Beginilah
nasib seorang penuntut ilmu, yang ingin katanya menjadi penulis professional.
Tapi, masih saja kalah dengan godaan rasa ngantuk dan lelah. Padahal indah ya
kalau sekalian istirahatnya di surgA :D *ngarep tingkat tinggi, sangat tinggi.
Oke,
sahabat setia dimanapun anda berada, selalu bersemangat ya untuk menikmati,
melahap setiap susunan kata yang alakadarnya. Again, tentang Rumah Dunia.
Minggu, 6 Januari 2012 adalah hari kedua saya menuntut ilmu di Rumah Dunia,
Ciloang.
Semenjak,
minggu kemarin. Hari yang sangat membuat jantung saya berdegup lebih kencang,
dan tidak karuan memikirkannya yaitu hari minggu, hari bersama berbagi cinta
dalam ribuan kata.
Sebelumnya,
saya mau menuniakan janji untuk salah satu sahabat tercinta saya Yasashi Kaze.
Raganya memang berada di IPB, tapi hati dan pikirannya saya yakin tak jauh dari
Rumah Dunia. Inilah hal kecil tentang Rumah Dunia banyak hal yang akan
mengejutkan pandangan dan hati.
Berawal
dari perjalanan, karena saya anak pesantrenan dan pengacara (pengangguran
banyak acara), so must ngatur uang sebaik mungkin, maka Readi kenalkanlah sosok
tangguh yang menemani saya kemanapun berada, ya si roda dua yang harus selalu
digoes *haha, jadi edisi curcol begini.
Inilah
salah satu rute menuju Rumah Dunia, is very easy ya? Karena sudah ada
plangnya? :D
Lebih
jelasnya, untuk yang penasaran tingkat internasional, cetar, halilintar,
membahan, badai! Gampang, sangat gampang. Oke, kita patokan garis start di
halte kampus untirta ya :D ,
naik aja mobil angkot berwarna biru, terus apa lagi? Ya naik dan duduklah! And
jangan lupa sebelum naik, nanya dulu sama babangnya “Mang, ke Rumah Dunia
ya?” Dijaminlah, ANGKOTERS Serang pada tahu, kalau nggak tahu,
hemm mamangnya nggak kece! :D
.
Setelah,
melewati plang itu maka teman-teman akan bertamu dengan mamang ojek, cukup
dengan membayar Rp.3.000,- Insyallah diantar sampai tempat tujuan, Rumah Dunia.
Menuju
Rumah Dunia memanglah butuh perjuang keras, nggak tahu ya berapa meter, soalnya
nggak bawa meteran ;D. Setelah saya hitung menuju RD, melewati 2 sawah, 2
jembatan, satu sungai kecil dan berpuluh polisi tidur *haha alayers.
Melewati
rerumputan, pepohonan, polisi tidur dan rumah penduduk. Eng ing eng, tiba
saatnya ke Rumah yang ditunggu-tunggu
Bisa
dilihat ada belokan ke sebelah kanan, maka masuki jalan itu dan siap beraksi di
Rumah Dunia.
Ini
merupakan bagian dari salah satu tempat yang ada di Rumah Dunia. Sekarang, RD
sedang mengalami renovasi jadi banyak
yang berubah. Salah satunya yaitu proses untuk belajar. Tempat ini, Balai
Belajar Bersama, berada di luar dekat dengan jalan raya. Sebelum ada renovasi,
proses belajar Kelas Menulis berada di halaman dalamnya.
Siapa
sangka, kalau beliau adalah dosen di Fakultas Hukum untirta. Minggu kemarin Ibu
Rena lah yeng memiliki impian yaitu membuat novel Hukum. Semua terungkap jelas
kalau beliau dosen ketika dalam kelas menulis ada salah satu pertanyaan Mas
Gong berupa mengenai pekerjaannya. Selama ini, Ibu Rena yang dipanggil akrab
dengan “teteh” menyembunyikan “siapa” beliau sesungguhnya. Empat jempol buat
semangat ibu yang satu ini, selain menjadi orang pertama dalam pertemuan ke-2
kemarin, ibu Rena meninggalkan anaknya di Rumah, hemm sesuatu deh Bu Rena J
Nah,
ini tampak dari depan. Di dalam, banyak buku untuk dibaca. Dan bisa dilihat yak
an? Di dindingnya banyak pajangan, bukan
sekedar pajangan, itulah sejarah akan banyak hal tentang sastra, perjuangan
wartawan, dan masih banyak lagi.
Kalau
cuaca cerah, saya bersama teman belajar menulis disini. Tepat berada di rumah
yang tadi saya jepret tadi. Inilah tempat yang membuat saya sangat bergejolak
untuk menulis.
Ini
namanya apa ya? Hhe maklum saya masih baru dan unyu-unyu jadi belum tahu. Tapi,
yang jelas panggung sederhana ini digunakan ketika pementasan baca puisi.
Pohon
elektronik namanya. CPU, keyboard, AC, AKI, di gantungkan di dahan pohon itu.
Mau
tahu kenapa? Makanya main ke Rumah Dunia ya J
Ada suatu sudut
Rumah Dunia, yang membuat saya terhenyut tak karuan, hingga di kepala penuh
rasa tanya kenapa bisa ada gambar mempesonan itu di Rumah Dunia, dan inilah…
Oke, untuk edisi
ceirita jepretanya, dicukupkan dulu. Karena stocknya memang terbatas, saat itu
HP kehabisan nyawanya, ya jadi hanya ini. Semoga masih dilanjutkan kembali ya!
So, main yuk Ke Rumah Dunia yang punya banyak makna! J
::ba’da ngaji
mufrod, Nahwu. Dalam buaian depepe di sudut Darul Irfan
Senin, 7 Januari
2013
22:32 WIB
oh ini RD...
BalasHapusbagus2.. logo KAMMI nya siapa yg gambar? harus di recycle tuh.. hahaa
haha hayuuuk kak maen kesana, saya siap jd tourguidenya.
BalasHapushmm sekarang logo KAMMIya udah ketutupan ama baligho