Minggu, 26 Februari 2012

Wanita Terhebat ku
Di Rumah Mungil Penuh Cinta
 Jln. Jendral Sudirman, No. 7
Lebak, Rangkasbitung-Banten
            Assalamu’alaikum wr.wb…
            Salam rindu penuh cinta untuk wanita yang sangat hebat dari gadis kecil nakal yang mulai beranjak dewasa. Ibu ku sayang, masih terjagakah dengan selimut cinta-Nya? Sehatkah engkau di rumah penuh kisah?.
Disini, gadis kecil satu-satunya milikmu sedang berjuang untuk menjadi generasi yag cerdas. Aku masih ingat jelas, akan perkataan bapak bahwa harta yang paling berharga adalah ilmu bukan? Ilmu tidak akan habis jika dibagikan, yang ada pahala juga manfaat akan selalu bertambah. Beda dengan si harta yang jika dipakai tentu akan habis. Perkataan bapak sangat memotivasi ku bu. Aku ingin menjadi anak mu yang solihah, menaikan derajat ibu dan bapak dengan ilmu.
Ibu, aku sayang ibu.
Jarangnya aku pulang ke rumah, bukan karena aku tidak rindu. Melainkan banyak amanah di kampus perjuangan yang tidak bisa ditinggalkan. Tapi, aku akan selalu pulang jika ada waktu luang juga ada kesempatan. Duduk bersama mu, bercerita dengan mu adalah anugerah dari Allah yang begitu indah, maka jika kesempatan itu ada, aku tidak ingin menyiakannya begitu saja.
Aku bersyukur dilahirkan dari seorang wanita yang hebat, yang tetap tersenyum manis ketika hal pahit menimpa, aku bangga dikandung selama enam bulan oleh wanita yang bernama Idah. Ibu, engkau adalah inspirasi dalam perjalanan hidupku. Aku akan  berjalan dengan pincang jika hidup tanpamu bu, aku akan sesak jika engkau menghilang dalam nafas ku, aku tidak akan sempurna jika tanpamu ibu. Ibu aku sungguh sayang pada mu.
Lima tahun.
Aku membuang jauh-jauh ucapan dokter yang mendiagnosis ibu hanya lima tahun hidup di bumi fana. Karena sutradara kehidupan bukanlah dokter tapi hanya Allah, Sang Maha Pencipta Bumi dan seisinya. “Teteh, ibu ingin berada di sampingmu ketika wisuda. Ibu ingin melihatmu ketika dipinang oleh seorang pria, ibu ingin melihat mu dan adik-adikmu sukses. Apakah ibu bisa?” mendengarnya, seketika air mata ini membasahi pipi, ucapan itu selalu terngiang dalam telingaku. Aku akan selalu tumbuh menjadi anak solehah untuk membahagiakan ibu, karena ibu adalah urat nadi ku, denyut jantung dan hembusan nafasku. Buanglah jauh ucapan dokter itu bu, karena Allah adalah pembuat skenario yang indah. Tidak ada seorang yang tahu akan jatah hidupnya di dunia ini.
Sempat aku menduga ibu akan selalu pesimis, ternyata dugaan ku salah besar! Engkau bangkit dengan semangat tinggi, bahkan orang lain banyak yang tidak tahu jika ibu memiliki penyakit ganas, yang sewaktu-waktu penyakit itu akan membom ibu. Ibu, sungguh gerakan mu gesit, senyuman ibu selalu menghiasi dalam langkah mu. Wajah mu bercahaya bu, tidak salah lagi karena air wudhu selalu membasahimu, tahajud mu tidak terlewat.
Ibu adalah artis papan atas, yang mampu berakting dengan rapih. “Hidup tidak usah dibawa sedih, isi lah dengan kegiatan bermanfaat. Karena menjadi orang bermanfaat akan selalu diingat walaupun sudah tidak ada di dunia ini,” itulah ucapan mu yang selalu memotivasi diri ku menjadi pribadi bermanfaat bagi orang lain.
Ibu, engkaulah sahabat ku untuk berbagi. Aku akan selalu merindukan hal itu. Bagaimana nanti aku tanpa mu? Aku takut kehilangan ibu, aku belum mampu untuk tegak berdiri tanpamu, aku akan selalu merindukan ibu, karena ibu dalah pelita hidupku. Aku tidak akan sanggup membalas semua jasamu. Aku hanya belajar memperbaiki diri hingga menjadi sosok gadis yang solihah, akan aku lakukan untuk menggapai rido ibu. Karena rido Allah ada di tangan ibu. Aku tidak mau selamanya menjadi si gadis kecil yang selalu membantah perintah ibu, tidak ingin menjadi gadis pembangkang. Aku tidak mau menggoreskan tinta hitam dalam putih sucinya hatimu, bu. Aku tidak ingin menjadi benalu dalam hidup mu, bu. Aku ingin menggapai jannah-Nya bersama mu. Aku sayang ibu, sungguh sayang ibu.
Tidak jarang “Ahhh,” terucap dari bibir ini, tidak menuruti semua perintah mu. Di suruh mencuci, menyapu, membantu mu saja terkadang aku menolak dengan kasar. Bahkan bentakan pernah membuat ibu mengeluarkan air mata. Astaghfirullah, begitu banyak kesalahan yang telah aku perbuat bu. Kini, aku terlahir menjadi sosok yang ingin membahagiakan mu, tidak ingin lagi menggoreskan sejarah buruk dalam hidup mu, cukup sudah itu hanya perbuatan si gadis kecil nakal. Kini aku mulai beranjak dewasa, aku akan selalu ingin bersama mu, membuatmu bahagia. Tinta hitam yang pernah aku coretkan dalam kehidupan mu menjadi pembelajaran ku untuk tidak mengulanginya lagi, aku ingin terus tumbuh dewasa bersama mu bu, menjadi gadis yang solihah hingga bersama mu dalam jannah-Nya.
Salam cinta nan tulus dari gadis kecil nakal mu yang ingin menjadi wanita shalihah seperti mu. I love u mom.
                        Annisa Sofia Wardah
Gadis mu



0 komentar:

Posting Komentar

Anis Sofia © 2016