Di dunia ini adalah tempat beradanya mahluk yang saling
berpasangan. Salah satunya pasangan antara laki-laki dengan perempuan. Banyak
sebutan untuk kedua mahluk ini. Lelaki, pria, lanang, cowok, ikhwan. Perempuan,
wanita, wedon, cewek, akhwat.
Kali ini akan membahas untuk sebutan
ikhwan-akhwat. Well, saya rasa selagi
orang tersebut mempunyai jakun, menghasilkan sperma ini dikatakan sebagai kaum
adam, ikhwan. Kebanyakan masyarakat mengganggap bahwa sebutan ikhwan adalah
orang yang soleh.
Padahal
jika ditelusuri arti Ikhwan dan Akhwat : Secara bahasa kata 'ikhwan' bentuk
jamak dari akhun: saudara(laki-laki), 'akhwat' adalah bentuk jamak dari ukhtun:
saudara(perempuan). Ikhwan dan Akhwat disini bisa bermakna : saudara dalam keluarga, ataupun
saudara dalam arti yang lebih luas. Seperti saudara seiman, saudara sekampung,
atau lainnya.
Tapi, hasil pengamatan dan kehidupan selama ini
kebanyakan akhwat dijatuhkan untuk mereka yang berkerudung besar, berpakaian
rapih, dan panggilan ikhwan tertempel kuat pada mereka yang berjenggot, pakaian
kemeja, bercelana di atas mata kaki. Dan tidak sedikit label ikhwan-akhwat
tertuju pada mereka yang berada di dalam Lembaga Dakwah Kampus. LDK sebutan
akrabnya atau jika kita mengenang pada masa putih abu-abu ini adalah gambaran
ekstrakulikuler rohis (rohani islam) atau risma (remaja mesjid).
Pandangan mata selalu menduga bahwa mereka yang
berkecimpung di dunia dakwah kampus adalah malaikat. Padahal ikhwan-akhwat
adalah sekumpulan manusia yang ingin menjadi baik untuk di awal mengenal
dakwah, dan akhirnya tetap baik bersama dakwah. Itulah adalah cita-cita yang
kuat dalam dada. Seperti lagu yang selalu didendangkan di jalanan, di dauroh
(pelatihan) dimanapun.
Allahu
ghaayatunaa
Ar-Rasuulu qudwatunaa
Al-Qur'aanu dusturunaa
Al-Jihadu sabiiluna
Al-Mautu fii sabilillah
Asma amaanina
Allah adalah tujuan kami
Rasulullah teladan kami
Al Qur'an pedoman hidup kami
Jihad adalah jalan juang kami
Mati di jalan Allah adalah cita-cita kami tertinggi
Ar-Rasuulu qudwatunaa
Al-Qur'aanu dusturunaa
Al-Jihadu sabiiluna
Al-Mautu fii sabilillah
Asma amaanina
Allah adalah tujuan kami
Rasulullah teladan kami
Al Qur'an pedoman hidup kami
Jihad adalah jalan juang kami
Mati di jalan Allah adalah cita-cita kami tertinggi
Banyak orang yang menamai ikhwan-akhwat dengan
ADK (Aktivis Dakwah Kampus). Bagaimana sehariannya tidak lepas untuk berfikir,
menjadi orang yang berguna untuk kemajuan dakwah kampus, kontribusi yang tidak
seberapa tapi mencoba bermanfaat bagi sekelilingnya. Mengajak solat kepada
teman sekelas, memberikan akan baiknya minum dan makan dengan duduk, mencoba
tersenyum kepada orang-orang di sekeliling. Belajar menjadi oase di kampus yang
sangat kering ilmu agama terlebih PAI hanya dua semester. Kampus sangat subur
dengan western, hedonis, dan individualis.
Saya ingin menyebutnya Artis Dakwah Kampus. Mereka
yang mengenakan jilbab besar, rok, gamis, jenggotan, celana di atas mata kaki
secara tidak langsung menjadi sorotan bagi mahasiswa yang berpakaian bisa, tidak
berjilbab. Gerak-gerik, pakaian, keramahan, tingkah laku menjadi sangat sensitif
untuk para mahasiswa lainnya.
Hingga sisi hal kecil berupa updetan status. Beberapa
tahun saat ini, ada yang merasakan resah, gelisah ketika beberapa artis dakwah
kampus mengumbar kegalauannya dalam menyempurnakan agamanya. Bukankah sering
mendengar kalau sedang galau “Allah dulu, Allah terus, Allah lagi?” apakah
dengan membuat status yang “heboh” menjadi pengobat kegalauan.
Saya adalah anak kemarin senja yang baru
mengenal dunia para jilbaber dan jenggoters. Berbeda dengan beberapa sahabat
saya yang mengenal dunia liqo (pengajian) sejak duduk di bangku SMP. Maka
dengan keterbatasan segala ilmu yang saya miliki, saya berdiskusi mengenai hal
ini. Hal yang baru saya temukan beberapa tahun ini mengenai “ceng-cengan,
mengkodekan seseorang yang dituju”. Berdiskusi kepada mereka yang sudah
menyelam dalam dan tentunya mengenal secera detail gambaran akhwat-ikhwat masa
sekarang dan dulu. Tidak hanya berdiskusi dengan para senior, sayapun melakukan
riset kecil-kecil mennayakan apakah respon yang didapatkan ketika menjumpai
updetan status yang “galau” kepada para adik-adik yang baru mengenal dunia
dakwah kampus.
Kemudian, apa yang saya dapatkan ketika ada
status, twet yang menghebohkan dunia sosmed?
Senangnya ukhti hari ini memakai gamis
bunga-bunga, hati ane juga berbunga-bunga
Atau
Wah, akhi itu keren yaa orasinya
Atau
Sekarang hari guru, semoga dapat jodoh guru #eh
Dan masih banyak updetan status yang frontal, ekstrim dan
memalukan. Salah
satunya
mengkodekan pada siapa kini sedang merasakan “rasa”, dengan mencantumkan
pekerjaan, alamat, pekerjaan, jabatan, inisial nama, dan masih banyak yang
lainnya.
Apakah akan menjadi oase di
gersangnya kampus?
Hasil diskusi saya dan riset
kecil-kecilan, menunjukan bahwa 99% banyak yang merasakan ilfeel. Beberapa alasasan yang didapatkan mengapa itu menjadi ilfeel, yaitu:
·
Bukan
menjadi obat galau, malah semakin menularkan virus galau kepada yang
membacanya. Bagi mereka yang tidak memiliki penyakit hati (red: virus merah
jambu) akan sedikit merusak keteguhannya, karena akan menjadikan beberapa orang
ke-geeran, berprasangka yang tidak baik.
·
Para
jilbabers-jenggoters adalah artis dakwah kampus, yang segala tindak laku, gerak
geriknya sangat menjadi sorotan mereka yang berada di sekelilingnya.
·
Bentuk
kepercayaan yang kurang kepada Sang Pecinta. Dalam perkataan-Nya,
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan
laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan
wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang
baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu
bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka
ampunan dan rezeki yang mulia (surga).” (Q.S An-Nuur:26)
“Kitakan di jalan yang
baik, bersama orang-orang yang baik, aktivitas kita insyallah baik. Masa nggak
percaya sama janji Allah yang memasangkan dengan yang baik”
-Annis Mata-
Qoute yang saya dapatkan dari seorang senior di kampus.
- Niat yang salah, nihil pahala.
Sesungguhnya amal-amal perbuatan
tergantung niatnya, dan bagi tiap orang apa yang diniatinya. Barangsiapa
hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya.
Barangsiapa hijrahnya untuk meraih kesenangan dunia atau menikahi wanita, maka
hijrahnya adalah kepada apa yang ia hijrahi. (HR. Bukhari)
- Menjadi Fitnah
- MLM dosa, dan kegalauan.
- Dan masih banyak….
Segalanya
dilihat dari proses, Allah swt tidak melihatnya secara instan. Apa yang dicari
dari dunia tentunya adalah keberkahan dalam setiap aktivitas, keberkahan
diperoleh dengan cara yang baik.
Perihal
updet dan twet mengenai kegalauan menyempurnakan agama. Saya akan mencoba
menuliskan beberapa ilmu dan cara baik dari buku yang telah saya baca karya
Salim A Fillah.
Seorang
ulama berhasil mengintisarikan ihya
Ulumuddin karya Imam Ghazali. Ustad Sa’id Hawa namanya. Dalam buku Takziyatun Nafs, beliau menggamabrkan
pada kita proses untuk menjadi orang yang shadiq, orang yang benar. Prosesnya
ada empat, rinciannya sebagai berikut.
1.
Shidqun Niyah
Artinya benar dalam niat. Benar dalam semburat pertama hasrat
hati. Benar dalam mengikhlaskan diri. Benar dalam menepis syak dan riya. Benar
dalam menghapus sum’ah dan ujub. Benar dalam menatap lurus ke depan tanpa
memedulikan pujian kanan dan celaan kiri. Benar dalam kejujuran pada Allah.
Benar dalam prsangkaan pada Allah. Benar dalam meneguhkan hati.
2.
Shidqul ‘Azm
Artinya benar dalam tekad, benar dalam keberanian-keberanian.
Benar dalam janji janji pada Allah dan dirinya. Benar dalam memancang
target-target diri. Benar dalam pekik semangat. Benar dalam menemukan motivasi
setiap kali. Benar dalam mengaktivasi potensi diri. Benar dalam memikirkan
langkah-langkah pasti
3.
Shidqul ‘Iltizam
Artinya benar dalam komitmen, benar dalam rencana-rencana.
Benar dalam melanggengkan semangat dan tekad. Benar dalm memegang teguh
nilai-nilai. Benar-benar dalam menghadapi tantangan dan ancaman. Benar dalam
mengistiqomahkan zikir, fikir, dan ikhtiar.
4.
Shidqul ‘Amaal
Artinya benar dalam proses kerja. Benar dalam melakukan
segalanya tanpa menabrak pagar-pagar Ilahi. Benar dalam cara. Benar dalam
metode. Benar dalam langkah-langkah yang ditempuh. Benar dalam profesionalisme
dan ihsannya amal. Benar dalam tiap gerak angora badan.
Coba kita refleksikan proses menjadi orang
benar ini dalam proses pernikahan. Insya Allah dengan demikan keberkahan itu
semakin mendekat. Jikalau sh-Shidq berarti kebenaran, kejujuran, maka yang
pertama akan tampak sebagai gejala keberkahan adalah di saat kita jujur dan
benar dalam bersikap pada Allah dan manusia.
Awal yan baik, pertengahan berupa yang baik,
insyallah berakhir dengan baik, berakhir pada jannah-Nya. Aamiin J
Serang-Darul Irfan, 1
November 2013
Tulisan tersebut
adalah hasil diskusi dan riset-riset kecil-kecilan saya. Dan saya pun bingung
apakah termasuk artikel, opini, esai atau apa? Yang saya tahu adalah saya ingin
meluapkan dalam tulisan, hanya itu. Tidak bermaksud menyinggung atau jika ada
yang tersinggung mungkin karena merasa ya? :D .Weell, Ingin mencoba menjadi muslim yang baik, untuk saling mengingatkan
kepada saudaranyaa.
0 komentar:
Posting Komentar