Sudah menjadi
kakak tingkat tertua di kampus itu rasanya seperti ini, waktu luang begitu
banyak tersedia. Jika melihat tempo lalu yang masih menjabat beberapa amanah
strategis di kampus jadwal setiap hari sudah ditentukan, jam sekian syuro, jam
sekian ngisi mentoring MK PAI, jam sekian ngajar, jam sekian kuliah, semua
terjadwal dengan baik.
Dan sekarang
masih memiliki beberapa amanah di kampus juga eksternal, tapi tidak sekencang
dulu, bayangkan saja semester ini sudah tidak ada MK sama sekali, awal-awal bahkan
sekarangpun masih bingung harus ngapain. Memang benar adanya lebih berbahaya
itu adalah waktu luang. Waktu itu
bagaikan pedang, jika tidak digunakan dengan baik maka dia akan membunuhmu.Beberapa
hari ini semenjak memasuki semester 8 getol banget berdoa supaya diberikan
waktu digunakan untuk banyak manfaat. Mohon doanya juga.
Segini masih
mahasiswa, bagaimana para pejabat Negara yang mikirin dirinya, keluarga, dan Negara?
Waktu sama 24 jam, tapi saya sangat terkagum dengan almarhumah ustadzah Yoyoh
Yusroh yang sehari bisa mengkhatamkan 3 juz, memerhatikan anaknya, mengontrol
pondok qurannya, bersumbangsih untuk Negara, mengurus suami. Begitupun dengan
ustad Anis Matta, dalam kesibukannya masih bisa membaca buku sebanyak 3 buah. Ah,
begitu payah rasanya jika masa muda yang berkepala dua ini belum bisa seperti
mereka, hanya berusaha.
Zona nyaman
tidak sebatas jadwal saja, bagaimana rasanya harus jauh dari bacaan yang membuat
kita merasa senang dan digantikan dengan banyak bacaan yang butuh keseriusan
dan teori ahli? Siap-siap menghadapi, harusnya tidak usah usah kaget dalam
proses skripsi membaca buku yang ‘berat’ bukankah kita harus pintar menambah
wawasan dengan bacaan yang berbobot? Begitupun dengan selesai kuliah, menempuh profesi yang ditempuh
tentunya harus menambah wawasan dengan bacaan yang penuh teori itu. Mencoba belajar
mencintai buku yang memang saya jarang membukanya. Efek terlalu santai kah
selama perkuliahan? Ya bisa jadi, bagaimana nasib mahasiswa Non Reguler sering
ditakdirkan mendapat garis buruk, jarangnya dosen hadir ke kelas, suasana kelas
yang begitu hedonis, hanya segelintir
yang mau ‘belajar’ lama-kelamaan pondasi yang dibangun bisa hancur, tapi Alhamdulillah
karena berada di beberapa organisasi yang terdiri dari mahasiswa lintas jurusan
menghantarkan saya untuk semangat. Thanks
God! Thanks to all my friends!
Bagaimanapun,
menulis di blog yang kebanyakan curcolan atau cathar ini semoga bisa menjadi perefresh diri, setidaknya dengan dituliskan membuat plong. Ya, rasanya
begini ya semester akhir. Terlebih galau ketika beberapa teman seperjuangan di
hima, Erma, Rani, Suhendi sudah sempro, sedangkan saya? Masih terluntang
lanting denggan dosen pembimbing. Semoga pembaca bisa turut mendoakan
keberkahan dan kemudahan dalam penyusunan Tugas Akhir ini ya, aamiin.
Curcol banget gw, maaf ya
Kamar-Serang-Banten
Kamis,
13 Maret 2014
22.15
Buka
mata buka hati-Opick
0 komentar:
Posting Komentar