Hal yang paling saya benci,
adalah perjumpaan. Karena saya tahu setelahnya pasti harus bersiap menata hati
akan suatu episode ‘perpisahan’.
Begitupun dengan saat ini ketika saya mengetik
sendirian di sudut kamar hanya ditemani alunan depapepe, rasa sakit menahan
rindu itu masih terasa hingga saat ini. Tapi masih sedikit terobati akan
gambar-gambar yang masih bersemayam di laptop saya. Di Rumah Dunia, saya bisa
menyatukan rindu dan semakin akrab dengan mereka yang pernah menjadi keluarga
ngetrip di alamNya, anak gunung Krakatau.
Masih ingatkah? Ketika kak Reno
menyanyikan lagu, pada malam harinya kita mendapatkan traktiran mie plus baso
(makasih kak Agus Goemay!) . Di sana tertumpah ruah kegalauan kegalauan dari
bang Andri Kronis, bang Ocha, bang Efri, bang Agus, bang Rama, mbak Lia, mbak
Intan, mbak Isti, ka Reno, dan saat itu saya, Rini, dan Fitrah menjadi
pendengar yang baik.
Cukup mengingatnya saja ya! Jika
saya mewakili menceritakan di untaian huruf ini, rasanya tidak ‘wah’. Karena
kita harus mengingat, dan kembali tersenyum akan malam yang indah itu. Kepala
yang berbeda, isinyapun jauh berbeda, watak, sikap, sifat, berbaur satu menjadi
akrab. Bercerita ini, dan itu. Sungguh malam itu, adalah malam yang otak saya
menolak untuk lupa. Karena kalian kini telah menjadi bagian pengisi ruang hati
saya (cwiiiit cwiiiit *ini Serius).
Keluarga alam yang tak lengkap. *Kak Reno nggak ada, ka Ocha juga. Nggak lengkap hiks |
Bahkan, sayapun menolak lupa.
Ketika tiga hari dua malam itu membuat saya menjadi berkawan baik pada Rini,
Fitrah dan Ikhwan. Padahal sebelumnya? Saya hanya sebatas tahu mereka hanya di
nama saja, selebihnya saya tak tahu. Tapi Rumah Dunia memang hebat! Membuat
kita yang jauh menjadi dekat!
Dari Rini, saya mendapatkan
semangat baru untuk menyelesaikan tugas akhir saya. Saya belajar darinya
kesungguhan untuk bermesraan dengan my
skripsweet.
Fitrah, banyak belajar saya
padanya. Seorang adik tingkat yang telah membuka saya akan kehidupan nyantri di
Daaru Tauhid. Memberikan saya motivasi untuk mandiri salah satunya dengan jalan
berwirausaha. Belajar kesabaran, keikhlasan ketika ada bagian ceritanya yang
jatuh dalam berbisnis.
Ikhwan, menambah wawasan ketika
bersamanya. Ketika ada waktu senggang menunggu pembicara. Saya, ka Agus, dan
dirinya berdiskusi ria. Hal yang ajaib. Bisa berdiskusi dengan asik dengan
orang yang baru dikenal. Darinya saya tahu dunia kampus IPB yang sesungguhnya
seolah saya sedang study banding ke
IPB padahal posisi sedang di Rumah Dunia, mengetahui PPSDMS, bisa berkenalan
jauh dengan bang Nazrul dan prajurit cilik gagahnya, Karel. Sungguh banyak hal
yang didapat darinya!
Terimakasih Rini, Fitrah, Ikhwan!
Unforgettable bersama kalian!
Ah, begitu banyak episode yang
indah, yang masih tersimpan rapih di memori ingatan saya ini. Ya tapi saya
bingung harus memulai dan mengakhiri dari mana? Karena semua begitu indah.
Ada satu perjalanan yang saya
menyebutnya dengan 5 Sekawan (Saya, Churir, Ka Agus, Rahmat, dan Ikhwan) ada
satu potongan indah ketika di ecovallage. Ketika sedih tak berhasil mendapatkan
bandeng yang berlumpur, belum lagi posisi duduk yang menyedihkan. Saya terpisah
dari mereka, dan mbak-mbak, abang-abang KWC sedang sibuk dan
membuat lingkaran, dan saya tidak berada dari lingkaran itu (sedih memang.
Melankolis, dan sedikit lebay, maaf yah he). Ada yang memanggil saya, dan
menyisakan bandeng berlumpur, untuk saya nikmati. Ah, sungguh baiknya kalian.
Saya terharu, hingga rasa haru itu masih berdegup di jiwa saya sampai saat ini.
Saya kira, semua sudah lupa dengan sosok bernama Annisa Sofia Wardah, tapi lima
sekawan itu memanggil dan menyambut dengan hangat, akan berhasilnya mereka
mendapatkan ikan bandeng berlumpur dan semangka. Sayapun dinobatkan menjadi
tukang bersih makanan. Wong ketika itu, mereka sudah kekenyangan, dan saya
masih kelaparan hhe.
5 SEKAWAN |
Dan bahagia campur kesalnya,
ketika mereka berkoalisi mencoret kertas dengan menuliskan Anis sebegai peserta
terbaik. Ya, ketika di ecovillage ada “AWARDS” salah satunya adalah peserta
terbaik. Sayapun mendapatkan gelar sebagai peserta terbaik. Sebab utama ini
bukan tak lain akan ulah 5 sekawan dan adik imut Ririn yang memprovokasi
orang-orang untuk menuliskan kertasnya dengan “ANIS”. Sesungguhnya, rasa kesal
itu tidak ada. Tapi haru dan semakin berat untuk berpisah bersama mereka.
Potongan-potongan kisah yang sungguh indah, dan masih kuat tertempel dalam
memori saya. Terimakasih 5 sekawan! Bahagianya bersama kalian!
Tidak hanya mendekat bersama 3
kawan baru, mempunyai 5 sekawan, merapat dengan keluarga KWC, juga bisa merapat
dengan Odie dan kakak, buah hatinya mbak Tyas. Sungguh, banyak hal indah bukan
sekedar ilmu baru, tapi sahabat hingga keluarga baru!
Maka, kapan kita mendekat, dan
merapat kembali?
09.50 WIB
Serang, 3 Februari 2014
Rindu ini semakin
menumpuk -_-“
Alunan depapepe
‘Kazemidori, Start’
0 komentar:
Posting Komentar