Izinkanlah saya berbagi kisah. Tenang,
tulisan saya ini bukanlah membahas tentang sosok perempuan, atau lelaki yang
ideal, yang saling menunggu atau apalah itu, membahas cinta yang membabi buta,
bukan! Karena saya tidak berpengalaman dalam hal itu, maka terus selamilah tiap
kata, ya walau nanti akan kesandung karena ada beberapa kerikil yang
mengacaukan nikmat bacaan karena belum bisa mengurai segala keindahannya melalui
kata-kata dengan baik.
Maka,
bacalah!
Berawal, dari sebuah rasa penasaran
yang terus mengalir dalam dada, berdegup kencang dalam semangat dan rasa itu
tidak pernah mati. Rumah Dunia, rumah yang dibangun dengan kata-kata sudah tak
asing saya dengar sejak duduk di bangku Sekolah Menangah Atas, itu hanya saya
ketahui dari lisan-lisan, buku, dan televisi. Sore ini, menjadi hari penuh
cinta, hari pertma dimana saya mengenal arti sebuah pengorbanan, kesabaran,
sayang, dan adanya kekeluargan dan semangat memperbaharui Banten bahkan hingga
Indonesia.
30
Desember menjadi rajutan cinta pertama saya. Disambut hangat oleh para senior
RD dan presidennya bapak Ibnu, seorang yang telah menghabiskan masa magisternya
di benua eropa, Belanda. Menjadikan waktu 10 tahun bukti pengabdiannya kepada
dunia tulis, hingga saat ini. Mahasiswa alumni IAIN SMH, dan kini menjadi dosen
tetap, beliau tetap menyerahkan waktunya untuk dunia pendidikan termasuk membaktikan
segalanya di Rumah Dunia.
Melaluinya,
saya memiliki banyak informasi seputar Indonesia yang miskin sejarah, hingga
menanyakan suatu kelahiran kabupaten harus terbang ke Belanda. Semua data,
kerasipan Indonesia berada disana.
Segala hal sejarah mengenai Indonesia lengkap di perpustakaannya.
Perpolotikkan pun menjadi salah satu santapan saya saat itu.
Oke, dan
tidak kalah menariknya yaitu tentang “mereka”, yaa mereka yang sangat mencintai
membaca, menjadikan dunia menulis menjadi nafasnya.
Ka
sarwani dulu, seorang servis tabung gas
Ka Udin,
tukang gorengan
Ka
wayang, penjual roti
Ka Igun,
seorang pengamen
Itu dulu.
Sekarang? Mereka diangkat derajat melalui ilmu yang tulis dalam setiap untaian
kata yang disusunya. Mereka semua kini adalah sosok terkenal dalam surat harian
kabar, ada yang menjadi pengajar tetap di Rumah Dunia, dan wartawan terkenal.
Ada yang
kenal Udin angkot? Saya ditampar setampar-tamparnya, sakit menyelekit dan
berbuah semangat melalui cerita yang disampaiakan dengan baik oleh pak Ibnu.
Bapak Udin, dengan bangganya menempelkan sticker Rumah Dunia, dan tulisan Gol A
Gong. Hanya itu? Tenang, masih banyak kisah tentangnya.
Dunia angkot
terkenal akan menunggu penumpang yang lama, dan penuh penumpang harus belajar kesabaran akan ke ngetem-an.
Disetiap waktu senggang seperti itu beliau Pak Udin rutin menulis puisi,
membaca Koran tanpa bosannya. Hingga pak Udin mendapatkan uang RP. 4.000.000,-
dari hasil penjualan buku puisinya selama menunggu penumpang. Ya, beliau
menerbitkan buku! Dan hasilnya bisa menutupi tunggakan SPP anaknya, subhanallah!
Itulah,
awal baru rajutan cinta saya, berlanjut hingga ungkapan banyak cinta dari 36
orang yang memiliki tujuan yang berbeda untuk berada di Rumah Dunia.
“ Menulis
adalah kehidupan. Usia kita tidak ada yang tahu, hanya sebuah manfaat yang akan
membuat kita berusia panjang, dikenang. Suatu impian besar, ketika di hari
perhitungan kelak, datanglah satu persatu orang menambhkan berat timbangan amal
kebaikan, mereka datang karena berbuat baik melalui tulisan yang telah kita
buat, jadi tidak terasa pahala sudah
tertabung tanpa kita bisa hitung” ucapku dengan penuh semangat, ketika menanyakan
tujuan mengapa berada di Rumah Dunia.
“Saya
ikut Rumah Dunia, karena saya ingin menghasilkan karya. Dan karya tersebut
membuat saya mendapat honor, dan honor itu akan saya pakaikan untuk Taman
Membaca di Kampung saya” ucap Ridwan ketua angkatan 21.
“Saya
praktisi Hukum,. Hukum terlalu dianggap berat oleh masyarakat umum. Maka saya
akan membuatnya ringan dengan membuat novel Hukum” ucap ibu berkerudung hitam
“Saya
ingin Kaya!” ucap salah seorang bapak dengan bersemangat.
“Saya
ingin menjadi penulis terkenal!” berteriak penuh girang gadis SMA
“Ada
suatu hadist mengatakan ikatlah ilmu. Maka, itulah alasan kuat saya, mengapa
saya ingin menulis” kata mahasiswi UPI Serang semester 5.
“Saya. Ingin
membuat novel untuk pacar saya!” ucap remaja lelaki dengan geloranya, dan
suasana halaman Rumah Dunia seketika cetar membahana badai halilintar!
Itu hanya beberapa ungkapan rasa semangat mereka. Kini, saya
yakin surat al quran yang salah satunya berbunyi indah “Iqro” akan membahana
mengindahkan Banten ini, karena ada mereka para angkatan 21. Dan sayapun yakin
dengan para pembaca tulisan jelek ini, pasti sudah mempersiapkan untuk melejitkan
diri menjadikan lebih Banten, hingga Indonesia lebih indah, dengan segala
kemampuan dan passion yang mendarah daging.
::ucap
syukur tak terukur, akan segala keindahanNya, semoga pesan bisa tersampaikan
dengan baik. Saran, kritikan sangatlah diperlukan untuk segala perbaikan, mohon
bantuannya! Dan sebelum the end, SEMOGA
MENGINSPIRASI ya!
Dalam
Alunan depepe
Sudut
Darul Irfan
Minggu,
30 Desember 2012
22.52 WIB
0 komentar:
Posting Komentar