Selasa, 17 September 2013


Selasa sore ini adalah sungguh bersejarah. Bermula mendapatkan sms dari seorang yang sangat menjadi panutan. Melangkahkan kaki menuju SD Al-Izzah. Lokasi memang yang lumayan jauh, dan jarang sekali menemukan kendaraan umum yang langsung kesana. Berbekal ukhuwah perjalanan menjadi terasa indah. Hasil tawar menawar pun menjadikan sang bapak sopir dengan baik hatinya, mengiyakan untuk membayar ongkos Rp.4.000,-

Tiba di gedung hijau, acara dimulai setelah berjamaa’ah solat ashar. Jarum jam menunjukan 16.00. Berbinar mata seketika ruangan mesjid itu didominasikan oleh seragam abu-abu, mereka guru-guru yang sangat bersemangat sambil membawa anak. Duduk manis, menatap ke seisi mesjid. Tepat di depan mataku, terdapat tiga orang pria sedang menikmati aura empati. Sesal tak berujung hingga tulisan ini diketik, tidak megetahui nama ketiga pria tersebut. Namun, bisa aku gambarkan seorang bapak di sebelah kanan sebagai pembawa acara, di tengah adalah seorang narasumber yang datang dari negeri berbeda, seseorang yang telah menghabiskan masa waktunya di Mesir, dan seorang bapak yang memekai pakaian serba putih menjadi transletter.


Berlabelkan mahasiswa di antara para ibu. Menjadikan sasaran aku beserta kawan harus berada di barisan depan. Aku bersyukur, karena dapat dengan jelas memerhatikan seorang narasumber yang berwajahkan arab itu menyampaikan pengalamannya di Rabi’ah.

Tidak ingin sekalipun tertinggal setiap kata yang di sampaikan mereka. Maka kelima pancra indera, sigap untuk merekamnya, mengikatnya dalam tulisan. Di Media, banyak dikatakan bahwa permasalahan tersebut adalah perang saudara. Sesungguhnya perang ini memang terjadi di beberapa Negara. Itu adalah suatu usaha yang mencoba melemahkan islam. Narasumber menyampaikan bahwa kristenisasi dimulai pada era  40 tahunan.

Pada tahun tersebut, di Indonesua merupakan penjajahan setelah kemerdekaan. Bagaimana Indonesia telah dijajah secara fisik, ketika merdeka maka dilakukanlah penjajahan secara halus, bergerak tapi kita tidak bisa menyadiranya. Permasalahan yang dibuat adalah menjadikan kaum islam terpecah belah dengan adanya “boneka” di setiap negeri yang mayoritas beragama islam.

Narasumber yang berada duduk di tengah itu menyampaikan bahwa kudeta berlangsung dalam satu hari, tidak hanya mengkudeta. Tapi merubah system perundangan, penetapan presiden sementara. Bayangkan dalam waktu sehari! “Pelaku utama ini berasal dari Israel dan sekutunya” ucapnya.
Mengapa bisa terjadi hal itu? Penyebabnya adalah pada media. Saya setuju dengan kepala departeman Media LDK Baabussalam 2011 kak Arif, kalau Media adalah garda terdepan dalam dakwah. Media di Mesir selalu menayangkan memutar balikkan fakta akan kepemimpinan Mursi. Konspirasi besar-besaran terjadi di Mesir. Konspirasi tersebut anatara lain mematikan listrik, membuat kekacauan, menyebarkan pemahaman yang salah.

Bagaimana Menghadapinya?
Sesuai yang disampaikan oleh narasumber yang memiliki tatapan api kebersemangatan itu adalah pertama kita tidak dapat melawan secara fisik, dengan mengadu kekuatan hingga bermain darah. Tidak dibenarkan. Mengapa? Karena sesama muslim. Maka yang dilakukan oleh para pendukung Mursi adalah dengan demo, solat berjamaah, bertakwa kepada Allah, dan tentu aksi damai. Lagi, banyak media yang “bermain” mengatakan bahwa para pendukung Mursi adalah teroris.

Pembantaian, bertumpah darah memenuhi daratan Mesir. Bagi para tentara yang masih memiliki hati tentunya ini menjadi suatu “tekanan batin”. Bagaiamana tidak? Tiap hari mereka bertugas membantai masyarakat yang mendukung Mursi.

Kejadian yang sungguh mencabik hati. Ketika seorang terntara bertanya kepada ulama Mesir “Saya gundah gulana. Saya pembunuh. Saya telah membunuh banyak orang!”

Ulama malah berkata “Tidak. Kamu sungguh hebat, kamu pahlawan!

Sungguh mengejutkan menyimak penyampaian transletter  ketika tentara di Mesir dicuci otak oleh para ulama yang “kebelinger”. Tidak hanya itu media yang menyatakan bahwa Rab’ah adalah gudang senjata itu salah besar, sesuai ucapan sang narasumber “Beberapa hari di sana tidak ada senjata, pistol bahkan pisau. Tidak ada senjata satupun. Itu adalah tuduhan! Bualan!”

Ketika terjadi demonstrasi antara para polisi dan masyarakat pendukung Mursi. Lagi, media tidak bosanya memainkan fakta. Para polisi begitu gagahnya membawa senjata, sedangkan Ikhawanul Muslimin yang merupakan pendukung Mursi masih tetap teguh untuk tidak menggunakan senjata. Tentunya dalam demontrasi tidak terlepas dari dorong-dorongan, maka ada kejadian yang membuat senjata itu terbawa oleh Ikhwanul. Maka, media memainkannya disana mengatakan bahwa mereka adalah aksi yang anarkis.
“Saya adalah orang yang memiliki hati kasar. Saya tidak mudah meneteskan air mata. Tapi, ketika beberapa hari disana entah mengapa saya menangis. Saya sadar, saya menangis karena doa-doa mereka yang tidak berhenti”

Pasti ada yang berfikiran, mengapa Allah begitu kejam membiarkan orang dzalim Berjaya? “Salah besar kalau kita berfikiran demikan, masalah tersebut menunjukkan bahwa betapa Allah sangat begitu sayang kepada masyarakat Mesir” ucap narasumber tersebut.

Apa yang terjadi saat ini?
Mereka yang terdiri dari nasrani bermula setuju untuk mengkudeta Mursi. Dan kini, mereka menjadi kekuatan bagi Ikhawanul karena setelah selama ini menyaksikan kekejaman terhadap pendukung Mursi, kini mereka menjadikan dirinya sebagai pendukung Mursi. Allahu akbar!

Sang narasumber dengan pakaian khas arabnya itu menyampaikan bahwa doa, meminta ampunan, berempati kepada saudara dan jihad yang paling ampuh, jihad yang paling hebat menurutnya  adalah dengan menggunakan media: facebook, twetter, blog dll.

“KEMENANGAN ITU DIMULAI DARI KITA. Aqidah, fikrah kita benar sehingga umat islam menjadi kuat. Inilah kemenangan yang sesungguhnya ketika syariat-syariat islam ada di dalam dada”

“KEMENANGAN HAKIKI! Antum Indonesia! Islam terbesar di dunia. Kalau Indonesia kuat, kita pasti menang. Bagaimana islam akan menang, jika solat subuh tidak berjamaah? Bagaimana islam akan menang, jika mesjid kosong? Ini adalah tanggung jawab antum semua!”
Ucap sang narasumber dengan kepalan tangannya, semangat yang bergemuruh menutup hasil pengalamannya di Rab’iah.



 Selasa, 16 September 2013
23.01 WIB dalam deretan lemari plastik dan risau yang mengusik :D

1 komentar:

  1. Waah ada bahasa vicky-nya ini.. "tatapan api kebersemangatan" :D

    BalasHapus

Anis Sofia © 2016