Kamis, 11 September 2014


Saya tidak pernah bermimpi sebelumnya atau merencanakan dengan baik akan keadaan yang membuat saya terjermus di sini, di rumah penuh kekeluargaan. Bahkan menjaga jarak, karena sempat mengira sesat, ketika pertama kalinya mendapat sms untuk kumpul, berkumpul di tempat sepi, sembunyi di pojokan. Ah tapi “pojokan” itu salah satu jalan untuk membuat berubah segalanya.

Bukan hanya pojokan, ada seorang yang harus saya hormati, turuti dan loyalitas bekerjasama agar berjalan dengan baik. Dept. Media LDK Baabussalam adalah suatu keluarga yang menyuguhkan segalanya. Berkawan dengan laptop? Tak  bisa. Saat itu saya hanya anak semester 1 hal sepele memindahkan data ke FD tak tahu caranya, apalagi mendesain? Atau membuat video dokumenter?  Ah jangan tanyakan itu.

Rasa belajar yang sangat kuat menggerakan tangan saya untuk menulis formulir “magang di dept.Media”. Look at! Saya merasakan itu, bahagia karena saya dapat belajar laptop. Lebih dari sekedar mengetik rentetan abjad, saya dituntut untuk pandai meramu ide, hingga menyajikan suatu kreatifitas berupa desain.

Jumat. Menjadi hari yang istimewa, menunggu di ruang PKM A dengan kawan saya dari matematika. Tidak lama menunggu, sesosok itu menyediakan laptop untuk saya gunakan belajar desain. Gugup, ya bagaimana jemari ini, sangat payah menggunakan alat elektronik itu. Tapi, sesosok itu selalu sabar mengajari saya yang buta komputer dan kawan matematika saya yang agak manja. Sepulangnya selalu mendapatkan tugas, membuat desain pin salah satunya.

Well, sepanjang perjalanan selalu diberikan akan pentingnya peran media. Di rektoratpun saya dengan beberapa kawan lain berkumpul siap mendengarkan apa penyampaian dari sesosok itu akan media dan tetek bengeknya.

Rapatpun tidak pernah monoton, tidak kaku, dan entah mengapa saya sangat merindukan itu. Bagaiamana perkedel jagung hasil masakan teh Qika dicicipi ramai-ramai, tiada rapat tanpa snack, merasakan deperteman ini adalah deperteman terkaya. Mimpi saat itu adalah media mempunyai kamera DSLR.

Bukan perkara kamera DSLR. Bukan semata menjalankan program kerja, lebih dari itu deperteman ini menyuguhkan segalanya. Kekeluargaan dirasakan saat rieweuhnya mencari bahan madding, menentukan rubik madding, desain panggung UIF, hingga mewujudukan mimpi bersama yaitu melahirkan majalah LDK Baabbusssalam. Proses mewujudkan mimpi, membuat kami jadi rajin saling bertemu. Menentukan konten majalah, namanya, taglinnya, pembagian job, hingga lahirlah majalah itu bahkan beradik- kaka, tidak hanya satu edisi, tapi dapat membuat majalah edisi ke-2.

Sempat menjarak dengan department yang penuh cinta itu, akibat kelalaian diri dalam menjalankan amanah. Ketidak fokusan dalam 4 organisasilah penyebabnya. Hingga tertampar akan omongan yang menusuk, bentakan yang kasar, disalahkan bertubi-tubi dalam forum yang melibatkan banyak peserta. Kelopak matapun tak mampu membendung air mata. Gedung A pun akhirnya menjadi salah satu saksi, bagaimana memalukannya saya menangis di khalayak umum. Hingga “Barakallah fi umrik Annis! Jangan murtad dari media ya!”
Kalian ya! Menyebalkan sungguh. Sebal yang merindukan.

Mandiri diri dalam hal inisiasi untuk memberikan kerinduan itulah salah satu gambaran kekeluargaan media. Jangan tanyakan mandiri dalam hal finansial. Karena kami akan menjawab, kami bisa, kami mampu. Mendapat pesanan pin, mug, desain sertifikat, baligho. Ya walau nyatanya yang sibuk lagi-lagi adalah sesosok itu, dan saya beserta kawan hanya mampu membantu yang rasanya tidak memberikan efek apa-apa. Dari sanalah saya banyak belajar.
“Hai fi, Annis, Hasbi, Teh Uswah! Ini nih contoh desain surat undangan walimahan. Nanti bisa pesan ke saya. Bisa pesan pin apapun ke saya ya.” Ucapan beberapa tahun lalu di lantai catur rektorat masih terekam kuat, sedang sibuknya menggunting kertas untuk madding. Sesosok itu membuat hiburan.
“Wihh. Masih lama kita mah ka. Kaka dulu gih” jawab saya dan Fifi serempak. (Dan benar saya sesosok itu menikah muda masih status mahasiswa, keren)
Saat itu sesosok sedang menjalankan amanah sebagai kadept bersamaan perannya sebagai seorang anak yang belajar mandiri dengan mencukupi kebutuhan dengan usaha percetakannya. Semua itu dari nol, dari promosi mulut ke mulut. Tidak ada kantor, bahkan tidak ada pegawai.

Tidak lama berada aktif di dept.Media LDK, karena organisasi lain menjadi ruang tempat tuntutan untuk berkarya. Perkara hati? Tak usah tanyakan, selalu ada ruang untuk dept.media walau masih bodoh untuk menunjukan kecintaan pad keluarga ini. Hingga hari ini saya tersenyum manis, karena diberikan kesempatan oleh Sang Kuasa menjadi pembelajar langsung akan kegigihan sesosok kadept itu. Tidak menyangka bahkan, dari hari senin stand bazarnya menjadi tetangga stand kawan saya. “Ah itu hasil kadept sayaa!” Melihat mug, jaket, plakat, jam dinding, stempel memutar rekaman lalu-lalu akan candaan, dan lihatlah takdir Pecinta bersamaNya, bagaimana kegemarannya menjadi usahanyanya yang gemilang.
Maaf ya kak, ngambil di Fb.
Dalam keheningan menatap bazaar, melihat poto Kedai Desain sudah ada cabangnya, menyaksikan Kedain Print dari jauh.

“Kesuksesanmu ka adalah artefak kebaikan kepada saya. Bagaimana tulusnya mengajarkan saya dan kawan-kawan akan desain. Ini adalah tumpukan kebaikan, dari waktu yang kaka korbankan, dari uang yang dibelikan snack kepada saya dan kawan lain dan dari dari kebaikan yang tak bisa disebutkan karena sungguh banyaknya”
Semoga ya kak keberkahan selalu menyertai dalam usaha, mengaliri dalam keluarga sesungguhnya. Aamiin, keberkahan tak henti untuk sepasang perindu Nya. Teh Yusi dan Kak Arif.
“Teh Yusi beruntung looh!” (supaya makin sayang sama hubbynya #eh)

ya Allah, udah 9 semester. Baru liat hari  ni poto zaman maba dan pertamanya kumpul media. Parah -_-". Kalau nggsk kepo mana tau. Hah
Darul Irfan-Serang.
Kamis, 11 September 2014. Ba’da Isya dalam hembusan kipas hihi
Tanpa dipaksa apapun, kepengen wee nulis.
Da aku mah apa atuh, tiba-tiba rindu inget zaman muda dulu


0 komentar:

Posting Komentar

Anis Sofia © 2016