Senin, 18 Agustus 2014

Ada nama yang diam-diam disebut. Bermula satu, kemudian dua hingga berderet nama yang saling memohon dan berharap kebaikan dalam suatu pengharapan.

Kita lemah, kita ada karena ditakdirkan untuk saling menguatkan. Kita payah, kita berada karena untuk saling menghebatkan. Kita serba kekurangan, kemudian kita saling mengisi, karena kita saling melengkapi.

Berawal dari setahun silam, 23 Agustus. Perjalanan membuat kita saling mengisi nama-nama. Hingga saling mengenal di Kampung Budaya. Apalah kita? Karena sejauh apapun menjauh skenario Sang Kuasa selalu saja mendekatkan. Perlu bukti? 2 hari satu malam bukanlah refreshing semata. Tapi, adalah tumpukan pelajaran kehidupan.

Bagaimana setiap kepala, memang selalu berbeda. Setiap tingkah ada saja yang membekas dan kemudian enggan hilang. Bahkan kita tidak peduli jarak. Bandung, Jakarta, Tangerang, Cilegon, Serang akhirnya berkumpul, bersama berjalan untuk belajar mengeja kehidupan dalam perjalanan.
Maka tak salah bukan jika ada saja rindu yang membekas?



 Pada semilir angin. Basah dedaunan. Air sungai Curug Gendang yang tak pernah henti mengalir. Begitu banyak latar yang menjadi saksi. Bahwa makanan yang disajikan di atas daun pisang, kita saling belajar berbagi, menikmati kesederhanaan dalam setiap kunyahannya.








 Perjalananpun, menyadarkan kita. Bahwa tanpa-Nya, siapalah kita?
Berbangga menaklukan tingginya gunung, meniti jalan yang bisa menghilangkan jiwa dalam raga, liku-liku jalan yang membuat pegal kaki. Lalu siapalah kita? Tanpa Nya, tak akan ada nikmat yang mampu kita rasakan. Tanpa Nya mungkin kita hanya memang tinggal nama.














Bahkan tanpa Nya. Apakah kita bisa menikmati purnama sempurna di atas pohon albasia?










Tak ada yang tahu benar isi hati seseorang. Tapi, kita saling belajar berbagi kisah hidup. Menasehati, bahkan bully-an pun menjadi pembelajaran mental. Ada saja tawa yang mampu merangkai kebahagian. Lepas dari semua itu. Bahagia kita adalah luar biasa yang tidak melulu dihargai dengan tawa. Tangispun menjadi bukti kebahagian untuk terus menjalani takdirNya dengan penuh mimpi.






Kita berbeda, disamakan oleh cintanya pada perjalanan. 0 kilmeter inipun, menjadi bagian saksi bahwa kita adalah sekumpulan nama-nama yang tergila pada proses perjalanan.
Bukan sekedar keindahan tempat, tapi suatu kebersamaan yang mengalahkan segalanya.












 Lalu,

Jika tanjakan tangga ini dapat menyampaikan perkataanya mungkin dia akan berkata "bisakah diam?"
Karena sepanjang pijakan tangga, selalu saja kita ribut. Mulai lelahnya kaki hingga ada decak kagum pada tanah ini, Banten. Tak henti-hentinya "Waahh...." "Subhanallah..".

Atau jendela yang setiap lantai yang selalu memberikan sudut keindahan yang berbeda pasti akan mengatakan "Inilah keelokan Banten.."








 Terimakasih untuk kalian.. Para Penggila Perjalanan.


Bang Jack, yang selalu mengalah untuk menjadi kameramen. Hingga dokmentasi apapun selalu sulit menemui potonya | Teh Lia, seorang anak manusia yang dilahirkan sukses sejak lahir yang menolak bentuk kasihan, karena dia adalah wanita kuat | Teh Yuli seorang teteh yang selalu menjadi pendengar yang baik dan tak pernah henti untuk bermimpi | Fitrah seorang adik yang memiliki jiwa dewasa, ada solusi dalam katanya, ada mimpi yang selalu ditargetkanya dan semua itu adalah keyakinan | Emak Noe, seorang bidadari yang beruntung memiliki prajurit gagah Kaka dan Mamas yang tak pernah lelah untuk diajak berjalan jauh, seorang emak yang kuat lagi menginspirasi | Ka Rosyad seorang abang sederhana punya mimpi yang tak pernah habis | Mbak Intan, wanita tangguh yang menolak lemah | Yehan, sahabat yang bersahabatkan pengalaman yang menguatkan|

“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada”
(Al Hajj : 46)



Kerinduan dari perjalanan Curug Gendang-Gunung Malang-Mercusuar

Serang, 18 Agustus 2014
At taubah.

.

1 komentar:

  1. Nice story anis, hehehe, kapan nih blog luky jadi daftar di sohib log anis. hehehe, ngarep :)

    BalasHapus

Anis Sofia © 2016