Senin, 20 Januari 2014


Susana romantis begitu terasa ketika kedua kaki ini mendarat, menginjak aspal basah terminal Leuwi Panjang. Dan perjalanan bersama adik saya, Hendi Sutanto berakhir di sini, di pusat terminal milik orang Bandung ini, semoga bukan perjalanan bersama yang terakhir ya dik!
Sebelum berpisah dengan adik saya ini yang mirip bule gitu :D. Saya sempat menemaninya transaksi, negosiasinya sebelum menaiki taksi.
“Ke Ciganitri, berapa bang?”
Wah saat itu si adik yang pendiam ini bicaranya menggunakan bahas sunda, dan sungguh saya paham tapi susah mengatakannya.
“70.000 jang!”
“50.000 nya bang!”
“Ah teu tiasa”
Pergulutan yang sungguh menegangkan, namun di sana saya terheran heran. Bukankah kalau taksi itu bermain di perhitungan argo? Loh kok ini kaya beli bawang ya? Ada tawar menawar.
“Ntos, 60nya bang!”
“Ah tambihan 5.000 deu nya jang! Pikeun tol!”
“Iya atuh jadi bang”
Oalaah malangnya nasibmu dik. Perlukah tetehmu mengajarkan rumus tawar-menawar *kibas-kibas kerudung. Dan saya sadar, angka 65.000 itu bisa terbayar dengan kepuasan menatap wajah, memeluk, dan bermesraan dengan seorang ibu. Saya bisa membaca wajahnya yang tak kuasa menahan rindu berbulan-bulan untuk bisa melunasi rindu kepada wanita yang paling disayanginya.
“Hai, dek! Itu bukan taksi. Loh kok..”
Saya pun langsung mengirim sms ke bocah nan cerdas itu.
“Iya, Hendi juga baru tahu teh. Kaget.”
“Wahh, hati-hati atuh, kawatir diculik :D”
Bagaimana terkejutnya saya, ketika menyaksikan adik saya dibawa oleh mobeli senia. Bukankah tadi negosiasi berada di depan mobil taxi?
Diapun menghilang bersama hujan gerimis yang terus membasahi terminal leuwi panjang.
Dan sayapun, masih sangat setia menunggu kedatangan seseorang.


0 komentar:

Posting Komentar

Anis Sofia © 2016