“Kenalkan, Anis relawan rumah dunia” ucap
mbak Tyas sambil menunjukan diriku yang menggunakan baju belang pink ini kepada
para sahabatnya di Kumpulan Emak Blogger. Sungguh tak percaya ucapan itu keluar
dari mbak Tyas. Rasanya memang belum pantas untuk mendapat sebutan atau
panggilan dengan voluunter of Rumah
Dunia. Because of why?
Karena setahu saya relawan itu bukan hanya deretan huruf r-e-l-e-w-a-n, ada arti yang sungguh dalam dari satu kata itu.
Karena setahu saya relawan itu bukan hanya deretan huruf r-e-l-e-w-a-n, ada arti yang sungguh dalam dari satu kata itu.
Mereka
yang sungguh memajukan Rumah Dunia dengan ide, tenaga, materi. Soal tenaga saya
bukanlah relawan seperti Bang Jack, ka Ariep, ka Je, ka Wayang, ka Salam, ka
Hilman, yang selalu dengan cekatannya membersihkan RD, rajin menjadi
kepanitian, dan selalu mendapat PJ dalam kegiatan dan keberlangsungan kemajuan
Rumah Dunia. Materi? saya hanya mahasiswa yang memiliki sampingan sebagai
pengajar disalah satu bimbelan yang berada di Cipete, Serang. Terlebih menggagas
ide, visi, misi tentang bagaimana RD? Ah, sungguh jauh.
Tapi,
saya adalah seorang Annisa Sofia Wardah, yang sungguh jatuh hati pada Rumah
Dunia dan seisinya, pada sepasang yang sungguh klop Mbak Tyas dan Mas Gong,
Bela, Kaka, Odie yang menggemaskan, para relawan. Berawal dari sebuah buku yang
mencantumkan lokasi Rumah Dunia, buku yang saya baca ketika masa abu-abu. “Oh
ada toh penulis asli Banten?” berdecak kagum saat membaca buku ‘Jangan Nggak
Nulis Seumur Hidup’ kalau tak salah judul bukunya itu, hingga dari saat itu
saya penasaran. Apakah itu Rumah Dunia? Dimanakah? Seperti apakah? Bisakah saya
kesana?
Hingga
2013, semester 5. Saya menjadi peserta kelas menulis rumah dunia 21, dan tidak
ingin absen dari kegiatan Rumah Dunia, mulai diskusinya, monolog, musiklasisasi
dan masih banyak lagi. Ketika ada acara Rumah Dunia, saya hanya orang yang
paling gemar menyebarkan insformasi kepada kawan-kawan di kampus. ‘Ayolah ikut!’
mendoronng-dorong, menghasut, ah tapi kadang berhasil bahkan sama sekali tidak.
“Kenalkan,
Anis relawan rumah dunia”
Masih
terngiang saja ucapan mbak Tyas itu. Suatu kebahagian tak terkira ketika
dipanggil dengan relawan Rumah Dunia. Terlebih hari ini, Minggu 9 Maret 2014
adalah episode kehidupan yang tidak akan pernah terlupakan. Bagaimana tidak? Saya
tidak pernah bermimpi bisa seharian bersama Mbak Tyas, kemudian diperkenalkan
dengan dunia menulis, dunia maya (blogger), KEB (Kelompok Emak Blogger) yang
ternyata yang calon emakpun boleh ikut). Dalam perjalanan pun saya sangat
antusiasnya mendengarkan cerita mbak Tyas tentang keluarga dan dunia
kepenulisanya, kehidupannya selama di Kebon Jeruk. Walau sebenarnya agak kikuk
karena sudah merepotkan mbak Tyas, dengan ditanggung ongkos dan dibelikan
jajanan, belum lagi saya sudah lupa rute naik busway, malah mbak Tyas yang
lebih aktif menanyakan rute T.T. Ah, semoga mbak Tyas merasa asik berjalan
bersama saya, dan tidak menyesal membawa anak seperti saya.
Danke
ya mbak Tyas, mas Gong, Rumah Dunia.
Semoga
bisa jadi relawan Rumah Dunia, yang tidak hanya bisa menerima tapi memberi dengan
baik.
Serang, 9 Maret 2014
21.46
Lantunan An-naba
Dan berharap NB segera sembuh, batrainya bochoor, bochhor.
-_-“
Wah, ikutan Kumpulan Emak Blogger?
BalasHapus*sama kayak Teh Efi dan Mbak Ida dongs..
huhu saya masih baru kakaah. Itu juga diculik sama mbak Tias. Baru gabung ke grupnya juga kemarin hehe :D
HapusMbak Ida itu yang jilbabers itu dan konselor bukan kak? *memori lemah
ingeeet mbak Ida yang masuk 10 besar itu ya ya kan itu?
HapusIya, mbak Ida yang itu, yang orang Jawa.
Hapusoh eta, muhun. Sempat salaman tapi nggak poto bareng hiks hiks
BalasHapus