Jumat, 27 Januari 2012


                Keriput sudah nampak jelas dalam rautan wajahnya. Keriputnya tidak memudarkan kecantikannya. Cantik rupa juga ahlak, selalu menjadi tempat curahan hatiku, di kala senang, sedih dia selalu ada, mengajariku banyak hal dia lah teman juga sahabat itu adalah ibu.
                “Banyak kasus terjadi, hanya bertahan lima tahun!” ucap dokter ahli bedah.
                Air mata ini mulai membahasi mata, wajah aku pucat pasi. Banyak fakta berbicara tentang penyakitnya yang begitu buas hingga mungkin ibu akan dimakan ganas oleh penyakitnya selama lima tahun. Ucapan dokter selalu membayangiku, aku akan merindukan masa-masa dimana ibu membelai ku dengan lembut, memberikan kehangatan dalam dekapan kasih sayang, rindu ketika bertukar pakaian, bercanda bersamanya, banyak hal yan nanti tidak akan aku rasakan jika ibu mulai mengehembuskan nafas terakhirnya.
                Breast Cancer adalah suatu mimpi yang tidak pernah diharapkan oleh ku, adik, ayah bahkan ibu yang tegar. “Takdir ditentukan oleh Sang Maha Kuasa” semua perkataan dokter aku buang jauh-jauh, toh hanya Allah yang mengetahui kapan ibu ku menghadap-Nya.
                Aku semakin tegar, karena ibu sedang sakit sangatlah kuat. Tidak nampak sedikit pun mimik sedih dalam wajahnya. Kesehariannya saja dipenuhi dengan semangat, juga kegiatan positif, tidak ada satu celah dalam gerakanya yang menunjukan bahwa wanita hero ku ini sedang bergulat dengan rasa sakitnya. Hebat. Ibu bagaikan artis papan atas, yang mampu menunjukan senyuman kebahagian juga ketegaran dalam keadaan melawan kesakitannya.
                Menjadi anak shalihah, pemuda yang berprestasi, teladan bagi adik-adik adalah sebagian kecil janji ku untuk ibunda tercinta. Aku tidak ingin sedikitpun membuatnya marah, aku selalu ingin tetap melihat senyuman indah darinya. Senyuman itulah aku belajar akan ketegaran seorang yang menderita penyakit ganas, melalui ukiran bibir manisnya aku belajar akan ketulusan untuk menggapai jannah-Nya dengan Rido-Nya. Ibu, ku akan selalu merindukan dirimu dan senyuman ketegaran itu.

0 komentar:

Posting Komentar

Anis Sofia © 2016