Selasa, 01 Januari 2013



          Izinkanlah saya berbagi kisah. Tenang, tulisan saya ini bukanlah membahas tentang sosok perempuan, atau lelaki yang ideal, yang saling menunggu atau apalah itu, membahas cinta yang membabi buta, bukan! Karena saya tidak berpengalaman dalam hal itu, maka terus selamilah tiap kata, ya walau nanti akan kesandung karena ada beberapa kerikil yang mengacaukan nikmat bacaan karena belum bisa mengurai segala keindahannya melalui kata-kata dengan baik.
Maka, bacalah!
          Berawal, dari sebuah rasa penasaran yang terus mengalir dalam dada, berdegup kencang dalam semangat dan rasa itu tidak pernah mati. Rumah Dunia, rumah yang dibangun dengan kata-kata sudah tak asing saya dengar sejak duduk di bangku Sekolah Menangah Atas, itu hanya saya ketahui dari lisan-lisan, buku, dan televisi. Sore ini, menjadi hari penuh cinta, hari pertma dimana saya mengenal arti sebuah pengorbanan, kesabaran, sayang, dan adanya kekeluargan dan semangat memperbaharui Banten bahkan hingga Indonesia.
30 Desember menjadi rajutan cinta pertama saya. Disambut hangat oleh para senior RD dan presidennya bapak Ibnu, seorang yang telah menghabiskan masa magisternya di benua eropa, Belanda. Menjadikan waktu 10 tahun bukti pengabdiannya kepada dunia tulis, hingga saat ini. Mahasiswa alumni IAIN SMH, dan kini menjadi dosen tetap, beliau tetap menyerahkan waktunya untuk dunia pendidikan termasuk membaktikan segalanya di Rumah Dunia.
Melaluinya, saya memiliki banyak informasi seputar Indonesia yang miskin sejarah, hingga menanyakan suatu kelahiran kabupaten harus terbang ke Belanda. Semua data, kerasipan Indonesia berada disana.  Segala hal sejarah mengenai Indonesia lengkap di perpustakaannya. Perpolotikkan pun menjadi salah satu santapan saya saat itu.
Oke, dan tidak kalah menariknya yaitu tentang “mereka”, yaa mereka yang sangat mencintai membaca, menjadikan dunia menulis menjadi nafasnya.
Ka sarwani dulu, seorang servis tabung gas
Ka Udin, tukang gorengan
Ka wayang, penjual roti
Ka Igun, seorang pengamen
Itu dulu. Sekarang? Mereka diangkat derajat melalui ilmu yang tulis dalam setiap untaian kata yang disusunya. Mereka semua kini adalah sosok terkenal dalam surat harian kabar, ada yang menjadi pengajar tetap di Rumah Dunia, dan wartawan terkenal.
Ada yang kenal Udin angkot? Saya ditampar setampar-tamparnya, sakit menyelekit dan berbuah semangat melalui cerita yang disampaiakan dengan baik oleh pak Ibnu. Bapak Udin, dengan bangganya menempelkan sticker Rumah Dunia, dan tulisan Gol A Gong. Hanya itu? Tenang, masih banyak kisah tentangnya.
Dunia angkot terkenal akan menunggu penumpang yang lama, dan penuh penumpang  harus belajar kesabaran akan ke ngetem-an. Disetiap waktu senggang seperti itu beliau Pak Udin rutin menulis puisi, membaca Koran tanpa bosannya. Hingga pak Udin mendapatkan uang RP. 4.000.000,- dari hasil penjualan buku puisinya selama menunggu penumpang. Ya, beliau menerbitkan buku! Dan hasilnya bisa menutupi tunggakan SPP anaknya, subhanallah!
Itulah, awal baru rajutan cinta saya, berlanjut hingga ungkapan banyak cinta dari 36 orang yang memiliki tujuan yang berbeda untuk berada di Rumah Dunia.
“ Menulis adalah kehidupan. Usia kita tidak ada yang tahu, hanya sebuah manfaat yang akan membuat kita berusia panjang, dikenang. Suatu impian besar, ketika di hari perhitungan kelak, datanglah satu persatu orang menambhkan berat timbangan amal kebaikan, mereka datang karena berbuat baik melalui tulisan yang telah kita buat, jadi  tidak terasa pahala sudah tertabung tanpa kita bisa hitung” ucapku dengan penuh semangat, ketika menanyakan tujuan mengapa berada di Rumah Dunia.
“Saya ikut Rumah Dunia, karena saya ingin menghasilkan karya. Dan karya tersebut membuat saya mendapat honor, dan honor itu akan saya pakaikan untuk Taman Membaca di Kampung saya” ucap Ridwan ketua angkatan 21.
“Saya praktisi Hukum,. Hukum terlalu dianggap berat oleh masyarakat umum. Maka saya akan membuatnya ringan dengan membuat novel Hukum” ucap ibu berkerudung hitam
“Saya ingin Kaya!” ucap salah seorang bapak dengan bersemangat.
“Saya ingin menjadi penulis terkenal!” berteriak penuh girang gadis SMA
“Ada suatu hadist mengatakan ikatlah ilmu. Maka, itulah alasan kuat saya, mengapa saya ingin menulis” kata mahasiswi UPI Serang semester 5.
“Saya. Ingin membuat novel untuk pacar saya!” ucap remaja lelaki dengan geloranya, dan suasana halaman Rumah Dunia seketika cetar membahana badai halilintar!
          Itu hanya beberapa  ungkapan rasa semangat mereka. Kini, saya yakin surat al quran yang salah satunya berbunyi indah “Iqro” akan membahana mengindahkan Banten ini, karena ada mereka para angkatan 21. Dan sayapun yakin dengan para pembaca tulisan jelek ini, pasti sudah mempersiapkan untuk melejitkan diri menjadikan lebih Banten, hingga Indonesia lebih indah, dengan segala kemampuan dan passion yang mendarah daging.
::ucap syukur tak terukur, akan segala keindahanNya, semoga pesan bisa tersampaikan dengan baik. Saran, kritikan sangatlah diperlukan untuk segala perbaikan, mohon bantuannya!  Dan sebelum the end, SEMOGA MENGINSPIRASI ya!
Dalam Alunan depepe
Sudut Darul Irfan
Minggu, 30 Desember 2012
22.52 WIB

0 komentar:

Posting Komentar

Anis Sofia © 2016