Jumat, 31 Januari 2014


Aku tak pernah peduli dengan mereka, yang saban hari menggunakan celana, kemeja, kaos, blazer, koko, jaket, cupluk. Aku tak peduli. Karena mereka sama. Mahluk yang diturunkan Tuhan untuk melengkapi kehidupanku. Kamu, dia, mereka! Melengkapi kekuranganku, menyeimbangkan kelebihanku. Itu yang kutahu.
Aku tak pernah peduli dengan mereka, yang saban hari menggunakan celana, kemeja, kaos, blazer, koko, jaket, cupluk. Aku tak peduli. Karena mereka sama. Mahluk yang diturunkan Tuhan untuk melengkapi kehidupanku. Kamu, dia, mereka! Melengkapi kekuranganku, menyeimbangkan kelebihanku. Itu yang kutahu.

Aku hanya pedul di dunia ini hanya ada dua hal. Baik atau buruk. Maka aku pilih yang baik. Tapi jalanan tak pernah seperti yang ku bayangkan sobat! Penuh lubang, sepeda motorku sering tersangkut di antara rumput liar yang menjalar sepanjang jalan yang menutupi jalanan. Aku hanya ingin menemukan suatu pembuktian. Adakah lelaki baik?

Di dalam perjalanan. Aku hanya mendapat suatu fatamorgana. Tawaran untuk mengisi bensin, dan kau tahu apa sobat? Setelah mengisi persedian bensinku, dia memaksaku untuk memberikan jabatan hangat pada tanganya? Hah apakah itu? Persetan!

Aku menaikan gas dengan tinggi. Mengebut, tak peduli dia berteriak sampai terlihat urat di lehernya. Aku kencang pergi menyisakan kekesalan terhadap pria bertopi di pertiga jalan itu. Diakah pria yang baik?
Kini, ku beristirahat di bawah pohon beringin yang sangat rindang memberikan kesujukan. Menghatarkan angin sepoi, yang diam-diam mulai menghilangkan peluh di wajahku, dan rambut pirangku yang basah karena tertutup oleh helm mulai mengering.

Tidak sendiri. Dedauan pada ranting ikut menyambutnya, seolah mempersilahkan silahkan duduk di sampingku. “Hai gadis! Hauskah?” satu botol mineral yang masih penuh dan terbungkus rapih berada di depan wajahku. Menolehku padanya “Terimakasih”. Pergiku meninggalkanya bersama tanda tanya pada raut wajahnya ditemani dengan pohon beringin yang masih mengakar kuat, dan air mineral yang masih dalam genggamannya.

Baikah dia? Aku tak peduli. Aku tahu bahwa harus berhati-hati pada orang yang datang, kemudian memberikan kebaikan yang tak tahu apakah dia baik? Atau pura-pura baik? Kata oma aku harus berhat-hati pada lelaki asing yang kutemukan di sepanjang jalan. Di tv pun tidak sedikit mereka yang menawarkan makanan-minuman dan kemudian di dalamnya ada obat bius. Lelaki baikkah? Entahlah, aku tak peduli. Aku harus memedulikan hati dan jiwaku ini. Jangan sampai ada yang berani mencoba menyakitiku, karena aku wanita. Aku tak mengerti seistimewakah wanita? Hingga aku harus berwaspada penuh pada mereka.

Kemudian aku kembali setia menaiki kendaraan beroda dua ini. Menikmati panas yang mulai tak berdamai lagi denganku. Kulit putih warisan Opa, mulai terbakar. Mata sipit inipun harus terjaga melihat jalan yang sangat rusak, dan rambut ini berantakan tak karuan mengikuti hembusan angin. Aku pergi, dan terus mencari dan mencari. Memerhatikan sekelilingku. Memerhatikan desa yang mulai sepi. Kudapatkan anak kecil yang menangis, diujung gawang di depannya terdapat pria dewasa mengambil bola secara paksa. Hah? Apakah itu lelaki baik?

Aku muak! Sangat muak! Ketika banyak lelaki yang kutemukan kemudian hal serupa yang kudapatkan? Adakah lelaki baik? Dua hari yang lalu, aku melihatmu sobat sedang menangis di pojokkan tempat ibadahmu. Dari agamu, kau dilarang berpacaran? Tapi mengapa kini matamu masih sembab setelah menerima sepucuk surat putih dari lelaki berkoko dan berjanggut itu? Ada apakah? Apakan benar dugaanku tentang seseorang perempuan yang menggunakan kain besar di kepalanya dan kumemergokinya bergandengan tangan? Hal yang wajar bukan? Atau apakah itu penyebabmu?

Ah aku mulai gila. Mendefinisikan lelaki baik dan buruk. Aku tak paham dengan ucapan Oma, dan dirimu. Ini semua rumit sobat!
Hai! Mengapa kau diam saja!

Rangkasbitung, 29 Januari 2014

-ELIF

6 komentar:

  1. Wahh ini masih sepotong belum dilanjutkan, 'bersambung'

    Iya Fiksi kak :)

    BalasHapus
  2. Baru sempat berkunjung lagi ke blogmu. Ternyata sudah tidak dipakai lagi ya alamat blog satunya? Hmm..

    BalasHapus
  3. diganti jadi aniskreatif.blogspot.com yang dulu itu panjang pisan belibet hehe

    BalasHapus

Anis Sofia © 2016