Jumat, 01 November 2013


            Di dunia  ini adalah tempat beradanya mahluk yang saling berpasangan. Salah satunya pasangan antara laki-laki dengan perempuan. Banyak sebutan untuk kedua mahluk ini. Lelaki, pria, lanang, cowok, ikhwan. Perempuan, wanita, wedon, cewek, akhwat.
            Kali ini akan membahas untuk sebutan ikhwan-akhwat. Well, saya rasa selagi orang tersebut mempunyai jakun, menghasilkan sperma ini dikatakan sebagai kaum adam, ikhwan. Kebanyakan masyarakat mengganggap bahwa sebutan ikhwan adalah orang yang soleh.
Padahal  jika ditelusuri arti Ikhwan dan Akhwat : Secara bahasa kata 'ikhwan' bentuk jamak dari akhun: saudara(laki-laki), 'akhwat' adalah bentuk jamak dari ukhtun: saudara(perempuan). Ikhwan dan Akhwat disini bisa bermakna : saudara dalam keluarga, ataupun saudara dalam arti yang lebih luas. Seperti saudara seiman, saudara sekampung, atau lainnya.
Tapi, hasil pengamatan dan kehidupan selama ini kebanyakan akhwat dijatuhkan untuk mereka yang berkerudung besar, berpakaian rapih, dan panggilan ikhwan tertempel kuat pada mereka yang berjenggot, pakaian kemeja, bercelana di atas mata kaki. Dan tidak sedikit label ikhwan-akhwat tertuju pada mereka yang berada di dalam Lembaga Dakwah Kampus. LDK sebutan akrabnya atau jika kita mengenang pada masa putih abu-abu ini adalah gambaran ekstrakulikuler rohis (rohani islam) atau risma (remaja mesjid).
Pandangan mata selalu menduga bahwa mereka yang berkecimpung di dunia dakwah kampus adalah malaikat. Padahal ikhwan-akhwat adalah sekumpulan manusia yang ingin menjadi baik untuk di awal mengenal dakwah, dan akhirnya tetap baik bersama dakwah. Itulah adalah cita-cita yang kuat dalam dada. Seperti lagu yang selalu didendangkan di jalanan, di dauroh (pelatihan) dimanapun.
Allahu ghaayatunaa
Ar-Rasuulu qudwatunaa
Al-Qur'aanu dusturunaa
Al-Jihadu sabiiluna
Al-Mautu fii sabilillah
Asma amaanina

Allah adalah tujuan kami
Rasulullah teladan kami
Al Qur'an pedoman hidup kami
Jihad adalah jalan juang kami
Mati di jalan Allah adalah cita-cita kami tertinggi
Banyak orang yang menamai ikhwan-akhwat dengan ADK (Aktivis Dakwah Kampus). Bagaimana sehariannya tidak lepas untuk berfikir, menjadi orang yang berguna untuk kemajuan dakwah kampus, kontribusi yang tidak seberapa tapi mencoba bermanfaat bagi sekelilingnya. Mengajak solat kepada teman sekelas, memberikan akan baiknya minum dan makan dengan duduk, mencoba tersenyum kepada orang-orang di sekeliling. Belajar menjadi oase di kampus yang sangat kering ilmu agama terlebih PAI hanya dua semester. Kampus sangat subur dengan  western, hedonis, dan individualis.
Saya ingin menyebutnya Artis Dakwah Kampus. Mereka yang mengenakan jilbab besar, rok, gamis, jenggotan, celana di atas mata kaki secara tidak langsung menjadi sorotan bagi mahasiswa yang berpakaian bisa, tidak berjilbab. Gerak-gerik, pakaian, keramahan, tingkah laku menjadi sangat sensitif  untuk para mahasiswa lainnya.
Hingga sisi hal kecil berupa updetan status. Beberapa tahun saat ini, ada yang merasakan resah, gelisah ketika beberapa artis dakwah kampus mengumbar kegalauannya dalam menyempurnakan agamanya. Bukankah sering mendengar kalau sedang galau “Allah dulu, Allah terus, Allah lagi?” apakah dengan membuat status yang “heboh” menjadi pengobat kegalauan.
Saya adalah anak kemarin senja yang baru mengenal dunia para jilbaber dan jenggoters. Berbeda dengan beberapa sahabat saya yang mengenal dunia liqo (pengajian) sejak duduk di bangku SMP. Maka dengan keterbatasan segala ilmu yang saya miliki, saya berdiskusi mengenai hal ini. Hal yang baru saya temukan beberapa tahun ini mengenai “ceng-cengan, mengkodekan seseorang yang dituju”. Berdiskusi kepada mereka yang sudah menyelam dalam dan tentunya mengenal secera detail gambaran akhwat-ikhwat masa sekarang dan dulu. Tidak hanya berdiskusi dengan para senior, sayapun melakukan riset kecil-kecil mennayakan apakah respon yang didapatkan ketika menjumpai updetan status yang “galau” kepada para adik-adik yang baru mengenal dunia dakwah kampus.
Kemudian, apa yang saya dapatkan ketika ada status, twet yang menghebohkan dunia sosmed?
Senangnya ukhti hari ini memakai gamis bunga-bunga, hati ane juga berbunga-bunga
Atau
Wah, akhi itu keren yaa orasinya
Atau
Sekarang hari guru, semoga dapat jodoh guru #eh
Dan masih banyak updetan status yang frontal, ekstrim dan memalukan. Salah
satunya mengkodekan pada siapa kini sedang merasakan “rasa”, dengan mencantumkan pekerjaan, alamat, pekerjaan, jabatan, inisial nama, dan masih banyak yang lainnya.
            Apakah akan menjadi oase di gersangnya kampus?
            Hasil diskusi saya dan riset kecil-kecilan, menunjukan bahwa 99% banyak yang merasakan ilfeel. Beberapa alasasan yang didapatkan mengapa itu menjadi ilfeel, yaitu:
·         Bukan menjadi obat galau, malah semakin menularkan virus galau kepada yang membacanya. Bagi mereka yang tidak memiliki penyakit hati (red: virus merah jambu) akan sedikit merusak keteguhannya, karena akan menjadikan beberapa orang ke-geeran, berprasangka yang tidak baik.
·         Para jilbabers-jenggoters adalah artis dakwah kampus, yang segala tindak laku, gerak geriknya sangat menjadi sorotan mereka yang berada di sekelilingnya.
·         Bentuk kepercayaan yang kurang kepada Sang Pecinta. Dalam perkataan-Nya,

“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga).” (Q.S An-Nuur:26)

Kitakan di jalan yang baik, bersama orang-orang yang baik, aktivitas kita insyallah baik. Masa nggak percaya sama janji Allah yang memasangkan dengan yang baik”
-Annis Mata-
Qoute yang saya dapatkan dari seorang senior di kampus.

  • Niat yang salah, nihil pahala.
Sesungguhnya amal-amal perbuatan tergantung niatnya, dan bagi tiap orang apa yang diniatinya. Barangsiapa hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya. Barangsiapa hijrahnya untuk meraih kesenangan dunia atau menikahi wanita, maka hijrahnya adalah kepada apa yang ia hijrahi. (HR. Bukhari)

  •  Menjadi Fitnah
  •   MLM dosa, dan kegalauan.
  •  Dan masih banyak….
Segalanya dilihat dari proses, Allah swt tidak melihatnya secara instan. Apa yang dicari dari dunia tentunya adalah keberkahan dalam setiap aktivitas, keberkahan diperoleh dengan cara yang baik.
Perihal updet dan twet mengenai kegalauan menyempurnakan agama. Saya akan mencoba menuliskan beberapa ilmu dan cara baik dari buku yang telah saya baca karya Salim A Fillah.
Seorang ulama berhasil mengintisarikan ihya Ulumuddin karya Imam Ghazali. Ustad Sa’id Hawa namanya. Dalam buku Takziyatun Nafs, beliau menggamabrkan pada kita proses untuk menjadi orang yang shadiq, orang yang benar. Prosesnya ada empat, rinciannya sebagai berikut.
1.      Shidqun Niyah
Artinya benar dalam niat. Benar dalam semburat pertama hasrat hati. Benar dalam mengikhlaskan diri. Benar dalam menepis syak dan riya. Benar dalam menghapus sum’ah dan ujub. Benar dalam menatap lurus ke depan tanpa memedulikan pujian kanan dan celaan kiri. Benar dalam kejujuran pada Allah. Benar dalam prsangkaan pada Allah. Benar dalam meneguhkan hati.
2.      Shidqul ‘Azm
Artinya benar dalam tekad, benar dalam keberanian-keberanian. Benar dalam janji janji pada Allah dan dirinya. Benar dalam memancang target-target diri. Benar dalam pekik semangat. Benar dalam menemukan motivasi setiap kali. Benar dalam mengaktivasi potensi diri. Benar dalam memikirkan langkah-langkah pasti
3.      Shidqul ‘Iltizam
Artinya benar dalam komitmen, benar dalam rencana-rencana. Benar dalam melanggengkan semangat dan tekad. Benar dalm memegang teguh nilai-nilai. Benar-benar dalam menghadapi tantangan dan ancaman. Benar dalam mengistiqomahkan zikir, fikir, dan ikhtiar.
4.      Shidqul ‘Amaal
Artinya benar dalam proses kerja. Benar dalam melakukan segalanya tanpa menabrak pagar-pagar Ilahi. Benar dalam cara. Benar dalam metode. Benar dalam langkah-langkah yang ditempuh. Benar dalam profesionalisme dan ihsannya amal. Benar dalam tiap gerak angora badan.

Coba kita refleksikan proses menjadi orang benar ini dalam proses pernikahan. Insya Allah dengan demikan keberkahan itu semakin mendekat. Jikalau sh-Shidq berarti kebenaran, kejujuran, maka yang pertama akan tampak sebagai gejala keberkahan adalah di saat kita jujur dan benar dalam bersikap pada Allah dan manusia.
Awal yan baik, pertengahan berupa yang baik, insyallah berakhir dengan baik, berakhir pada jannah-Nya. Aamiin J

Serang-Darul Irfan, 1 November 2013

Tulisan tersebut adalah hasil diskusi dan riset-riset kecil-kecilan saya. Dan saya pun bingung apakah termasuk artikel, opini, esai atau apa? Yang saya tahu adalah saya ingin meluapkan dalam tulisan, hanya itu. Tidak bermaksud menyinggung atau jika ada yang tersinggung mungkin karena merasa ya? :D .Weell, Ingin mencoba menjadi muslim yang baik, untuk saling mengingatkan kepada saudaranyaa.

0 komentar:

Posting Komentar

Anis Sofia © 2016