Minggu, 27 April 2014

Poto diambil kamera nokia, posisi duduk paling atas. Nggak jelas maap yak!
Empat orang sudah duduk rapih di panggung panas Rumah Dunia. Dengan empat anak mereka yang dipangku berupa pajangan gambar ditemani oleh moderator yang tidak kalah panas dengan gombalannya. Hadir memberikan semangat untuk para peserta yang sudah duduk manis di kursi merah.
"Perbaiki kwalitas, jangan takut dibantai"
Ucap Mbak Tias ketika memberikan semangat untuk para mereka yang hadir di ruangan megah itu. Posisi yang seharusnya diisi oleh Mas Gong, diwakili oleh 'Ratu Rumah Dunia' menjelaskan mengenai proses kreatif dalam pembuatan buku "Honeymon Ala Backpaker"
"Mas Gong itu kalau sudah ada ide tulisan, diselesaikan hingga tulisan itu selesai, saya banyak belajar darinya"
 Mbak Tias yang sangat manis dengan kerudung biru memaparkan bagaimana Mas Gong menyelesaikan tulisan tersebut. Buku yang sangat dinantikan itu berupa kisah sepasang suami-istri yang melancong ke luar negeri, sudut pandang penulis dari seorang istri. 

"Begitulah Istikharah, memilih cinta dari 2 orang atau lebih"
 Susi Ekselen angkatan kelas menulis Rumah Dunia ke-18 berhasil menghasilkan anak buah karya pemikiranya. Menganai kisah cinta yang kaya makna akan pelajaran hidup seputar cinta dan islam.
"Saya pun masih belajar! Mari, kita sama-sama belajar!" ucap di akhir kegiatan dari seorang gadis berjilbab hitam.

Berbeda dengan Rendra secara umum dia menjelaskan bagaimana buku yang berwarna merah merona itu bisa ada di bumi ini. Ya, sebuah buku yang berisikan tulisan kroyokan dari anggota kelas menulis angkatan 22. Rendra dengan sangat mantapnya menceritakan pahit manisnya dalam proses buku itu hingga bisa dinikmati dan dibeli laris. Buku yang terdiri dari karya Saleema Raziq, Siti Sarah, Uky, Rosyad, Bund Wesser, Muhammad Fathan Mubin, Rendra Pirani, Eka Nurul Hayat, Tholibah Dzaatu Himmah, Nihlah Ayu, Lia Falsista, Annisa Sofia Wardah, Agoes Gumay, dan Dzakwan Ali.

Bukan perjuangan mudah untuk mahasiswa tehnik industri ini, saya sebut ka Chogah. Bagaimana dia belajar menulis di tahun 2010, iseng iseng menulis lalu dikirimkan ke annida on line, hai, tribun, radar Banten, ada beberapa tulisanya yang lolos dan juga tidak dimuat. Hal yang membuat saya terkagum adalah bagaimana pria yang menggunakan topi tulisanya bersanding dengan Ahmad Fuadi, dan ka Chogah yang saya anggap sebagai abang kini sudah menerbitkan bukunya "SMS Terakhir" dengan penerbit major.

Buku karya pemilik nama lengkap Setiawan Chogah ini sudah di jual di beberapa toko, sebuah buku yang berisikan cerpen dengan latar Banten tentunya.

"Teruslah menulis! Teruslah membaca! Membaca! Membaca! dan Kemudian tulislah!" suaranya menggema di auditorium hingga relung jiwa.


Minggu, 27 April 2014
Asrama, ba'da goes sepeda! Dan bersemaaangaaattt menulis (proposal)

1 komentar:

Anis Sofia © 2016