Selasa, 20 Mei 2014

Kita memang berjarak bukan? Pada puluhan kilometer kita terpisahkan. Tapi itu bukan alasan bukan? Karena ada iman yang berbicara. Beda iklim. Entah apa? Karena cara berinteraksi kita yang berbeda? Pemikiran atau apa? Itulah kata mereka. Dan mungkin kita akan  mengangguk dan mengiyakan apa kata semesta atau menggelengkan kepala akan semua pendapat itu.

Dasarnya berbeda? Tingkah kitapun demikiian bukan? Karena kita lahir dari rahim yang berbeda, diberikan ilmu yang tak sewarna, di tempatkupun kebanyakan perempuan, dan jika ku melangkahkan kaki kota baja menjadi grogi dan kikuk tak karuan, karena setiap menengokkan kepala, melangkahkan kaki di sanalah hampir semua laki-laki bergereombolan.

Tapi, jika kita memang kita satu warna, tak ada pembeda. Hidup ini hampa kawan, bukankah pelangi itu indah karena berbeda warna? Mari kita rayakan perbedaan. Tapi dari sekian banyak beda, kita punya satu kesamaan, kita sebut dengan persaudaraan.

Mungkin aku adalah orang teraneh, ah tapi ini sungguh membahagiakan bukan? Bisa bertahap saling mengenal dan memasukan satu persatu nama kalian ke daftar nama penghuni bilik hatiku. Ada cap di kepalakah? Hingga kita saling malu-malu jika mengunjingi, padahal kitakan satu almamater? Dan jarak bukankakah halangan untuk kita saling menyatukan ikatan persahabatan ini?

Selalu ada kagum pada kalian, yang berjibaku pada setumpuk pekerjaan, tanggung jawab yang di pundak, mencari uang untuk sesuap nasi dan sebongkah berlian, belajar memenuhi kebutuhann  finansial, ya mandiri kusebut.

Hal bodoh rasanya, ah lagi aku sendiri yang mengelakkan. Melangkahkan kaki dan dipaksa memakai baju atau safety utama berwarna putih yang harus dikenakan di badan dengan tulisan Fakultas Tehnik. Dan apa yang terjadi dan dirasakan?

Sangat bahagia rasanya, seorang anak jurusan sosial bisa berkililing laboratorium dan melihat barang-barang aneh, biasanya di lab jurusan ku adanya angklung, seperangkat alat gong, dan media pembelajaran. Dan di hari senin, cairan dengan label-label yang tertera satupun diantaranya aku tak mengerti apa fungsi dan arti dari nama ilmiah itu.

Berkesempatan pula bisa merasakan internet gratis di lantai 3, teh Mah bilang hitung-hitung belajar jadi penjaga warnet katanya begitu. Ngasleb, itulah kosa kata terbaru pada kamus kehidupanku, memerhatikan si teteh dengan materinya Absorsi yang awalnya aku sering salah dan berkata “Aborsi”. Parah. Belum lagi ketika teh Mah menjelaskan aku tak paham bahasanya apa semua ujungnya si, si, si.

Dan akhirnya aku menikmti saja komputer yang berada di depanku saat itu, berseluncur di dunia maya. Ya herannya aku saat itu, mereka yang sedang menyimak penjelasan adalah semester bawah alias adik tingkat, tapi apa? Wajahnya tidak menunjukan, ‘tua’ menyeramkan memang. Ah apakah ini faktor banyaknya tugas hingga mereka berwajah tua di usianya yang muda?

Catatan ini adalah catatan keisengan untuk sebuah jarak. Catatan ini adalah catatan bahwa jarak bukanlah alasan, mari berterimakasih pada jarak. Karena darinya kita bisa menanam rindu, memanenya pada suatu hari yang indah, entah kapan? Entah dimana? Tapi kita harus percaya bukan, dengan jarak kita bisa mengikat ini menjadi dekat.

Tidak pada jarak ku berterimakasih. Pada kalian, sekumpulan anak tehnik dengan perbedaan karakternya. Mbak atlet basket, mbak Brebes, teteh bocil, danke akan jamuan (walau nggak ada jamu) dengan tetesan bensin yang sudah mengantar keliling sana sini, makanan yang enak, bertukar pengalaman, suatu pagi buta, ahhh banyak rasanya, hingga cukup kita saja yang saling tahu.

Ilmu di mesjid Baja, cuap-cuap di KJ, terimakasih Desi, Saidah, Diah :) Mela, Riska, Norin, Partenernya teh Mah, terimakasih atas kesegaran pertemanan yang melebihi es kelapa yang kita seruput dan melebihi sedapnya semangkok baso di siang itu. Terimakasih Siro, yang menyambut di pintu lab, dan Satrio yang keheranan saya penampakan di lab.
Teh, ngapain di sini? Kok ke sini lagi? Emang di Serang kenapa?” masih jelas ucapan dik Nani itu yang selalu bersama dengan Ria. Haha, terimakasih atas alarmnya itu walaupun di hati ‘wah ngusir nih, ngusir nih’. Hhe. Just kidding, oke banyak belajar supaya bisa bersuara lantang dari kalian nih.
Falah, ibu bendum IKMA yang ketchenya membungkuskan es. Ah sebuah bentuk sayang pada keluarga ikma bukan sekedar dari mencampurkan serbuk jus dan air, tapi rasa sayangmu itu melebihi itu, semangat bu bendum!

Dan pada pagi, semoga ada semangat baru setelah membaca buku Anis matta itu dik! Semangat ketuplak, selalu ada pelajaran di setiap ujian! Ceriwisnya Puput, dan keheranannya Zea mengapa ada sesosok anak PGSD yang tersasar di kampus. Haha kalian menggemaskan!

“Nis udah kamu jadi warga tehnik aja, pindah jurusan!” salah satu celoteh
Hanya senyum dan di dalam hati “Otak saya nggak nyanggupin sama materi absorsi, korosi dan apalah itu!” hehe
Hingga percayalah, seseorang yang paling dekat denganmu, bukanlah dia yang selalu berada bersama, tapi adalah dia yang paling sering mendoakanmu.

Suatu kebanggan pakai jas lab, ntar mbak Is pakai seragam saya itupun kalau muat ya :P

Dan, selamat mengajar mimpi!
Dan, selamat menanam rindu  hingga saatnya kita bertemu :)


Serang, 21 Mei 2014
10.00 WIB
Alunan at takwir, ngerem di kamar.

4 komentar:

  1. Manusia bisa berencana, tetapi Allah lah sebaik-baiknya perencana....

    BalasHapus
  2. Yang deket itu yang ada dalam hati, dan selalu terpikir.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya ya ya benerr kak, kalau hutang kategorinya apa tuh ya ka? hhe :D

      Hapus

Anis Sofia © 2016