Kamis, 03 Mei 2012


Rasa kagum terpancar dari salah satu universitas ternama di Indonesia. Bis kuning dan bapak sopir menjadi saksi akan ucapan tulus para masyarakat Universitas Indonesia. Duduk di dalamnya merasa lebih nyaman dari bus-bus ternama Jakarta. “Bikun” menjadi angkutan besi primadona masyarakat UI.

Setiap halte selalu dipenuhi oleh mereka yang menunggu setia kedatangan si Kuning. Beberapa menit saja, bis itu sudah datang di hadapan wajah kami. Satu persatu mulai menaiki bikun. Semua duduk rapih. Posisi duduk diatur saling berhadapan, rasanya posisii duduk ini bertujuan untuk saling mempererat rasa kekeluargaan masyarakatnya. Betapa tidak? Begitu megah kampus ini, terdapat jutaan mahasiswa di dalamnya, dan dapat dipastikan bagi mereka yang tidak ikut organisasi tidak akan saling mengenal satu sama lainnya.

       “Terima kasih pak” ucap pria berkemeja hitam, dan mulai turun dari bikun.
       "Bapak, makasih!” ucap perempuan dengan gigi behelnya.

Terimakasih, terimakasih, terimakasih. Selalu ku dengarkan dengan tulus dari mahasiswa yang telah menikmati jasa bikun. Semua tidak lepas mengucap kata-kata yang sudah sebagian orang melupakannya. Mempesona! Itulah yang membuat mata ini tidak lelah menatap kejadian yang sudah lama tidak aku temukan di Jakarta yang katanya lebih kejam dari ibu tiri.

Terimakasih, akan selalu menjadi ungkapan huruf indah bagi mereka yang selalu mengucapkan dengan tulus. Terimakasih pun akan menghilang jika rasa saling menghargai berkurang, dan sifat individualis semakin meningkat.

Kelelahan, keletihan bisa terobatai dengan 11 huruf ajaib itu, ukiran rautan wajah yang kaku akan berubah menjadi ukiran indah. Siapapun akan merasa senang mandapat ucapan “terimakasih…” lantas sudahkah hari ini berterimakasih?
               

0 komentar:

Posting Komentar

Anis Sofia © 2016