini – Bandung
  10. Chandra ayudiar Arie (Wahyu Hardanari) – Probolinggo
  11. Chifrul Syaichudin - Sidoarjo
  12. Dafriansyah Putra – Sumbar
  13. Dewi Syafrina - Bukit Tinggi
  14. Dhanang Adi Saputra - Jakarta Utara
  15. DIAN NILA RUSNIAR – Jakarta
  16. Dini Anggiani – Bogor
  17. Encep Abdullah - Serang-Banten
  18. Endang Ssn - Jawa Timur
  19. Eric Shandy – Probolinggo
  20. Erma Rostiana D - Bandung Barat Jawa Barat
  21. Ernawati – Palembang
  22. Ethiyal Lafifah – Surabaya
  23. Fransiska S. Manginsela – Surabaya
  24. Fitri Gendrowati - Sukoharjo Makmur
  25. siti hardianti – Serang
  26. Himmah Mahmudah – Ponorogo
  27. Marisya Rosdiana Purnama - Bandung Barat
  28. Intan Siti Noer Rita Daswan – Bandung
  29. Irfan fauzi – tegal
  30. irwan sanja - Sumedang, Jawa Barat
  31. Khoirunnisa – Cirebon
  32. Komalawati Sutawijaya – Bandung
  33. Muhammad Hadi – Malaysia
  34. Sri Mursalim - Jakarta Selatan
  35. Niken Suyanti - Mojokerto LULUS
  36. Nur Sholekhatun Nisa – Cirebon
  37. Nurbaiti – Bekasi
  38. Rauhiyatul Jannah – Samarinda
  39. Risma Inoy (Rismawanniati)  -Tangerang
  40. Setia Rahmah A (Setia Rahmah Apriliani) – Depok
  41. Estianna Khoirunnisa - Yogyakarta
  42. Alam Terkembang - Pekanbaru
  43. Sri Hartanti – Purwokerto
  44. Suparno - Jakarta Timur
  45. Wicha Spicca Breeze (Winda Dwi Gustiana) – Bogor
  46. Zafhie Muh (Yoza Fitriadi) – Bengkulu
  47. Zya Verani (Wiwik Widyastuti) – Bekasi
  48. Fadli Hafizulhaq – Padang
  49. Aini Nur Latifah – Karawang
  50. Putri Nurul Handayani – Medan
Informasi penerbitan buku akan dikomfirmasi ke peserta.

Pekanbaru, 21 Maret 2012


Alam Terkembang

Selasa, 06 Maret 2012


Pemuda Bersemangat, Dunia Bergerak
Kami putra dan putri Indonesia
Mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia
Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu,
bangsa Indonesia
Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa   persatuan,
bahasa Indonesia
Hari sumpah pemuda yang kita peringati setiap tanggal 28 Oktober merupakan buah manis hasil perjuangan pahit para pemuda terdahulu. Tidak sekedar sebagai perayaan melainkan tumbuhnya semangat nasionalisme yang tinggi sangat diperlukan oleh negeri ini. Sebagai penerus pahlawan tidak selayaknya kita diam dan tertidur dengan keadaaan negeri tercinta, Indonesia.
Rasanya dewasa ini sangat mudah menemukan pemuda yang sedang asyik duduk di pinggir jalan sambil memegang gitar juga melantunkan nyanyian pop dengan suara apa adanya. Tidak sedikit pemuda yang sudah mendapat gelar mahasiswa lebih menyukai “nongkrong” sehingga mendapat julukan kunang-kunang yaitu kuliah nangkring. Sebutan kupu-kupu juga tidak asing di beberapa kalangan pendengar, kupu-kupu yang berarti kuliah-kuliah pulang. Kupu-kupu bukanlah pemuda harapan Indonesia. Bahkan ada yang menciptakan suatu perkumpulam hobi shopping. Hal itu telah menunjukan bahwa pemuda Indonesia sudah terkena penyakit hedonis, individualis.
Negara barat yang terkenal oleh gaya hidupnya yang bebas, pakaian serba terbuka, kini sudah menjadi sorotan para pemuda Indonesia, tidak sedikit generasi muda yang mengikuti budaya tersebut. Trend dari negara barat tanpa adanya kemampuan memfilter dengan baik akan budaya barat yang masuk tentunya lambat laun menjadikan genarasi bangsa lemah dan tidak peduli terhadap keadaan Indonesia saat ini.
Menoreh ke belakang. Puluhan tahun lalu,  para pahlawan sudah berjuang dengan pikiran, bahkan hingga hembusan nafas terakhir. Kini giliran pemuda untuk rela mengorbankan segala apa yang dia miliki seperti tenaga, pikiran dengan menyumbangkan ide-ide cemerlang untuk memajukan negeri bahkan jika perlu mengikuti jejak para pahlawan sebelumnya yaitu nyawa.
Sudah saatnya sebagai pemuda bersemangat bangkit dari kemalasan, keegoisan, kelemahan dan tidak hanya berdiam diri dan berpangku tangan. Negeri ini sudah merindukan pemuda yang memiliki semangat tinggi untuk memajukan negeri yang kaya akan segala-galanya.
Banyak permasalahan yang pelik terjadi di dunia salah satunya Indonesia yang kini sudah terkenal akan para pejabatnya yang korupsi. Lantas, relakah jika mereka yang terus memimpin negara ini?
Pemudalah yang akan menggantikan orang-orang yang telah melalaikan amanahnya. Tidak semua pemuda berhak menggantikan singgasana penuh amanah, hanya pemuda pilihan yang pantas dalam memimpin dunia untuk lebih baik. Tidak hanya sembarang kursi yang akan diduduki melainkan adalah kursi yang merupakan aspirasi rakyat, dan tanggung jawab yan akan dipertanyakan baik saat ini juga alam kekal.
Meniru kekasih Allah, yang memiliki sifat sidiq, amanah, fathonah dan tabligh akan menyiapkan pemuda sebagai penggerak dunia.
·         Sidiq yang memiliki arti jujur. Jujur dalam setiap kegiatan tanpa adanya suatu noda kebohongan.
·         Amanah yang berarti dapat dipercaya. Amanah sangatlah mahal karena jika kepercayaan dilalaikan kemudiaan akan menimbulkan banyak kekecewaan dan juga merupakan bentuk dari kedhzaliman.
·         Fathonah adalah cerdas. Tidak hanya kecerdasaan dalam intelektual, namu emosioanal juga spritual sangatlah diperlukan untuk pemuda.
·         Tabligh yaitu menyampaikan. Sebagai pemuda yang dipenuhi rasa semangat positif, maka dalam menyampaikan  tidaklah ragu untuk mengatakan mana yang benar dan salah.
Tidak lepas oleh satu kata yaitu semangat, tetapi bukan semangat karena harta dan dunia melainkan semangat untuk mendapatkan rido-Nya. Semangat yang tulus untuk menggapai rido illahi akan menjadikan pemuda yang kaya ilmu juga tinggi ahlak.
Tingginya rasa semangat untuk merubah diri, maka dunia pun akan bergerak mengikuti perubahan semangat yang terjadi pada diri pemuda. Dunia dan pemuda tidak dapa dipisahkan. Di tangan para pemudalah, penentu kemajuan dunia. Jika di dunia seluruh pemudanya tidak bersemangat, bermalas-malasan dan mengisi kehidupan dengan berfoya, maka dunia lambat laun akan mati karena kemungkaran yang telah dilakukan, tetapi jika pemuda semangat menggapai rido-Nya dapat dipastikan dunia dan seisinya akan maju lebih baik. Inilah keterkaitan antara pemuda dan dunia. Pemuda bersemangat, dunia bergerak!.



Bedah Buku, Bedah Jakarta. We can!
            Bedah buku merupakan langkahku untuk menggapai cita-cita nan hebat yaitu penulis. Perjuangan akan ku lakukan untuk mengikuti kegiatan yang bermanfaat, salah satunya bedah buku ini.
 Bedah buku yang diadakan tanggal 30 Januari 2011 oleh “Beasiswa Aktivis Nusantara dan Dompet Dhuafa” sangat cocok untuk mahasiswa, karena kegiatan ini tidak merogoh uang kantong sedikitpun “Gratis”. Bukunya tidak kalah luar biasa “Belajar Merawat Indonesia”.
Sehari sebelumnya aku mendapatkan info ini, namun ada rasa ragu untuk mengikuti acara yang hebat diadakan di Perpustakaan Universitas Indonesia. Acaranya memang gratis, namun jarak antara Serang dan Jakarta, sangatlah jauh tidak sedikit ongkos yang keluar dari saku nan tipis.
Pesimis.
Tanggal 29, masih ada harapan untuk bertemu orang-orang dahsyat. Tapi, apa daya kantong menjerit tidak menyanggupi ongkos yang bagiku cukup mahal. Otak mencari akal, bagaimana agar aku dapat menghadiri acara langka tersebut.
“Ahaaaa!”, meminjam uang. Jari jemari ini lincah mengetik sms kepada saudara ku, agar berkenan sedikit rezekinya untuk dipinjamkan ke diri yang masih pengangguran.
“Iya, mau berapa?”
“Alhamdulillah,” ucap syukurku dalam hati. Man Jadda wa Jadda dan There is a will, there is a way, rumus canggih ini terbukti sangat ampuh. Allah memudahkannya.
Lima puluh ribu, kini telah aku kantongi dan hari baru telah menyambut aku beserta sahabat dan kakak kelas, siap untuk melangkah menuju acara yang “wah”. Selain uang sebesar lima puluh ribu, nekat adalah modal kedua.
Aku bersama Dea dan Kak Detty, belum mengetahui rute menuju kampus beralmamater kuning. Bertanya, adalah senjata ampuh. Kita sudah besar, jika malu akan kesasar. Maka rasa malu, dibuang sejauh mungkin. Stasiun tangerang kemudian stasiun duri selanjutnya stasiun UI dan ojek, itulah rute yang kita ketahui, perjalanan dimulai melawan dinginnya pagi hari, sebelumnya semalaman aku menginap di rumah Dea, agar memudahkan perjalanan juga mengejar waktu.
Deg-degan, itulah perasaan para backpacker yang belum berpengalaman. Setiap pemberhentian stasiun selalu saja melihat ke arah jendela, memperhatikan dengan jelas “Stasiun apa ini?” jika merasa ragu, maka bertanya adalah kuncinya.
Bismillah dan rido Allah membuat kita bertiga sampai di kampus nan megah, perpustakaan UI membedah buku “Belajar Merawat Indonesia” juga berjumpa dengan mahasiswa-mahasiswa nan hebat Andreas Sanjaya (Mahasiswa UI, delegasi dalam 12 th Educational Forum AUN Thailand), Dini Khoirinnisa(Mahasiswa Psikologi UI), M. Adi Nugroho (Wakil Ketua BEM UI Periode 2011), dan mahasiswa dari berbagai Universitas.
Perjuangan terbayar akan semangat juga ilmu yang diberikan oleh mahasiswa hebat juga pemateri dahsyat, melalui bedah buku itulah diri ini paham akan arti mahasiswa sesungguhnya. Awalnya meragu, tapi karena ada kemauan juga semangat, perjalanan ini begitu indah dan memberikan kesan yang sangat menginspirasi. Bedah Buku juga Bedah Jakarta, terbukti we can!

Man Shabara Zhafira
            Kesabaran akan selalu diuji untuk umat yang dicintai-Nya. Begitu dengan diri ketika menghadapi permasalahan yang membutuhkan bahan bakar yaitu sabar. Setiap hari menuntut ilmu di gedung hijau, belajar mandiri karena jauh dari orang tua. Dunia pesantren kini menjadi bagian cerita dalam hidup ku.
            Antara Lebak dan Cipanas memberikan perbedaan yang tampak. Matahari yang mulai tidur, raja malam yang menggantikannya. Hawa dingin mulai menusuk hingga tulang-tulang. Iklim yang sungguh jauh berbeda membuat badan ini menggigil setiap harinya. Doa dan selimut menjadi pelindungku ketika rasa dingin mulia menyerang.
            Hari yang begitu indah, aku lalui dengan semangat yang membara. Perjalanan dari kamar menuju gedung sekolah tidak terlalu jauh tapi di pertengahan jalan udara yang aku hirup begitu sulit dan dada terasa sesak. Bertahan, hal itu yang aku bisa lakukan, menaiki tangga jantung ini berdebar kencang, keringat dingin mengucuri badan. Sesampainya di kelas ku ucap syukur kepada Sang Pencipta dan mengambil nafas secara teratur.
            Sebagai anak sulung harus mengikuti keinginan orang tua memberikan contoh yang baik terhadap adik. Melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Atas dalam dunia pondok adalah keinginan mereka dan aku patuhi sebagai wujud kasih sayang. Al Quran, sajadah, kitab kuning merekalah teman-teman baruku yang selalu menambahkan ilmu terhadap otak yang masih kosong akan ilmu agama. Kuatnya fisik merupakan salah satu syarat untuk menjalankan amanah orangtua dengan baik yakni belajar. Karena di dunia santri belajar adalah makanan sehari-hari. Bila tubuh sakit maka kegiatan di pondok akan terhambat dan semakin tertinggal.
            Tapi bagaimana jika fisik lemah?. Otomatis kegiatan pembelajaran akan banyak yang tertinggal. Bukan lagi buku yang menemani melainkan obat, selimut. Mensano in corperesano, di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Pepatah itu sangat benar jiwa yang kuat berasal dari jiwa yang sehat. Tidak menjaga kesehatan dengan baik maka jiwa buruk akan bersemai di dalam diri. Sudah tiga minggu sakit batuk menempa diri, tidak henti-hentinya aku memanjatkan doa pada Sang Khalik dan menelan obat-obat sebagai ikhtiar. Tubuh ini sakit, nafas yang sesak sering aku alami di saat kedinginan dan lelah. Kepala pusing, demam tinggi ikut melengkapi. Sabar, hanya itu yang bisa kulakukan.
            Teman-teman sekamar “ Rabiatul Adawiyah ” sangat kawatir melihat aku yang semakin lemah, tidak bisa bangun dari tempat tidur ketika mentari mulai menyapa. Setiap hari bermandikan keringat dingin air mata sempat melintasi pipi menandakan kekuatan yang lemah. Obat telah habis, tapi tidak menunjukkan perkembangan. Tidak lama teman-teman satu kamar memberikan kabar akan kesehatanku yang buruk kepada orangtua tercinta. Kemudian ayah,  ibu memeriksan aku ke klinik. Tekanan darah, suhu, kondisi badanku diperiksa secara teliti oleh ibu dokter. Dokter yang solehah. Langkah terakhir wanita yang menggunakan pakaian putih-putih menyuruhku untuk merontgen. Aku hanya memanjatkan doa semoaga sakit yang aku rasakan selama ini bukan penyakit yang parah. Teknologi kedokteran yang semakin canggih memudahkan aku, orangtua tercinta, ibu dokter dapat mengetahui penyakit yang sedang menenpel di tubuh ini.
            Tidak menunggu lama “ TBC “, ucap ibu dokter dengan suara yang berat. Jiwa yang rapuh kini runtuh menyadari ketetapan takdir yang tela ditulis-Nya. Aku tidak menerima musibah yang menempa kesehatan. Sebelumnya aku pernah merasakan ini ketika duduk di bangku Sekolah Dasar rasanya sungguh tidak enak. Selama dua belas tenggorakan ini selalu menelan obat-obatan yang berukuran besar, jumlah yang banyak, dan pahit rasanya. Sekali lupa untuk meminum obat, maka sama saja melakukan hal yang sia-sia dan harus mengulang dari awal meminum obat.
            Karena jiwa yang lemah, pikiranku tidak terarah. Aku hanya bisa menyalahkan kepada Sang Maha Pencipta “…mengapa harus terulang kembali? Dan TBC lagi? Sungguh Engkau tidak adil!..”. Aku berteriak sekencang-kencangnya hingga kedamain bumi tertanggu oleh teriak yang menggelegar. Berteriak tidak setuju akan penyakit yang melelahkan dan menyalahkan Allah. Teman-teman tetap sibuk menenangkan hatiku yang kacau.
            “ Istigfar…istigfar…istigfar fi!, “ teriak teman-teman  dengan sibuk memegang tanganku erat, sambil mengusap kepala dengan penuh rasa saying.
            “ Innallaha ma shobirin ya ukht..,”
            “ La tahzan, innallaha ma’na…,”
“ Man shabara zhafira ,“
Teman-teman terus meberikan semangat agar aku bisa bangkit dari keterputukan.
“ Sabar ya ukht ini adalah penawar dosa, syukurilah, istigfar!. Lihatlah orangtua yang telah berusaha agar kau sehat, mengantarkan sebotol obat untukmu. Man shabara zhafira, siapa yang sabar maka beruntung”. Nasihat teman sekamar yang mendamaikan hati. Bangkit. Aku bangkit dari jatuh yang kedua kalinya. Merasa gagal kembali karena penyakit sama kini terulang membuat diri lebih mengerti arti kesehatan.
Pengobat segala penyakit yaitu Allah, meminum obat berbulan-bulan tanpa terputus adalah ikhtiar, tidak lupa doa aku panjatkan. Istigfar terus terucap menyadari akan kekufuran. Ini adalah rahman-Nya, yang membuatku bangun dari terjatuhnya semangat dan mulai belajar kesabaran. Man shabara zhafira, siapa yang bersabar akan beruntung. Beruntung? Dikatakan seperti itu jika mampu bersabar maka Allah akan bersamanya. Keberuntungan yang luar biasa jika bisa dekat bersama Allah karena kesabaran. Aku mulai berpikir akan penyakit yang menantang ini sebagai hamparan penawar dosa dan laboraturium kesabaran. Aku orang yang beruntung karena terjatuh lagi dan bangkit dalam kesabaran untuk mencapai cinta-Nya.

Bersama Tahajud-Mu
            Rasanya hampa jika tiada malam tanpa bersama-Mu. Di sana, aku merasa dalam dekapan Mu yang sesungguhnya. Bermuhasabah, menangis, karena  banyak kesalahan yang diperbuat oleh diri nan lemah.
            Banyak rintangan untuk bersama tahajud-Mu. Teringat ketika semester 1 di bangku kuliah. Selimut begitu erat, sulit dilepaskan, kepala susah diangkat. Saat itu kasur, bantal, guling juga selimut memang sangat  menggoda. Belum lagi ada rasa takut, bayangkan saja bangun sendiri di sepertiga malam, hening dan terbayang ada sosok berambut panjang dengan pakaian putih “Seram! Lebih baik tidur kembali!”. Inilah aku, sosok yang penakut juga banyak mencari segudang alasan.
            Sungguh, tidak ingin terulang. Istiqomahkanlah aku ya Rabb! Aku ingin selalu bersama tahajud-Mu.

Gelap ruang ini!
Dia redup tak bersinar..
Masih sanggupkah lilin itu menyala?
Aku punya firasat, lilin itu akan menyala dalam waktu lama..
Mencari dari ribuan batang korek, yang mampu memberikan api..
Cukup sudah, kemarin saja lilin itu tertiup angin..
Biarkan dia kembali menyala!

Anis Sofia © 2016