Selasa, 10 Juni 2014

Mendidik adalah kewajiban setiap orang terdidik
-Indonesia Mengajar-

Saya setuju dengan qoute dari web.Indonesia Mengajar. Bukan hanya tugas calon Sarjana Pendidikan yang setiap harinya bergelut dengan mata kuliah perkembangan peserta didik, psikologi anak, kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Semua bertanggung jawab, bagi meraka yang berada di lantas jurusan perkuliahan selain pendidikan atau yang tak mengenyam pendidikan tinggi. Mengapa? Bukankah kita akan menajadi seorang panutan untuk buah hati masing-masing.

Pada tanggal 31 Mei 2014, pukul 09.00 di sabtu pagi di salah satu lokasi bagian Rumah Dunia, saya menjaga stand di sana. Bazar yang berupa pernak pernik hasil kerajinan tangan Dhafiqri Collection. Sekumpulan anak-anak yang kisaran berusia 10 tahun sibuk membawa blender, sebagaian lain ditangannya dipenuhi dengan wadah berisikan gelas plastik, sedotan, aneka serbuk minuman, pun ada yang mambawa rollan kabel dan lihat ada seorang pria dewasa yang memimpin mereka sambil menjinjing meja kecil di tangannya.

"Stand buat Odie ya, stand dadakan! Odie sama temannya mau jualan es, nanti beli ya!" kurang lebih ucap Mas Gong sambil meletakan meja di samping tiang di atas tanah.
Mendidik, bukan sekedar ilmu yang saya temukan di bangku perkuliahan. Bersyukur di usia yang kepala dua dan mengurusi tugas akhir saya berada di sekitar orang yang peduli pendidikan dari cara pandang mereka yang berbeda. Emak Nurul yang mendidik kedua anaknya Kaka dan Mamas untuk bersahabat dengan alam, traveling. Masih terkagum dengan emak Nurul yang mambawa buah hatinya jalan-jalan ke alam dan saat itu sedang shaum ramadhan, anaknya sudah tak sanggup berjalan. Maka, mak Nurul menggendong salah satu anaknya, keren bukan?

Belum lagi saya sedang belajar mengajar di bimbelan Ganesha Operation, terhitunglah pengajar di Cipete-Serang yang masih sangat unyu-unyu belum menikah. Mayoritas sudah menikah, obrolan yang sering terlontar dari mereka tak jauh-jauh dari seputar usia kandungan, ngidam, menyusui, tingkah laku anak, sibuknya mengurus rumah. Walau sebenarnya saya roaming dan memilih diam dan menjadi pendengar yang baik, karena memang belum ada pengalaman huhuhu.

Selain itu saya pun bahagia bisa mengenal Mas Gong dan Mbak Tias. Mendidik dengan ala mereka. Menanamkan keberanian dari hal yang terkecil, salah satunya memaksa Kaka dan Odie melompati selokan yang ukuranya besar, memberikan kepercayaan untuk menjelajah gunung Papandayan untuk Bela, mengatahui passion Kaka, Odie, Gabriel, dan Bella, kemudian mendukung, mengarahkannya. Senang rasanya bisa mengatahui, dan menyimak setiap arahan mas Gong dan mbak Tias.

"Jualan es, modal dari Mbak?" tanyaku pada mbak Tias yang sangat manisnya menggunakan kerudung biru muda saat itu.
"Bukan, itu uang tabungan mereka. Ya, anak-anak, walaupun jualan, tetap aja minta uang jajan ke orangtuanya, ckckck" Ada simpul senyum yang saya temukan.
Saya bahagia juga bangga ketika Kaka dan Odie yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar, sangat antusiasnya berjualan es.

"Odie ganteng! Satu dong! Diskon ya buat teteh kan pembeli pertama" senyum rayuku sambil memainkan rambutnya yang kribo.
"Dih, nggak. 2000 pokoknya!" ucapnya menggemaskan. Dengan nada kekanak-kanakannya dia mulai menyiapkan pesanan saya.

Blender sudah terpasang dengan baik, air sudah dimasukkan. Saatnya menuangkan serbuk minumannya.
"Teh Anis, kupasin dong! Guntingnya nggak ada nih" paksanya.
"#%&*??" Pedagang yang lucu kataku dalam hati, sambil mengambil pop ice biru dan merobek pinggiran plastik, dan menuangkannya dalam tabung blender.

 Terimaksih untuk kedua orangtua, emak Noe, staf pengajar GO, Mas Gong, mbak Tias, KEB (kumpulan emak blogger) dan banyak orang di sekitar, yang saya menyimak dan ber-Ooooooh... banyak hal baru yang sungguh menginspirasi.


asrama Darul Irfan-Serang
20.39 wib
Selasa, 10 Juni 2014
Alunan depapepe-opick tafakur 

  sebuah catatan iseng sebagai proses healing :D haha (entah saya sakit apa hhe) sebelum ngerevisi (doain seminar bulan ini ya yang baca! :))

 

6 komentar:

  1. pesan POP ICE-nya satu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah anonim, so misterius hehe :D
      Pesenya ke Odie yaaa

      Hapus
  2. soale gak gak ada waktu buat dateng langsung.. hehehehhe makanya pesan...

    BalasHapus
  3. Makasih annis.. kamu selalu menyanjungku< aku ngerasa nggak panteessss :)

    BalasHapus

Anis Sofia © 2016