Minggu, 02 Februari 2014


Hal yang paling saya benci, adalah perjumpaan. Karena saya tahu setelahnya pasti harus bersiap menata hati akan suatu episode ‘perpisahan’.

Begitupun dengan saat ini ketika saya mengetik sendirian di sudut kamar hanya ditemani alunan depapepe, rasa sakit menahan rindu itu masih terasa hingga saat ini. Tapi masih sedikit terobati akan gambar-gambar yang masih bersemayam di laptop saya. Di Rumah Dunia, saya bisa menyatukan rindu dan semakin akrab dengan mereka yang pernah menjadi keluarga ngetrip di alamNya, anak gunung Krakatau.

Masih ingatkah? Ketika kak Reno menyanyikan lagu, pada malam harinya kita mendapatkan traktiran mie plus baso (makasih kak Agus Goemay!) . Di sana tertumpah ruah kegalauan kegalauan dari bang Andri Kronis, bang Ocha, bang Efri, bang Agus, bang Rama, mbak Lia, mbak Intan, mbak Isti, ka Reno, dan saat itu saya, Rini, dan Fitrah menjadi pendengar yang baik.

Cukup mengingatnya saja ya! Jika saya mewakili menceritakan di untaian huruf ini, rasanya tidak ‘wah’. Karena kita harus mengingat, dan kembali tersenyum akan malam yang indah itu. Kepala yang berbeda, isinyapun jauh berbeda, watak, sikap, sifat, berbaur satu menjadi akrab. Bercerita ini, dan itu. Sungguh malam itu, adalah malam yang otak saya menolak untuk lupa. Karena kalian kini telah menjadi bagian pengisi ruang hati saya (cwiiiit cwiiiit *ini Serius).
Keluarga alam yang tak lengkap. *Kak Reno nggak ada, ka Ocha juga. Nggak lengkap hiks

Bahkan, sayapun menolak lupa. Ketika tiga hari dua malam itu membuat saya menjadi berkawan baik pada Rini, Fitrah dan Ikhwan. Padahal sebelumnya? Saya hanya sebatas tahu mereka hanya di nama saja, selebihnya saya tak tahu. Tapi Rumah Dunia memang hebat! Membuat kita yang jauh menjadi dekat!

Dari Rini, saya mendapatkan semangat baru untuk menyelesaikan tugas akhir saya. Saya belajar darinya kesungguhan untuk bermesraan dengan my skripsweet.

Fitrah, banyak belajar saya padanya. Seorang adik tingkat yang telah membuka saya akan kehidupan nyantri di Daaru Tauhid. Memberikan saya motivasi untuk mandiri salah satunya dengan jalan berwirausaha. Belajar kesabaran, keikhlasan ketika ada bagian ceritanya yang jatuh dalam berbisnis.

Ikhwan, menambah wawasan ketika bersamanya. Ketika ada waktu senggang menunggu pembicara. Saya, ka Agus, dan dirinya berdiskusi ria. Hal yang ajaib. Bisa berdiskusi dengan asik dengan orang yang baru dikenal. Darinya saya tahu dunia kampus IPB yang sesungguhnya seolah saya sedang study banding ke IPB padahal posisi sedang di Rumah Dunia, mengetahui PPSDMS, bisa berkenalan jauh dengan bang Nazrul dan prajurit cilik gagahnya, Karel. Sungguh banyak hal yang didapat darinya!

Terimakasih Rini, Fitrah, Ikhwan! Unforgettable bersama kalian!

Ah, begitu banyak episode yang indah, yang masih tersimpan rapih di memori ingatan saya ini. Ya tapi saya bingung harus memulai dan mengakhiri dari mana? Karena semua begitu indah.

Ada satu perjalanan yang saya menyebutnya dengan 5 Sekawan (Saya, Churir, Ka Agus, Rahmat, dan Ikhwan) ada satu potongan indah ketika di ecovallage. Ketika sedih tak berhasil mendapatkan bandeng yang berlumpur, belum lagi posisi duduk yang menyedihkan. Saya terpisah dari  mereka, dan  mbak-mbak, abang-abang KWC sedang sibuk dan membuat lingkaran, dan saya tidak berada dari lingkaran itu (sedih memang. Melankolis, dan sedikit lebay, maaf yah he). Ada yang memanggil saya, dan menyisakan bandeng berlumpur, untuk saya nikmati. Ah, sungguh baiknya kalian. Saya terharu, hingga rasa haru itu masih berdegup di jiwa saya sampai saat ini. Saya kira, semua sudah lupa dengan sosok bernama Annisa Sofia Wardah, tapi lima sekawan itu memanggil dan menyambut dengan hangat, akan berhasilnya mereka mendapatkan ikan bandeng berlumpur dan semangka. Sayapun dinobatkan menjadi tukang bersih makanan. Wong ketika itu, mereka sudah kekenyangan, dan saya masih kelaparan hhe.
5 SEKAWAN

Dan bahagia campur kesalnya, ketika mereka berkoalisi mencoret kertas dengan menuliskan Anis sebegai peserta terbaik. Ya, ketika di ecovillage ada “AWARDS” salah satunya adalah peserta terbaik. Sayapun mendapatkan gelar sebagai peserta terbaik. Sebab utama ini bukan tak lain akan ulah 5 sekawan dan adik imut Ririn yang memprovokasi orang-orang untuk menuliskan kertasnya dengan “ANIS”. Sesungguhnya, rasa kesal itu tidak ada. Tapi haru dan semakin berat untuk berpisah bersama mereka. Potongan-potongan kisah yang sungguh indah, dan masih kuat tertempel dalam memori saya. Terimakasih 5 sekawan! Bahagianya bersama kalian!

Tidak hanya mendekat bersama 3 kawan baru, mempunyai 5 sekawan, merapat dengan keluarga KWC, juga bisa merapat dengan Odie dan kakak, buah hatinya mbak Tyas. Sungguh, banyak hal indah bukan sekedar ilmu baru, tapi sahabat hingga keluarga baru!
Maka, kapan kita mendekat, dan merapat kembali?

09.50 WIB
Serang, 3 Februari 2014
Rindu ini semakin menumpuk -_-“
Alunan depapepe ‘Kazemidori, Start’






0 komentar:

Posting Komentar

Anis Sofia © 2016