Rabu, 11 Juni 2014

"Aku tidak pernah menemuinya, bersapa, berjabat tangan. Belum sama sekali. Tapi, mengapa merindu?"
31 Mei 2014 di siang menjelang sore kita sendu dibawa roda bis hijau menuju terminal kampung rambutan. Aku berada di posisi satu bangku lebih depan dari my guards. Mereka asik membicarakan hal yang aku tidak ketehui. Aku terlalu sibuk hanyut menyaksikan hiruk pikuk jalanan .Sambil memikirkan nasibku empat hari ke depan seperti apa?

Sabtu sendu ini begitu banyak agenda, mulai perpisahan adik kelas SMA ku, bazar yang kemudian di titipkan pada sahabatku Yehan. Dan pilihanku memang jatuh pada Magelang. Bukan tidak rela melepas tiket Kereta Api seharga Rp.52.000,-. Tetapi ada rindu yang sudah kutanam jauh-jauh hari, ada harapan yang sering ku rapal dalam setiap ku menghadap-Nya. 

Sudah sekian lamanya, aku menaruh rindu. Menaruh potonya pada background dekstop laptopku, berselancar di dunia maya mencari tahu bagaimana sifatnya, bagaimana bisa menaklukannya? Hingga aku menaruhkan janji pada Sang Pemilik. Jika aku berhasil, akan ada puasa selama 3 hari berturut-turut dan sujud syukur ketika menjumpainya.

Dag, dig, dug lah perasaanku, Ini adalah perjalanan pengorbanan, tanpa restu orangtua, bahkan berkatapun tidak. Karena aku yakin "tidak" sebuah kata yang akan terlontar pada mulut sepasang suami-istri. Gilakah aku? Ya bisa jadi. Bandel? Ya, tentu. Tapi, aku memercai ini adalah pilihan kerinduan yang harus aku tuntaskan. Bukan perkara foya-foya, aku tak memikirkan hal itu. Perjalanan inipun sangat 'ketat' seperti pakaian jeans. Bagaimana setiap jalan aku bersama my guards, mereka sudah memplaningkan untuk beaya yang menghemat saku.

"Buat apa ndaki gunung? Sebuah pekerjaan yang sia-sia! Lebih baik kuliah, atau perlu sekalian kau jangan kuliah, ndaki saja gunung di Indonesia"
Kalimat itu masih terngiang-ngiang saja di telingaku, setiap abjadnya bahkan berkeliaran di retinaku. Nakal? Ya kurasa. Tapi, tanpa pembuktian mungkin beberapa orang di sekitarku tak akan percaya bahwa aku mampu untuk berjalan lebih lama dari biasanya. Apa aku lari dari tugas akhir? Ah, rasanya tidak kawan, perjalanan ini memakan waktu weekendku dan bimbingan tugas akhirpun bisa di hari kamis, jumat. Jadi ada waktu, untuk rehat sejenak bukan? Ini bukan pelarian! Tapi, sebuah kerinduan yang harus terbayar, walau aku yakin karena setelah pertemuan perdana dengannya akan ada kerinduan yang mengantri untuk dijumpai.

karena aku adalah perindu sampai batas waktu kita bertemu bahkan hingga detak berlalu aku akan berupa perindu..

Serang, 12 Juni 2014
00.18 WIB
depapepe bersama kerinduan
#MerinduAlam#merinduRamadhan 

4 komentar:

  1. magelang.... mau ke gunung apa???
    Merbabu yah???
    bawa oleh-oleh!

    BalasHapus
  2. Nis, kalau kita cari2 karunia-Nya di seluruh belahan dunia, nggak akan ada habisnya. Jadi kalo mau main2-backpacking ky gitu, nggak akan ada habisnya. Sampai kapanpun, anis nggak akan pernah ngerasa puas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kak bener juga, selalu ketagihan. Setiap perjalanan apapun itu baik dekat juga jauh selalu ada pelajaran, dan saya menikmatinya ka.

      Hapus

Anis Sofia © 2016